Biosolar Langka, Logistik Ekspor-Impor Mulai Terganggu di Sumut
Dunia usaha mulai terpukul akibat kelangkaan biosolar di Sumut. Arus barang mulai tumpat di pelabuhan karena banyak truk peti kemas yang tidak bisa beroperasi. Bus antarkota antarprovinsi juga terganggu perjalanannya.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS - Dunia usaha mulai terpukul akibat kelangkaan biosolar yang sudah terjadi lebih dari tujuh hari di Sumatera Utara. Arus barang mulai tumpat di pelabuhan karena banyak truk peti kemas yang tidak bisa beroperasi. Bus antarkota antarprovinsi juga terpuruk karena tidak mendapat biosolar.
”Ini keadaannya sebenarnya sudah sangat darurat. Kami meminta pemerintah pusat turun tangan. Kami sudah melapor ke PT Pertamina, tetapi mereka menyebut tidak bisa berbuat banyak karena biosolar yang disalurkan sudah sesuai kuota,” kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut Haposan Siallagan, di Medan, Jumat (25/3/2022).
Pantauan Kompas, SPBU di sepanjang Jalan Sisingamangaraja, Medan, masih memampangkan pengumuman ”Biosolar dalam perjalanan”. Kondisi serupa terjadi di sepanjang jalan lintas Sumatera dari Medan hingga Riau dan Sumatera Barat. Kondisi itu sudah berhari-hari terjadi. Biosolar hanya tersedia di sebagian SPBU di dalam dan pinggiran Kota Medan.
Haposan mengatakan, aktivitas ekspor dan impor di Sumut saat ini mulai terganggu karena banyak truk peti kemas yang tidak bisa beroperasi. ”Saat ini truk-truk melepas gandengan peti kemas agar bisa berburu biosolar ke pinggiran kota, tetapi lebih banyak yang tidak dapat,” ucapnya.
Haposan menyebutkan, arus barang ekspor dari daerah menuju pelabuhan juga tersendat. Sebaliknya, banyak barang impor yang menumpuk di pelabuhan.
Haposan, yang juga Ketua Organisasi Angkutan Darat Sumut, mengatakan, angkutan antarkota antarprovinsi juga saat ini sangat terdampak biosolar. Ia mencontohkan, bus jurusan Medan-Pekanbaru yang biasanya hanya butuh waktu 12 jam perjalanan kini harus menyiapkan waktu hingga 30 jam perjalanan.
Aktivitas ekspor dan impor di Sumut saat ini mulai terganggu karena banyak truk peti kemas yang tidak bisa beroperasi.
Waktu tempuh bertambah karena bus harus mengantre di SPBU. Jalanan di sekitar SPBU juga banyak yang macet karena antrean kendaraan memakan badan jalan. Jika ada SPBU yang punya solar, antreannya bisa sampai 3 kilometer.
Haposan menuturkan, kelangkaan solar juga sudah berkali-kali terjadi. Pada Oktober tahun lalu, hal serupa terjadi hingga dua pekan.
Andri Simatupang (40), sopir angkutan logistik antarkota, mengatakan, dirinya tidak berani berangkat sebelum mendapat biosolar di Medan dan sekitarnya. ”Kami harus siapkan waktu seharian untuk mencari biosolar sebelum berangkat. Kalau tidak dapat, mending tidak berangkat,” ujarnya.
Meski terjadi kelangkaan biosolar di Sumut, Manajer Area Humas dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Utara Taufikurachman mengungkapkan, tidak ada permasalahan terkait pasokan dan distribusi biosolar bersubsidi di Sumut. Volume biosolar yang disalurkan pun, menurut dia, masih sesuai kuota pada tahun 2022.
”Di Sumut terdapat 349 lembaga penyalur dengan realisasi penyaluran 3.234 kiloliter per hari atau 107,6 persen dari kuota yang ditetapkan pada 2022 sebesar 3.006 kiloliter per hari,” kata Taufikurachman.
Dengan melihat keadaan di lapangan, lanjutnya, pihaknya akan memonitor seluruh proses distribusi biosolar di Sumut mulai dari terminal BBM, SPBU, hingga sampai ke konsumen. Penyediaan biosolar bersubsidi pun akan difokuskan di jalur logistik.