Jadi Arena G20 di Surakarta, Pura Mangkunegaran Panggungkan Budaya Lokal
Pura Mangkunegaran dipilih menjadi tempat penyelenggaraan kegiatan G20 di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Kegiatan tersebut diharapkan dapat turut memperkenalkan budaya Jawa ke publik internasional.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Pura Mangkunegaran dipilih menjadi tempat penyelenggaraan rangkaian kegiatan G20 di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Adapun acara yang akan digelar ialah ”royal dinner” atau jamuan makan malam kerajaan. Tak sekadar diplomasi kuliner, pergelaran tersebut diharapkan semakin luas mengenalkan kebudayaan lokal ke publik internasional.
Hal tersebut diungkapkan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka dalam acara kerja bakti di Pura Mangkunegaran, Kota Surakarta, Jumat (25/3/2022). Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunegara X ikut serta dalam kegiatan tersebut. Acara kerja bakti menjadi salah satu persiapan yang dilakukan menyambut rangkaian kegiatan yang diikuti delegasi negara-negara G20 di kota tersebut, pekan depan.
”Minggu depan, salah satu acara rangkaian dari presidensi G20 adalah ’royal dinner’ di Pura Mangkunegaran ini. Kami gunakan kesempatan ini sebaik mungkin untuk mengenalkan kebudayaan di Kota Surakarta,” kata Gibran, di sela-sela acara kerja bakti tersebut.
Untuk itu, kata Gibran, sajian yang akan disuguhkan kepada para tamu merupakan sesuatu yang khas dari Pura Mangkunegaran, baik kuliner maupun hiburan berupa tari-tarian. Ini didasari oleh posisi kadipaten Mangkunegaran sebagai salah satu tempat lahir dan berkembangnya kebudayaan Jawa di wilayah tersebut.
Gibran menambahkan, sebenarnya ada sejumlah tempat yang sebelumnya sempat menjadi alternatif destinasi tujuan dalam tur kota rangkaian Presidensi G-20 di Surakarta. Namun, kondisi penularan Covid-19 yang masih fluktuatif mengharuskan pembatasan titik kunjungan. Destinasi lain yang juga menjadi sasaran tur kota ialah Museum De Tjolomadoe di Kabupaten Karanganyar.
”Covid-nya masih fluktuatif. Jadi, kami pilih beberapa tempat terbaik. Ini acara juga dibuat dengan sistem bubble (gelembung). Kunjungan wisatanya di Kota Surakarta, hanya di Pura Mangkunegaran saja. Makan-makan,” kata Gibran.
Mengenai kerja sama dengan Pura Mangkunegaran, Gibran mengungkapkan, tidak akan berhenti pada pelaksanaan rangkaian acara presidensi G20. Pihaknya bakal mengoptimalkan keberadaan keraton tersebut sebagai ruang publik yang punya potensi wisata. Salah satu caranya dengan menggeliatkan kembali kegiatan-kegiatan di Pura Mangkunegaran.
Pernyataan Gibran direspons positif oleh KGPAA Mangkunegara X yang baru saja dinobatkan. Ia mengungkapkan, pihaknya mempunyai misi sama, yakni lebih mendekatkan Pura Mangkunegaran kepada publik. Dengan demikian, penduduk kota tersebut nantinya juga akan punya rasa memiliki terhadap kadipaten yang punya sejarah panjang di negara ini.
”Ke depannya, ada event-event yang juga direncanakan di Pura Mangkunegaran. Ini kesempatan bagi kami untuk memperkenalkan budaya Mangkunegaran sekaligus mendekatkan diri ke masyarakat. Supaya, selanjutnya, masyarakat juga punya rasa memiliki dan kita akan bersama-sama merawatnya (Pura Mangkunegaran),” tutur Mangkunegara X.
Salah satu upaya yang sudah dilakukan, tambah Mangkunegara X, adalah membuka sebesar-besarnya kawasan tersebut sebagai ruang publik. Hal itu dilakukan pada Pamedan, atau bagian depan Pura Mangkunegaran, yang selama ini juga menjadi ruang parkir. Belakangan, tempat tersebut dimanfaatkan masyarakat untuk berolahraga pagi.
”Kami ingin menjadi tempat berkegiatan untuk kehidupan sehari-hari masyarakat. Masyarakat bisa ke sini, berkumpul, dan berolahraga. Itu memang sudah berjalan beberapa waktu ini. Maka, kami ingin berlanjut supaya kita bersama-sama berkegiatan di sini,” kata Mangunegara X.
Mangkunegara X juga akan lebih mengembangkan pengelolaan media sosial dari institusi kebudayaan yang dipimpinnya. Lewat media sosial, ia meyakini, aset budaya dan kearifan lokal Pura Mangkunegaran bisa semakin dikenal masyarakat luas.
Selain itu, Mangkunegara X juga akan lebih mengembangkan pengelolaan media sosial dari institusi kebudayaan yang dipimpinnya. Namun, optimalisasi pengelolaan memang butuh waktu. Lewat media sosial, ia meyakini, aset budaya dan kearifan lokal Pura Mangkunegaran bisa semakin dikenal masyarakat luas.
”Kami ingin menampilkan Pura Mangkunegaran dari sisi edukasi ataupun personalnya. Tujuannya agar masyarakat luas bisa melihat dan tahu kehidupan di sini serta kebudayaannya. Itu menjadi bagian dari pelestarian budaya lewat komunikasi yang kami lakukan ke masyarakat,” kata Mangkunegara X.