Kampung Literasi Selamat Tidak Hanya Baca-Tulis
Kontribusi kaum muda memberikan ”warna” tersendiri bagi kota. Mereka bergerak dalam berbagai bidang, salah satunya di Kampung Literasi Selamat, Pontianak, Kalimantan Barat,
Kontribusi kaum muda memberikan ”warna” tersendiri bagi kota. Mereka bergerak dalam berbagai bidang, salah satunya literasi. Kampung Literasi Selamat, Pontianak, Kalimantan Barat, misalnya, mengajarkan literasi yang tidak hanya menawarkan baca-tulis.
Azka (9), siswa salah satu SD di Kota Pontianak, sedang mengikuti bimbingan belajar Matematika bersama Miranda (14), salah satu sukarelawan Kampung Literasi Selamat (Kalise), Kamis (17/3/2022). Sore itu, Azka bimbingan tentang perkalian.
Ia antusias bertanya kepada sukarelawan tentang perkalian. Ia senang ikut bimbingan di Kalise karena ada teman-teman dan sukarelawan yang menciptakan suasana akrab. Dengan suasana akrab, Azka merasa mudah mencerna penjelasan para sukarelawan.
Di sela bimbingan belajar, ia memberikan teka-teki. ”Suku apa yang selalu berdoa?” tanya Azka kepada sukarelawan dan kami di ruangan itu. Kami berpikir sejenak dan tidak menemukan jawabannya.
”Suku yang selalu berdoa adalah syukuran,” jawab Azka, disambut gelak tawa kami di ruangan.
Tidak sampai di situ. Azka melanjutkan teka-tekinya. ”Bank apa yang tidak mempunyai uang?” tanya Azka lagi.
Kami kembali mencoba menjawab teka-teki Azka. Namun, dari sekian banyak jawaban, salah. Lalu, Azka menjawab. ”Bank yang tidak mempunyai uang adalah bangkrut,” jawabnya. Azka kemudian melanjutkan bimbingan belajar bersama Miranda.
Miranda lebih sering membimbing anak-anak dalam pelajaran Matematika. Ia mengajarkan Matematika dasar, misalnya bagaimana melihat jam, perkalian, dan berbagai keterampilan dasar siswa.
Di sudut lain, para siswi sedang duduk menunggu rekan-rekan lainnya sembari membaca buku. Manis (7), salah satu siswa yang bimbingan belajar, duduk membaca buku dongeng sembari menunggu rekannya. Di Kalise terdapat sekitar 3.300 koleksi buku, 50 persen di antaranya buku fiksi. Selebihnya buku pelajaran sekolah, kamus, agama, dan ensiklopedia.
Saat tiba di Kalise, Manis membawa dua botol plastik bekas. Siswa yang datang bimbingan belajar di situ membawa sampah dari rumah sebagai bagian dari pengendalian sampah rumah tangga. Ia menyerahkan sampah kepada salah satu sukarelawan untuk disimpan ke tempat pengolahan.
Berbagai sampah dari para siswa diolah menjadi berbagai pernak-pernik. Sampah botol, misalnya, diberi sentuhan kain perca dengan berbagai bentuk. Sampah kertas diolah menjadi pot bunga sehingga memberikan nilai tambah. Hasil olahan dipajang di galeri.
Siswa lainnya ada juga yang berada di panggung kecil depan Kalise. Mereka belajar alat musik tradisional marawis. Kesenian marawis dibimbing sukarelawan bernama Arfan (11). Ia belajar gendang dan kesenian tersebut dari sang kakak. Lalu, ia mengajarkan itu kepada rekan-rekannya.
Kegiatan Kalise berada di sebuah rumah yang terletak di Gang Selamat 1, Kecamatan Pontianak Barat, Kota Pontianak. Aktivitas Kalise dilaksanakan para sukarelawan yang merupakan generasi muda daerah setempat. Ada 15-17 sukarelawan di Kalise. Yang ikut dalam kegiatan harian 15-20 anak SD-SMA.
Madina (18), sukarelawan Kalise yang merupakan siswi salah satu SMA negeri di Pontianak, mengatakan, ia telah enam tahun menjadi sukarelawan mengajarkan mengaji kepada anak-anak. Dengan bergabung sebagai sukarelawan, ia bisa berbagi dengan rekan-rekannya dan mendapatkan ilmu di lapangan.
