Perluasan Lahan ”Food Estate” Hampir Rampung, Beragam Masalah Mulai Muncul
Pemerintah sudah membuka belasan ribu lahan perkebunan untuk cetak sawah dalam program ekstensifikasi proyek lumbung pangan atau ”food estate”. Pembukaan itu dinilai akan berdampak di kemudian hari.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Perluasan lahan baru untuk cetak sawah dalam program food estate di Kalimantan Tengah masih berjalan. Setidaknya 16.644 hektar lahan sudah dibuka untuk ditanami padi. Namun, baru 146 hektar yang bakal ditanam dan masih ada banyak kendala mengganggu proses produksinya.
Program strategis nasional lumbung pangan (food estate) sudah berjalan lebih kurang dua tahun. Kini, di masa tanam April-September, pemerintah akan mulai menanam di lahan sawah yang baru dibuka atau disebut lahan ekstensifikasi.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan Provinsi Kalteng Riza Rahmadi menjelaskan, untuk lahan ekstensifikasi, target 16.644 hektar sudah tercapai. Pembukaan dilakukan oleh Komando Resor Militer 102 Panju-Panjung bersama instansi terkait.
Riza mengungkapkan, dari total 16.644 hektar itu, belum semua kawasan ditanami. Setidaknya baru 148 hektar ditanam di Kabupaten Kapuas, khususnya Kecamatan Pulau Petak dan Kecamatan Kapuas Murung. Di dua kecamatan itu, para petani sudah mulai menyemai dan siap menanam beragam benih yang diberikan pemerintah.
”Saat ini sudah proses menyemai karena sebagian besar petani yang ikut itu menggunakan teknik tanam pindah padi sehingga disemai dulu sebelum pindah ke sawah. Namun, ada juga yang tanam sebar,” kata Riza saat ditemui di Palangkaraya, Senin (28/3/2022).
Riza menjelaskan, belum semua lahan yang baru dibuka siap ditanam karena terkendala cuaca. Menurut dia, cuaca ekstrem menyebabkan banjir di beberapa lokasi yang baru dibuka dan sawah yang baru dicetak.
”Ada beberapa lokasi itu irigasi rawanya belum optimal. Kami berharap hujan tidak terlalu besar, pasang surut juga tidak terlalu memengaruhi sawah. Betapa pun hebat peralatan, air kalau sudah melebihi debitnya pasti kebanjiran,” ungkap Riza.
Riza menjelaskan, program ekstensifikasi berawal dari usulan petani yang ingin menjadikan lahan atau kebun menjadi sawah. Setelah pengajuan melalui kelompok tani, pihaknya kemudian melakukan survei kelayakan sebelum melakukan pembukaan.
”Sampai sekarang, dari petani tidak ada yang menolak program ini justru mereka menerima dan ingin segera ditanam lahannya,” ungkap Riza.
Fauji (52), warga Talekong Punai, Kecamatan Kapuas Murung, mengungkapkan, dia dan kelompok Tani Pematang Lewu sudah menyatakan tidak terlibat dalam program food estate. Alasannya, mereka tidak memiliki lahan yang cocok dijadikan sawah.
Menurut Fauji, awalnya mereka menerima program tersebut saat sosialisasi awal. Namun, karena program tersebut membuka kebun dan mengubah lahan mereka menjadi sawah, pihaknya kemudian membuat surat pengunduran diri dari program.
”Selain tidak cocok untuk sawah, kebun ini kondisi airnya terlalu dalam dan bergambut,” ujarnya.
Saat ini, lanjut Fauji, kampung dan kebun masyarakat masih terendam banjir pasang surut air laut. ”Sudah dari Jumat (25/3/2022) banjir ini,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalteng Bayu Herinata menjelaskan, pemerintah mengklaim lahan ekstensifikasi tidak menggunakan kawasan gambut dan kawasan hutan. Namun, dari hasil pantauan lapangan, pihaknya masih menemukan kawasan tanah bergambut dan kawasan yang tutupan hutannya masih cukup baik.
”Beberapa lokasi itu memang terdapat gambut meski harus diperiksa kembali kedalaman dan keadaan piritnya,” ungkap Bayu.
Bayu menambahkan, pihaknya bahkan menemukan beberapa kawasan yang dibuka di pinggir Sungai Kahayan. Hal itu dapat mengurangi daya dukung tangkapan air.
”Kami khawatir dampaknya akan banjir. Air sungai akan meluap ke permukiman dan kebun-kebun warga,” ungkap Bayu.
Pembukaan lahan gambut dalam kegiatan ekstensifikasi tersebut, lanjut Bayu, masih ditentang beberapa kelompok tani. Banyak petani tidak memahami skema kerja sama yang ditawarkan pemerintah. ”Mereka jadinya tidak ngerti jelas, apakah lahan yang jadi sawah ini disewa atau bagaimana,” ujarnya.