Layanan ”Plus-Plus” di Nusa Penida
Musim semi pariwisata di Nusa Penida membuat banyak agen perjalanan dan pemandu wisata bersaing mendapatkan turis. Salah satunya dengan menyediakan jasa dokumentasi pribadi.
Perjalanan wisata tidak lengkap rasanya jika tidak didokumentasikan. Selain mengabadikan kenangan, foto dan video perjalanan wisata yang apik bisa menjadi sarana promosi sebuah daerah wisata. Kekuatan tersebut disadari betul oleh para pelaku usaha wisata di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, yang kemudian berlomba-lomba memberikan pelayanan ”plus-plus”, khusunya terkait dengan dokumentasi foto ataupun video.
Suatu hari pada bulan Januari 2022, kaus hitam yang dikenakan Agung (22) kuyup. Sudah tiga jam dirinya mandi keringat di tengah bawah terik matahari Nusa Penida. Bukan tanpa alasan, pria yang sudah dua tahun terakhir menjadi pemandu wisata itu tak kunjung bisa berteduh lantaran kliennya masih belum puas dengan hasil jepretannya.
Kala itu, sang klien meminta kepada Agung untuk dibuatkan foto dengan latar belakang Pantai Diamond, persis dengan foto seorang model. Kendati badannya sudah kuyup, kaki dan tangannya sudah pegal, serta kerongkongannya telah mengering, Agung pantang mundur. Setelah sekitar 4.000 jepretan, klien tersebut akhirnya menemukan foto yang ia inginkan. Lelah yang dirasakan Agung terbayar.
Pada Rabu (23/3/2022), Agung memanjat sebuah pohon jambu isi setinggi 2,5 meter di kawasan Pantai Kelingking. Meski kaki dan tangannya bergetar, Agung tak gentar. Tangan kirinya ia pakai untuk berpegangan pada ranting dan tangan kanannya ia pakai untuk memegang ponsel pintarnya. Risiko jatuh diabaikan, pria yang sedang memandu rombongan dari Jakarta itu berupaya mencari-cari titik yang pas agar kliennya bisa mendapat foto yang ciamik.
Beberapa kali terdengar Agung mengarahkan kliennya. ”Kak, kakinya yang kiri agak ke depan sedikit. Iya cukup. Dagunya diangkat sedikit, senyum, tahan, ya, 1,2,3, mantap!” seru Agung kepada seorang perempuan muda yang memakai jasanya hari itu.
Di kecamatan kami ada Nusa Penida, Lembongan, dan Ceningan. Lembongan sudah terkenal dari tahun 90-an, sudah berkembanglah. Kalau Nusa Penida, pulau besarnya, baru mulai naik semenjak Festival Nusa Penida pada 2014.
Setelah turun dari pohon, Agung mengusap-usap layar ponsel untuk melihat hasil jepretannya, lalu ia tersenyum. Pria yang sebelumnya bekerja sebagai peracik minuman itu kemudian menunjukkan layar ponselnya kepada perempuan muda yang ada di depannya. Sama dengan Agung, klinennya itu juga tersenyum lebar dengan mata berbinar.
”Wah, lucu,” ujar si perempuan muda tersebut seusai melihat gambar dirinya.
Agung yang merupakan tamatan sekolah menengah kejuruan di Nusa Penida itu mengklaim, sebagian besar kliennya puas dengan hasil foto atau videonya. Hal itu berkat ketekunan Agung mempelajari teknik pengambilan foto dan video di internet.
”Saya sering melihat-lihat di Instagram, gaya foto atau jenis video apa, sih, yang sedang tren, terus saya ikuti. Biasanya, beberapa klien juga sudah punya referensi mau difoto atau divideo seperti apa,” ujarnya.
Untuk membuat foto yang baik, Agung dimodali oleh bosnya dengan ponsel pintar berspesifikasi mumpuni, yakni Iphone 11 pro max. Adapun dua pemandu wisata lain yang satu kantor dengan Agung dibekali Iphone 12 pro, dan Iphone 12 pro max. Ponsel-ponsel yang dibanderol dengan harga belasan hingga puluhan juta itu memiliki tiga jenis lensa kamera, antara lain lensa ultra wide, wide, dan telefoto.
