Wow... Asyiknya Kembali ke Bali...
Wisatawan mulai kembali mendatangi tempat-tempat wisata di ”Pulau Dewata”. Pelaku industri wisata pun melihat jumlah kunjungan wisatawan beranjak naik. Ini terjadi setelah adanya pelonggaran aturan perjalanan.
Hamparan awan keabuan menggelayut rendah di atas kawasan Pura Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali, Minggu (20/3/2022) sore. Ratusan warga yang mayoritas perempuan paruh baya—dalam balutan kebaya putih, rok batik motif senada, senteng atau selendang hijau di pinggang, dan keranjang anyaman rotan berisi persembahan di kepala—berduyun-duyun berjalan ke arah pantai yang surut airnya.
Setelah sekitar 300 meter berjalan di pantai, mereka menaiki anak tangga menuju pura yang berada di atas batu karang besar yang berbentuk seperti kapal. Mereka akan melakukan persembahyangan bersama di Pura Tanah Lot.
Keunikan lokasi pantai dan adat warga Hindu Bali saat itu seketika menjadi pemandangan yang menarik mata para turis yang kembali meramaikan destinasi favorit wisatawan di ”Pulau Dewata” tersebut. Fusi antara keindahan alam dan budaya seperti ini barang tentu yang menjadi daya tarik bagi masyarakat dari penjuru dunia untuk bertandang ke sana.
Cuaca sore yang kurang bersahabat dan hujan yang sempat mengguyur tak menghentikan langkah mereka menjelajah kawasan yang berjarak sekitar 30 kilometer dari Kota Denpasar di sisi barat itu. Mereka datang dengan berbagai moda, ada yang berombongan naik bus wisata, banyak juga yang datang dengan mobil atau sepeda motor pribadi atau sewa.
Para turis tidak segan turun ke bibir pantai dan menyebar hingga mendekati batas air laut untuk berfoto dengan latar pura dan batu-batu karang yang khas di Tanah Lot. Kebanyakan dari mereka menggunakan kamera ponsel pribadi, ada juga yang menyewa jasa juru foto keliling di lokasi yang menggunakan kamera berlensa besar.
Setiap tempat terasa magis (di Bali).
Manon dan Theo, kakak beradik dari Perancis, adalah segelintir turis asing yang datang ke sana. Masih memakai ponco, Manon dan adiknya merapat ke garis air laut untuk berswafoto. Ini menjadi momen pertama bagi keduanya untuk berkunjung ke Tanah Lot setelah beberapa kali ke Bali.
”Saya sudah tiga kali ke Bali, tapi ini yang pertama (ke Tanah Lot),” kata Manon, perempuan muda yang mengaku baru saja menyelesaikan kuliah strata satu itu.
Adik laki-lakinya yang hanya lebih muda setahun juga sudah dua kali ke Bali. Namun, baru kali ini ia berkunjung ke Tanah Lot. Sebelumnya, ia baru mengeksplorasi pantai di pesisir barat daya Bali untuk belajar surfing dan dataran tinggi seperti di Ubud, Kabupaten Gianyar.
Keduanya mengaku mau kembali ke Bali setelah mengetahui tidak ada lagi kewajiban karantina untuk mencegah penularan Covid-19 asal sudah divaksin lengkap. Mereka yang tengah liburan musim dingin dengan menjelajah wilayah Asia Tenggara itu pun menutup perjalanan di Indonesia.
”Setiap tempat terasa magis (di Bali),” ujar Theo yang masih ingin menjelajah banyak tempat di Bali.
Turis berkewarganegaraan Korea Selatan, seperti Adam Lee, bahkan baru mencicipi liburan di Bali pertama kalinya sejak ia bekerja di Indonesia pada awal 2020. Bersama dua teman dari Indonesia, ia pergi ke Tanah Lot untuk melihat pesisir berbentuk tebing curam yang terdapat goa-goa dengan ular suci di dalamnya.
