Titik Api Mulai Merambah Kalimantan Tengah, Cegah Kebakaran Meluas
Titik api mulai bermunculan di wilayah Kalimantan Tengah. Kebakaran lahan mulai melanda. Hal ini mesti segera diantisipasi agar kebakaran tak meluas dengan cepat.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
KASONGAN, KOMPAS — Dalam dua hari terakhir, dua titik api mulai muncul di Kasongan, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Hingga saat, ini petugas masih berjibaku di lokasi kebakaran untuk memadamkan api. Kondisi ini mesti segera diantisipasi agar titik api tidak menyebar.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Katingan Roby menjelaskan, api berasal dari kebun warga yang diduga membersihkan lahan dengan cara membakar. Lokasi kebakaran cukup jauh dari jalan dari arah Kasongan menuju Pendahara, tepatnya di Kecamatan Tewang Sanggalang Garing.
”Lokasi kebakaran pada dua titik api itu berdekatan, mungkin ini rambatan, tetapi karena skalanya kecil, jadi mungkin tidak terdeteksi satelit sehingga dalam laporan BMKG tidak masuk,” ujar Roby saat dihubungi dari Palangkaraya, Sabtu (26/3/2022).
Roby menambahkan, luas kebakaran di dua lokasi yang terjadi sejak Jumat (25/3/2022) hampir mencapai satu hektar atau lebih kurang seluas lapangan sepak bola. Tanah bergambut membuat petugas harus ekstra hati-hati dalam proses pemadaman dan pendinginan lahan.
”Skalanya kecil dan masih bisa diatasi, pemadaman pada Jumat itu cukup cepat sehingga tak terdeteksi satelit. Tapi, lalu muncul lagi kebakaran hari ini (Sabtu siang),” ucap Roby.
Petugas gabungan masih di lokasi untuk memadamkan api. Kepala Satuan Pamong Praja Kabupaten Katingan Pimanto mengatakan, tim pemadam kebakaran di wilayah Kecamatan Tewang Sanggalang Garing telah berupaya memadamkan api dengan mengerahkan satu mobil pemadam kebakaran. Namun, karena lokasi kebakaran jauh dari jalan utama, petugas cukup kesulitan.
”Saat terjadi kebakaran lahan itu, regu Damkar Pendahara langsung mendatangi lokasi kejadian kebakaran, tetapi tidak dapat memadamkan api karena lokasi api jauh dari jalan raya,” kata Pimanto.
Terdapat 11 titik panas di Kabupaten Kotawaringin Timur, Seruyan, dan Kabupaten Katingan. Rinciannya, dua titik panas di Kotawaringin Timur, lima titik panas di Kabupaten Seruyan, dan empat titik panas di Kabupaten Katingan.
Saat ini, lanjut Pimanto, pihaknya masih berupaya mendekati pusat titik api dengan cara manual. Belasan petugas sudah berada di lokasi untuk memadamkan api. ”Kami juga sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk menyelidiki penyebab lahan terbakar itu, tetapi fokus kami agar api tidak meluas,” kata Pimanto.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi H Asan Sampit Musuhanaya mengungkapkan, dalam pantauannya, terdapat 11 titik panas di Kabupaten Kotawaringin Timur, Seruyan, dan Kabupaten Katingan. Rinciannya, dua titik panas di Kotawaringin Timur, lima titik panas di Kabupaten Seruyan, dan empat titik panas di Kabupaten Katingan.
”Titik panas memang sudah mulai bermunculan. Untuk potensi terjadinya karhutla ditinjau dari analisis parameter cuaca di Kalteng, secara umum masih di kategori aman karena masih ada hujan,” kata Musuhanaya.
Sebelumnya, Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Kalteng Leonard S Ampung, saat membuka Focus Group Discussion (FGD) Pengintegrasian Kebijakan, Perencanaan, dan Pelaksanaan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan di Palangkaraya, mengungkapkan, kebakaran hutan dan lahan tak semata urusan pemerintah. Untuk itu, perlu kolaborasi dan kerja sama antara pemerintah, lembaga terkait, dan masyarakat di tingkat tapak untuk bisa mengantisipasinya.
Kegiatan yang berlangsung pada Kamis-Jumat (24-25/3/2022) lalu itu membahas pendekatan model kluster yang diinisiasi pemerintah bersama kemitraan/partnership bekerja sama dengan United Nation Environment Program (UNEP) untuk memfasilitasi penguatan para pihak dalam upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla melalui program ”Strengthening Indonesian Capacity for Anticipatory Peat Fire Management (SIAP-IFM)”.
Berbagai inisiatif atau model penanganan karhutla, lanjut Leo, telah dikembangkan sejumlah pihak, salah satunya dalam Program SIAP-IFM yang telah diterapkan di Kabupaten Pulang Pisau. Program ini melibatkan semua pihak dalam penguatan kebijakan, kelembagaan, dan kapasitas yang diharapkan berkontribusi pada penanganan karhutla secara kolaboratif dan efektif.
”Apa yang dilakukan Kabupaten Pulang Pisau bisa menjadi pengalaman baik untuk semua wilayah di Kalteng dalam rangka pengendalian karhutla,” ujar Leo.