Baca juga: Ubud, Buku, dan Pagebluk
Pemandu wisata lainnya, seperti Kadek Agung, juga dibekali modal Iphone 11 untuk memberikan layanan lebih kepada wisatawan yang menggunakan jasanya. Selain menggunakan kamera ponsel pintar, Kadek juga bisa melayani kebutuhan dokumentasi berbayar dengan kamera profesional.
”Kalau tamu request, baru bawa kamera. Kalau enggak, pakai ponsel biasa yang sudah termasuk dalam paket perjalanan. Tapi, kebanyakan tamu senang difoto pakai ponselnya sendiri,” katanya.
Kadek mengatakan, layanan plus-plus itu diwajibkan oleh agen perjalanan yang mempekerjakannya. Sama dengan Agung, Kadek juga mempelajari keahlian mendokumentasikan foto dan video secara autodidak. Keahlian ini pun menjadi mudah karena jam terbangnya sebagai pemandu wisata beberapa tahun terakhir.
”Kita belajar dari pengalaman dulu, kita juga lihat-lihat video cara pengambilan foto dari orang lain. Kalau lokasi, kita juga lihat setiap hari, kan, jadi paham. Saat ambil foto atau video, kita suka arahkan orang, atur posisilah biar bagus,” ujarnya.
Layanan ini, menurut dia, digemari turis lokal dan wisatawan mancanegara, khususnya dari Asia, antara lain Filipina dan Thailand. Sementara itu, turis dari wilayah lain, seperti Eropa, jarang meminta banyak layanan dokumentasi karena mereka lebih senang menikmati suasana alam di Nusa Penida daripada sekedar mengoleksi foto.
”Bule-bule itu lebih suka main ke pantai daripada foto-foto. Makanya, mereka juga jarang pakai jasa kita karena banyak yang lebih senang sewa motor dan jalan sendiri biar enggak ada yang ngatur-ngatur,” ucapnya.
Adanya jasa dokumentasi dari pemandu wisata itu disyukuri oleh Mayang (23), wisatawan asal Bogor, Jawa Barat. Mayang yang kala itu pergi berombongan bisa melenggang bebas tanpa perlu membawa tripod agar bisa berfoto bersama.
”Dulu, kalau mau jalan-jalan ramai-ramai begitu harus repot bawa tripod atau tongsis (tongkat narsis) biar bisa foto bersama. Sekarang ini lebih enak, bisa difotokan oleh pemandu wisata, terus dibantu mengarahkan gayanya juga biar hasil fotonya bagus,” ucap Mayang.
Baca juga: Masih Banting Harga, Penginapan di Bali Sambut Wisatawan
Wisatawan lain, Rosita, juga mengaku kagum karena pemandu wisata yang mengantarnya punya kamera ponsel yang lebih canggih daripada miliknya. Dengan gawai itu, mereka bisa mendapatkan foto dan video dengan gambar jernih, lalu bisa segera ditransfer ke ponselnya untuk diunggah ke media sosial.
Memiliki foto yang indah memang menjadi salah satu alasan wisatawan asal Banyuwangi, Jawa Timur, itu berlibur ke Nusa Penida bersama pasangannya. ”Ini, kan, momen spesial kami berdua di sini, sayang kalau kita enggak punya foto bagus berdua di tempat secantik ini,” ujarnya.
Ladang promosi
Putu Darma (19), pemilik agen perjalanan wisata di Nusa Penida, menuturkan, kemampuan dokumentasi serta alat dokumentasi yang mumpuni penting dimiliki oleh setiap agen perjalanan wisata. Selain sebagai bentuk layanan plus-plus bagi wisatawan, dokumentasi perjalanan wisata juga dinilai Putu penting untuk media promosi.