Lili (16), sukarelawan lain, juga siswi salah satu SMA negeri di Pontianak, mengatakan, dengan menjadi sukarelawan ia memiliki aktivitas yang lebih terarah sehingga masa mudanya bisa dimanfaatkan dengan baik. Selain membimbing, dari Kalise ia juga bisa mengakses berbagai pelajaran melalui internet dan koleksi buku.
Lebih dari baca-tulis
Founder Kampung Literasi Selamat, Annisa Maharani Nasran (22), menuturkan, embrio pembentukan Kampung Literasi Selamat berawal dari berdirinya taman baca pada 2007. Seiring waktu, pada 2018 pemerintah menggencarkan peningkatan literasi. Selain itu, kampung literasi di Kalbar belum ada kala itu.
Annisa dan beberapa anak muda dari setiap pulau di Tanah Air diutus belajar tentang kampung literasi di Gunung Kidul, DI Yogyakarta, tahun 2018. Dari sana diharapkan bisa berbekal pengetahuan untuk mengembangkan literasi dasar di daerah masing-masing sesuai dengan karakteristik daerah.
Selama seminggu di sana, Annisa melihat literasi dalam bidang kebudayaan tradisional. Setelah kembali ke Pontianak, ia melihat apa yang bisa dilakukan sesuai karakteristik Pontianak. Dengan apa yang ada di masyarakat itulah yang ia kemas kembali.
”Hal yang esensial bagaimana masyarakat melek baca-tulis. Dengan baca-tulis bisa membantu masa depan masyarakat ke depannya, baik untuk usaha maupun bidang lainnya,” kata Annisa.
Sepulang dari Gunung Kidul, ia mengutarakan apa yang ia pelajari kepada pihak Dinas Pendidikan Kota Pontianak sebagai pertanggungjawabannya selaku wakil dari Kalbar. Selanjutnya, ia menyosialisasikan kepada tokoh masyarakat di lingkungannya.
Dari aspek baca-tulis sudah ada melalui embrio rumah baca. Kemudian, Annisa mengembangkannya dengan membentuk kampung literasi. Aktivitas kampung literasi di rumah peninggalan kakeknya yang difungsikan untuk hal bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Baca juga: Literasi, Kunci Kehidupan Seseorang
Ada enam literasi dasar yang diajarkan di kampung literasi, salah satunya literasi baca-tulis yang difasilitasi dengan adanya rumah baca. Kemudian, literasi numerasi, seperti yang dilakukan salah satu sukarelawan yang memberikan bimbingan belajar Matematika kepada siswa.
Antusiasme memanfaatkan rumah baca juga dua tahun terakhir meningkat. Periode Januari-Desember tahun 2020 terdapat 413 peminjaman buku. Kemudian, pada Januari-Desember tahun 2021 terdapat 585 total peminjaman buku. Demikian juga dengan jumlah pengunjung rumah baca. Pada periode Januari-Desember tahun 2020 terdapat 2.051 pengunjung dan periode Januari-Desember tahun 2021 terdapat 3.227 pengunjung.
Selanjutnya, literasi finansial. Hal itu terkait salah satunya bagaimana masyarakat menghasikan pendapatan dari potensi yang dimiliki. Bentuknya pelatihan kerajinan, misalnya kerajinan antaran pengantin yang berpotensi menambah penghasilan dan taraf hidup. Kerajinan dipajang di galeri Kalise dalam upaya membantu promosi serta penjualan.
Hal yang diajarkan, misalnya, bagaimana mengoperasikan Google Classroom dan bagaimana mengirim tugas pada awal 2020 hingga 2021 kepada para siswa,
Perajin antaran pengantin sejauh ini ada di tiga rumah. Harga produksinya berkisar Rp 2.500 hingga Rp 12.000 per produk, tergantung dari kesulitan pembuatan. Yang memberikan pelatihan adalah warga sekitar yang diberdayakan. Dalam kegiatan itu yang diutamakan regenerasi. Generasi baru yang mulai muncul 1-2 perajin.
Selain itu, literasi sains. Penerapannya melalui hal yang sederhana bisa dipraktikkan masyarakat. Di lokasi itu dalam bentuk komposter. Sampah rumahan masyarakat untuk pupuk tanaman obat keluarga, misalnya kunyit. Sampah-sampah dari kerja bakti dipilah untuk pupuk organik. Ada rumah percontohan hidroponik. Pelatihan bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Pontianak, kelurahan, dan pihak kecamatan.