Ia mengaku baru tertarik datang ke Bali karena saat ini karena kasus positif Covid-19 sudah rendah dan tidak adanya lagi syarat tes. ”Saya senang melihat tempat wisata yang enggak ramai, tidak padat seperti sependengaran saya tentang kondisi Bali sebelum pandemi,” katanya.
Wisatawan lokal juga antusias bisa kembali ke Bali setelah hampir dua tahun tidak berwisata. Setyoningsih (55), guru sekolah menengah kejuruan di Lumajang, Jawa Timur, misalnya, berangkat bersama sekitar 120 siswa dan guru di tempat kerjanya. Menurut rencana, mereka menginap dua malam di Bali.
”Sudah dua tahun sekolah kami tidak darmawisata karena pandemi. Baru berani lagi berwisata setelah semua siswa dan guru divaksin sampai dosis ketiga. Lumayan, untuk refreshing anak-anak yang suntuk karena selama ini belajar daring,” tutur Setyoningsih.
Baca juga : Layanan ”Plus-plus” di Nusa Penida
Setyoningsih mengaku tidak khawatir ia dan murid-muridnya terpapar Covid-19. Sebab, selain telah divaksin, mereka juga diwajibkan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Saat mengikuti darmawisata, semua peserta juga diharuskan dalam kondisi sehat.
Berdasarkan catatan manajemen operasional Daya Tarik Wisata Tanah Lot, ada 30.937 wisatawan yang datang ke Tanah Lot sepanjang 2022. Dari jumlah tersebut, sebagian besar datang sepanjang bulan Maret, yakni 24.692 orang.
”Sejak dihapuskan syarat tes Covid-19, jumlah kunjungan di Tanah Lot meningkat dari sebelumnya 300-500 orang per hari menjadi 1.500-2.000 orang per hari. Rata-rata wisatawan lokal berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kalau wisatawan mancanegara dari Rusia dan Malaysia,” kata Kepala Divisi Promosi dan Pengembangan Tanah Lot Ni Made Siartini.
Baca juga : Ubud, Buku, dan Pagebluk
Wisatawan pun mulai meramaikan jalanan di kawasan Legian dan sekitar Pantai Kuta, di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Walau tidak seramai sebelum pandemi, kemacetan dan kepadatan lalu lintas sesekali terjadi di beberapa titik di jalan-jalan sempit dan searah. Suasana ini terjadi terutama di siang dan malam hari.
Kondisi ini juga diamati Kompas di daerah Sentral Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Mobil dan motor yang disewa wisatawan juga kembali menghidupkan daerah tersebut meskipun masih jauh dari kondisi normal sebelum pandemi. Hal ini juga diakui sejumlah pengemudi taksi dan ojek daring yang sehari-hari bekerja di daerah tersebut.
Atraksi baru
Di barat daya Pulau Bali, wisatawan berbondong-bondong menyeberang dengan kapal cepat ke Nusa Penida. Pulau yang berada di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, ini menjadi primadona baru di Bali. Pengamatan Kompas pada Rabu (23/3/2022), mayoritas turis yang berasal dari dalam negeri pergi ke sana untuk perjalanan sehari pergi-pulang dari pelabuhan, salah satunya di Pantai Sanur.
Dengan kapal cepat bermesin 1.200 PK, turis bisa sampai ke Pulau Nusa Penida dalam waktu sekitar 45 menit. Turis yang rata-rata pergi dengan mengambil paket perjalanan akan dijemput pemandu lokal untuk diajak berkeliling pulau dengan mobil. Biaya tur sehari mulai dari Rp 250.000 sampai Rp 750.000 per orang, bergantung jumlah orang yang pergi dalam satu pemesanan tur.
Paket perjalanan itu bisa mengantarkan turis ke beberapa titik pesisir dan spot foto favorit, sebut saja Pantai Kelingking, Pantai Diamond, dan Paluang Cliff. Tempat itu menawarkan pemandangan laut yang sangat biru dan tanjung atau batu karang yang memanjakan mata.