”Saya termasuk orang yang percaya dengan kekuatan media sosial. Kalau foto-foto itu diunggah ke media sosial oleh wisatawan, terus dilihat banyak orang, kita sudah dapat promosi gratis. Dari awalnya lihat-lihat, orang yang kepingin akan tertarik untuk datang ke Nusa Penida. Kalau semua wisatawan melakukan hal yang sama, dampaknya terhadap kunjungan tentu akan sangat besar,” ujarnya.
Putu selalu meminta izin untuk mengunggah sebagian foto atau video wisatawan sebagai media promosi di media sosial mereka. Selain itu, ia juga meminta agar wisatawan yang berkenan menandai agen perjalanan wisata miliknya pada saat mengunggah foto atau video mereka. Hal itu dilakukan untuk memperluas jaringan promosi usahanya. Putu berharap, dengan promosi yang gencar di media sosial, sektor Nusa Peninda yang pada masa awal pandemi sempat ”mati” bisa bangkit kembali.
Dihubungi terpisah, Kamis (24/3/2022), Camat Nusa Penida I Komang Widyasa Putra mengatakan, Nusa Penida tengah kembali bersiap menyambut kedatangan wisatawan. Pandemi yang sangat berdampak ke Pulau Bali juga sangat menampar Pulau Nusa Penida yang baru mencicipi keuntungan dari pariwisata lebih kurang lima tahun terakhir.
Pergerakan wisatawan dari Bali ke Nusa Penida saat ini rata-rata 4.000 orang per hari. Jumlah itu jauh lebih sedikit dari jumlah wisatawan yang pernah mencapai angka 15.000 per hari pada 2019.
”Di kecamatan kami ada Nusa Penida, Lembongan, dan Ceningan. Lembongan sudah terkenal dari tahun 90-an, sudah berkembanglah. Kalau Nusa Penida, pulau besarnya, baru mulai naik semenjak Festival Nusa Penida pada 2014 dari yang awalnya enggak ada kegiatan pariwisata. Lalu, Bapak Bupati langsung presentasi ke (pemerintah) pusat untuk berpromosi, baru mulai 2017 ada wisatawan,” ujarnya.
Setelah acara festival yang mengangkat seni budaya, pengenalan obyek wisata, dan kuliner khas Nusa Penida pada 2014, masyarakat, baik lokal maupun internasional, pun mulai melirik Pulau Nusa Penida sebagai lokasi wisata. Kondisi ini pun disambut dengan banyaknya warga setempat yang beralih ke industri pariwisata, termasuk menjadi agen perjalanan dan pemandu wisata.
Minimal 30 persen sudah vaksinasi ’booster’ ini sedang kita upayakan. Kita di Nusa Penida sudah siap secara kawasan, aktivitas wisata masih normal.
Penyedia jasa wisata pun menawarkan berbagai paket perjalanan. Adapun paket perjalanan sehari, pergi pulang, dari Pulau Bali, khususnya Pelabuhan Sanur, menjadi yang favorit masyarakat. Dalam paket tur itu, wisatawan bisa mendatangi beberapa titik pantai di timur dan barat pulau, antara lain Pantai Diamond dan Pantai Kelingking, serta aktivitas lain, seperti snorkeling dan menyelam.
Kini, kata Komang, mereka bersiap kembali menyambut kebangkitan pariwisata setelah dua tahun pandemi. Mereka pun memastikan warga setempat telah mendapat vaksinasi penguat atau booster, minimal 30 persen jumlah penduduk. Capaian ini pun akan dipastikan merata sampai ke tingkat desa.
”Minimal 30 persen sudah vaksinasi booster ini sedang kita upayakan. Kita di Nusa Penida sudah siap secara kawasan, aktivitas wisata masih normal,” ujarnya.
Ia pun berharap agen perjalanan dan pemandu wisata juga bisa terus memberikan layanan tambahan, tidak hanya dengan jasa dokumentasi untuk eksis, tetapi juga memenuhi ketentuan protokol kesehatan untuk meningkatkan kepercayaan turis datang ke Nusa Penida.
Baca juga: Pascapelonggaran Perjalanan, Penumpang Melenggang Bebas Menuju Bali