Selanjutnya, literasi digital. Khusus digital masih baru. Kampung Literasi Selamat bekerja sama dengan mahasiswa Universitas Tanjungpura, Pontianak, memberikan wawasan siswa dan masyarakat. Saat pandemi Covid-19 kebutuhan siswa adalah belajar secara daring.
”Hal yang diajarkan, misalnya, bagaimana mengoperasikan Google Classroom dan bagaimana mengirim tugas pada awal 2020 hingga 2021 kepada para siswa,” ujarnya.
Selain itu, pengoperasian komputer dalam menyusun katalog di Kalise dan desain grafis. Dengan demikian, jika ada kegiatan terkait dokumentasi ada tim sendiri yang bisa mengerjakannya.
Pada saat awal pandemi Covid-19, Kalise menyediakan teh dan pisang goreng gratis untuk meningkatkan minat siswa menggunakan fasilitas internet. Waktu itu anak-anak dan orangtua belum terbiasa belajar di luar sekolah saat pandemi. Ada internet gratis yang mereka siapkan.
Terakhir adalah literasi kebudayaan dan kewarganegaraan. Hal ini terkait kearifan lokal masyarakat Pontianak, misalnya makanan jenis lemang, patlau, dan kue bingke. Di kawasan itu lebih dikenal penghasil lemang. Ada tiga rumah produksi lemang di kawasan tersebut.
Kalise membantu dengan promosi. Produksi sudah ada, tetapi branding masih kurang. Pada aspek itulah Kalise berperan membantu masyarakat. Kalise membawa produk itu untuk dipamerkan dalam berbagai kegiatan.
Kemudian, pelestarian tarian kesenian daerah. Kesenian yang diajarkan di sana, misalnya tarian jepin yang biasanya dibawakan dengan musik rancak berkelompok. Kemudian tarian tidayu atau Tionghoa, Dayak, Melayu. Lalu, pantun begendang.
Pontianak jika dibandingkan kabupaten lainnya di Kalbar relatif memiliki akses belajar yang memadai. Namun, menurut Annissa, dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia masih perlu peningkatan. Selain itu, gerakan literasi serupa bisa pula dikembangkan di kabupaten lain.
Tantangan yang dihadapi terkait sumber daya manusia (SDM). Sukarelawan anak-anak muda setempat perlu diarahkan dari awal karena usia mereka masih belia. Di sisi lain perlu waktu membentuk mereka di tengah pengalaman mereka yang minim. Namun, antusiasme mereka yang tinggi di sisi lain menjadi kekuatan.
Tantangan lainnya, mengomunikasikan ide-ide kepada tokoh-tokoh. Apalagi jika yang melaksanakannya anak muda. Namun, ia menjelaskan keberadaan Kalise bukan berharap materi, melainkan masyarakat mendapatkan berbagai manfaat dari keberadaan Kalise.
Hal yang memotivasi ia bergerak melalui Kalise, ia ingin anak-anak lainnya turut mendapatkan hak dasar mereka. Selain itu, ada masalah sosial lain terkait pendidikan karakter di lingkungan.
Dukungan terhadap inisiatif tersebut pernah datang dari salah satu badan usaha milik negara. Dukungan salah satunya dalam bentuk bantuan fasilitas penunjang aktivitas literasi di Kalise.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menuturkan, keberadaan gerakan kaum muda sangat signifikan kontribusinya terhadap pengembangan literasi daerah. Pembangunan termasuk dalam bidang literasi tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga perlu keterlibatan semua pihak, termasuk kaum muda.
Gerakan literasi menggambarkan kepedulian masyarakat terhadap masa depan Pontianak dan menjadi kota kreatif. Kota kreatif jika anak-anak muda dan masyarakatnya kreatif untuk hal-hal yang baik.
Menurut Edi, berbagai gerakan literasi di Pontianak juga berkontribusi terhadap indeks pembangunan manusia Pontianak yang menduduki posisi pertama. Literasi yang dibangun anak-anak muda menjadi penunjang.
Dukungan dari Pemerintah Kota Pontianak terhadap inisiatif kaum muda ada kolaborasi dari sisi pemikiran dan kegiatan. Selain itu, memberikan ruang dan fasilitas agar mereka bisa bergerak. Di Pontianak terdapat sekitar 80 komunitas dalam berbagai gerakan, termasuk literasi di dalamnya.
Baca juga: Mengawal Gerakan Literasi Nasional