Presiden Jokowi Akhirnya Tahu Tingginya Beragam Harga Komoditas di NTT
Tingginya harga komoditas di Pasar Penfui Kupang, NTT, menjadi wajah muram pemenuhan kebutuhan bahan pokok di NTT. Presiden Jokowi diharapkan bisa mengambil kebijakan tepat terkait hal ini.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
Kehadiran Presiden Joko Widodo di Pasar Penfui Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (24/3/2022), masih menjadi pembicaraan hangat. Selain bersyukur mendapat bantuan uang dan bahan pokok, para pedagang puas karena Presiden kini mengetahui tingginya harga beragam komoditas di sana.
Lie Langkamau (54), pedagang sayur, bumbu dapur, dan tahu-tempe di Pasar Penfui, Jumat (25/3/2022), puas karena Presiden akhirnya mengetahui tingginya harga sejumlah komoditas di NTT. Hal itu, kata Lie, keluar dari mulut Presiden saat membeli tahu miliknya.
”Bapak beli empat potong tahu. Saat tanya berapa harganya, saya bilang, Rp 20.000. Bapak bilang terlalu mahal meski memberi Rp 100.000. Itu baru harga tahu, belum lagi harga kebutuhan pokok lainnya. Semua naik,” kata perempuan yang memiliki empat anak yang juga mendapat uang tunai Rp 1,2 juta dari Presiden.
Maria Goreti Uni (43), ibu rumah tangga, warga Kelurahan Liliba, Kupang, mengatakan, komentar Presiden soal harga mahal itu wajar. Alasannya, harga bahan pokok di pasar-pasar tradisional terus naik dari tahun ke tahun. Dia berharap, ke depan harga beragam komoditas di NTT bisa ditekan.
”Sayur sawi tahun 2006 hanya Rp 1.000 per ikat. Empat tahun kemudian menjadi Rp 2.000 per ikat. Kini mencapai Rp 5.000 per ikat. Mungkin saja beberapa tahun lagi naik menjadi Rp 10.000 per ikat. Padahal, satu ikat sawi hanya cukup untuk sekali makan empat orang,” kata Uni.
Di luar itu, Uni mengapresiasi kunjungan itu. Kerja Presiden jauh lebih baik ketimbang pejabat daerah yang jarang datang ke pasar, kecuali mendekati pilkada.
Sebelumnya, dalam kunjungan kerja ke NTT, Presiden mendatangi Pasar Penfui di Kupang. Selama sekitar 20 menit, dia menyempatkan diri berbelanja beragam barang dagangan yang dijajakan di sana. Selain tahu milik Lie, Presiden juga membeli 3 kilogram kacang hijau milik Ny Agustina Langkamau (52), pedagang lainnya. Presiden membayarnya Rp 300.000 atau 10 kali lipat lebih tinggi ketimbang harga normal.
”Presiden belanja cukup banyak bahan, ada alpukat, sayur sawi, dan daun singkong. Terima kasih sudah belanja di sini,” katanya.
Di tengah waktu yang terbatas, tidak semua pedagang bisa bersua Presiden. Ny Theresia Barek (51), penjual kacang hijau eceran, kunyit, jahe, dan bumbu dapur, misalnya, urung bertemu. Lapaknya berada cukup jauh, masuk ke dalam, sekitar 70 meter. Namun, ia tetap bersyukur karena mendapatkan bantuan paket bahan pokok berupa 5 kilogram beras, gula pasir, minyak goreng, dan lainnya.
”Lumayan, untuk kebutuhan 20 hari ke depan bagi kami tiga orang,” katanya.
Tingginya beragam harga komoditas di Kupang ini jelas bukan kabar baik bagi ketahanan pangan dan masa depan kesehatan warga NTT. Fenomena ini sejalan dengan besarnya angka tengkes yang terus membelit anak-anak di sana. Jika tidak dibenahi, masa depan cerah warga NTT bakal sulit tercapai.