”Saya tahu tempat wisata ini dari unggahan seorang teman di Instagram. Pengin ke sini dari kemarin-kemarin, tapi masih takut. Setelah sudah vaksin dan tidak ada lagi syarat tes Covid-19, baru saya berani,” ucap Mayang (23), wisatawan dari Bogor, Jawa Barat.
Baca juga : Masih Banting Harga, Penginapan di Bali Sambut Wisatawan
Sejumlah turis juga menjajal aktivitas snorkeling di beberapa titik, sebut saja Crystal Bay dan Manta Point, yang menawarkan keindahan terumbu karang dan keberadaan hewan laut, seperti penyu dan pari besar jenis manta. Kawasan perairan tersebut kian menyaingi Pulau Lembongan, pulau kecil di barat laut Pulau Nusa Penida, yang lebih dulu dikenal turis mancanegara.
I Komang Widyasa Putra, Camat Nusa Penida, saat dihubungi, Kamis (24/3/2022), mengatakan, Nusa Penida siap menyambut wisatawan setelah dua tahun diterpa pandemi. Kunjungan wisatawan di Pulau Nusa Penida mencapai puncaknya pada 2019 setelah pertama kali dipromosikan ke level nasional pada 2014.
”Pada tahun itu, jumlah kunjungan wisatawan sehari bisa mencapai 15.000 orang,” katanya. Adapun saat ini, pergerakan wisatawan dari Bali ke Nusa Penida rata-rata 4.000 orang per hari.
Efek domino
Platform agen perjalanan daring Traveloka mencatat, pencarian dan pemesanan tiket pesawat ke Bali mulai meningkat sejak September 2021 hingga libur akhir tahun. Pada 2022, peningkatan kembali terlihat bersamaan dengan adanya pergelaran MotoGP di Mandalika serta pelonggaran kebijakan pemerintah untuk syarat perjalanan.
Shirley Lesmana, Chief Marketing Officer Traveloka, menyebut, jika dibandingkan dengan awal tahun 2021, pertumbuhan pemesanan tiket tujuan Bali meningkat dua kali lipat pada awal tahun 2022.
”Kami juga melihat ada peningkatan minat pengguna terhadap akomodasi maupun atraksi di Bali lebih dari dua kali lipat secara tahunan pada periode akhir tahun 2021 hingga awal tahun 2022. Tipe akomodasi di Bali yang paling diminati para pengguna adalah hotel, resor, dan vila untuk tujuan liburan hingga workcation,” lanjut Shirley.
Selain tiket pesawat dan akomodasi, mereka juga mencatat bahwa mereka yang ke Bali juga membeli tiket produk rekreasi lain, seperti taman flora dan fauna, pertunjukan budaya, spa, dan tes Covid-19. Dari data, pembelian tiket itu terbanyak untuk tujuan Kuta, Gianyar, dan Badung. Sementara untuk tiket menginap, terbanyak adalah Kuta, Badung, dan Denpasar.
Baca juga : Pasca-pelonggaran Perjalanan, Penumpang Melenggang Bebas Menuju Bali
Tingginya minat konsumen terhadap destinasi Bali sejak libur Natal dan Tahun Baru, kata Shirley, didorong oleh penurunan angka kasus Omicron serta pelonggaran kebijakan pembatasan perjalanan. Namun, seiring dengan peningkatan tren pencarian akomodasi di Bali, pihaknya juga mencatat adanya peningkatan minat konsumen dalam pemesanan clean accommodation serta tes Covid-19 untuk perjalanan.
”Hal ini menunjukkan adanya perubahan perilaku konsumen yang lebih waspada terhadap protokol kesehatan saat di perjalanan serta lebih mencari akomodasi yang sudah menjalankan protokol kesehatan sesuai sertifikasi CHSE dari Kemenparekraf,” pungkasnya.
Tanpa lupa mematuhi protokol kesehatan, berkunjung kembali ke Bali memang lebih asyik. Wow!