Wisata Anggrek dan Burung, Destinasi Baru Kawasan Bromo Tengger Semeru
Wisata minat khusus berupa pengamatan anggrek dan burung di kawasan Bromo Tengger Semeru diluncurkan. Hal ini diharapkan menjadi momentum kebangkitan ekonomi lokal setelah terpuruk akibat pandemi dan erupsi Semeru.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
LUMAJANG, KOMPAS — Taman Nasional Bromo Tengger Semeru atau TNBTS meluncurkan wisata minat khusus berupa pengamatan burung dan anggrek di kawasan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Paket ini diharapkan menjadi salah satu titik balik pemulihan ekonomi di kawasan Pronojiwo yang tak hanya terdampak pandemi Covid-19, tetapi juga bencana erupsi Gunung Semeru.
Peluncuran wisata minat khusus tersebut dilakukan pada Sabtu (26/3/2022) dengan diisi kegiatan bedah buku Suaka Puspa di Tanah Para Dewa dan kunjungan ke Taman Anggrek Ranu Darungan. Buku tentang keberadaan taman anggrek dan kepedulian masyarakat di sekitarnya tersebut ditulis oleh Titik Kartitiani dengan dukungan inisiator Taman Anggrek Ranu Darungan, Toni Artaka dan Yuda Rehata Yudistira.
Bedah buku dilakukan secara daring dan luring. Dalam diskusi, hadir sejumlah tokoh, seperti Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno; Pelaksana Tugas Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Novita Kusuma Wardhani; dosen Universitas Sanata Dharma sekaligus peneliti anggrek Merapi, Sulistyono; serta pegiat ekowisata, M Nurdin Razak.
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno mengatakan, dengan peluncuran wisata minat khusus di kawasan Bromo Tengger Semeru tersebut, diharapkan memecah kerumunan wisatawan di sana. ”Harapannya nanti akan ada pilihan wisata selain melihat matahari terbit di Penanjakan sehingga beban di Penanjakan tidak berat,” katanya.
Wiratno berharap, meski telah dibuka untuk wisata minat khusus, kegiatan membangun gerakan bersama antara TNBTS dan masyarakat di sana akan terus berlanjut dan berkembang. Dengan begitu, kelestarian anggrek dan lingkungan alam tetap menjadi prioritas. ”Bagi saya, tingkat tertinggi kebudayaan manusia adalah ketika kita bisa mewariskan keindahan alam,” katanya.
Pelaksana Tugas Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Novita Kusuma Wardhani mengatakan, wisata minat khusus tersebut sudah disiapkan sejak beberapa waklu lalu. ”Peluncuran wisata minat khusus pengamatan burung dan anggrek di Pronojiwo ini diharapkan menjadi momentum kebangkitan ekonomi masyarakat, khususnya di Lumajang. Apalagi, selain terdampak pandemi, mereka juga terdampak erupsi Semeru,” kata Novita.
Saat ini di kawasan Ranu Darungan, menurut Novita, terdapat 208 jenis anggrek, mulai dari epifit, saprofit, dan terestial. ”Pada dasarnya, wisata ini untuk semua kalangan. Namanya wisata minat khusus sehingga akan ada syarat dan ketentuan di sana. Akan ada kuota orang per hari dan akan didampingi pemandu dari TNBTS. Jadi, berbeda dengan wisata massal lain. Intinya, jangan sampai kunjungan ke sana malah merusak kelestarian lingkungan setempat,” kata Novita.
Wisata minat khusus pengamatan burung dan anggrek di Pronojiwo ini diharapkan menjadi momentum kebangkitan ekonomi masyarakat, khususnya di Lumajang. Apalagi, selain terdampak pandemi, mereka juga terdampak erupsi Semeru beberapa waktu lalu.
Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengapresiasi pembukaan wisata minat khusus tersebut. ”Banyak potensi di Lumajang, termasuk ada harapan Ranupani (di lereng Semeru) bisa kembali seperti puluhan tahun lalu. Dalam beberapa tahun ini, lompatan-lompatan ide untuk optimalisasi potensi di kawasan TNBTS terus terjadi. Hal ini sangat kami apresiasi, dan semoga bisa bermanfaat untuk masyarakat dan lingkungan,” katanya.
Sulistyono, dosen sekaligus peneliti anggrek Semeru, mengingatkan agar TNBTS tetap berhati-hati agar peluncuran buku dan wisata minat khusus di sana tidak justru mempermudah perburuan anggrek. Selain itu, pelibatan dan pemberdayaan warga sekitar juga penting sebagai salah satu penjaga ekosistem setempat.
Titik Kartitiani, penulis buku Suaka Puspa di Tanah Para Dewa, berharap orang mengenal Semeru bukan sekadar tentang maskulinitasnya sebagai gunung tertinggi di Jawa, melainkan juga potensi keindahannya di sana dengan bunga-bunga anggrek dan tanaman pinang jawa.
Buku Suaka Puspa di Tanah Para Dewa menambah dokumentasi tentang anggrek di kawasan tersebut. Pada 2019, Toni Artaka pernah menulis buku berjudul Anggrek Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Buku tersebut merekam pendataan Toni dan tim atas anggrek temuannya di kawasan Ranu Darungan hingga Agustus 2019.