Terdampak Banjir, 1.149 Hektar Tanaman Padi di Purworejo Gagal Panen
Banjir di Kabupaten Purworejo menyebabkan 1.149 hektar ranaman padi gagal panen. Selain itu, lebih dari 800 hektar sawah lainnya mengalami rusak ringan dan sedang.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
PURWOREJO, KOMPAS — Banjir yang terjadi minggu lalu merendam sekitar 1.974 hektar sawah di tujuh kecamatan di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Dari luasan tersebut, 1.149 hektar tanaman padi terdata rusak berat dan mengalami gagal panen ataupun puso, sedangkan 825 hektar tanaman padi sisanya mengalami kerusakan sedang dan ringan.
Kepala Bidang Sarana Pertanian dan Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan Kabupaten Purworejo Jayadi mengatakan, rata-rata tanaman padi yang gagal panen adalah tanaman muda yang baru saja ditanam.
”Tanaman muda ini memang tidak bisa diselamatkan karena rata-rata baru berusia 30-40 hari,” ujarnya, Senin (21/3/2022).
Gagal panen terjadi di lima kecamatan, yaitu di Kecamatan Pituruh, Butuh, Grabag, Purwodadi, dan Bagelen. Areal puso terluas terdapat di Kecamatan Grabag seluas 650 hektar disusul Kecamatan Butuh seluas 350 hektar.
Adapun tanaman padi yang rusak ringan dan sedang adalah tanaman siap panen yang sudah berusia lebih dari tiga bulan. Areal ini tersebar di Kecamatan Banyuurip, Butuh, Pituruh, Kemiri, dan Purwodadi.
Sebagian dari hasil panen di areal tersebut masih bisa diselamatkan. Namun, karena terendam banjir dan sebagian bulir padi rontok kemudian terseret banjir, hasil panen diperkirakan akan berkurang 5-10 persen. Rata-rata produktivitas tanaman padi di Kabupaten Purworejo berkisar 7-8 ton gabah kering panen (GKP) per hektar.
Dampak kerusakan tersebut terjadi karena banjir sempat merendam tanaman padi sekitar 1 meter selama tiga hari atau lebih.
Seperti diberitakan sebelumnya, banjir di Kabupaten Purworejo terjadi mulai Senin hingga Sabtu (14-19/3/2022). Hingga kini masih ada sejumlah daerah yang tergenang air berkisar 30-50 sentimeter.
Suji Marliyah, Kepala Desa Dlangu, Kecamatan Butuh, mengatakan, banjir merendam puluhan hektar tanaman padi di sawahnya selama tiga hari dengan ketinggian air mencapai 1 meter. Sebagian besar sawah siap panen. Kerugian dirasakan petani karena rata-rata dari mereka sudah memotong hasil panen, tetapi masih meletakkannya di sekitar areal sawah.
”Hasil panen pun tidak bisa didapatkan optimal karena banyak gabah ikut terseret dan rusak terendam banjir,” ujarnya.
Suji juga memiliki 25-30 hektar sawah. Dari luasan tersebut, sekitar 70 persen di antaranya terdampak banjir karena sebagian belum dipanen.
Desa Dlangu merupakan desa di Kecamatan Butuh yang langsung terdampak banjir setelah wilayah utara banjir. Para petani yang sawahnya terendam banjir langsung membenahi sawahnya dan bersiap kembali memulai musim tanam bulan depan.
Eko Winarni, Sekretaris Kelurahan Katerban di Kecamatan Kutoarjo, mengatakan, sekitar 1 hektar tanaman padi di Kelurahan Katerban terendam banjir dan roboh. Kendati demikian, sebagian besar di antaranya masih tetap bisa dipanen.
Sementara itu, banjir di Desa Kedungmulyo, Kecamatan Butuh, juga merendam lebih dari 40 hektar tanaman padi. Sekitar 15 hektar di antaranya padi siap panen. Sementara itu, lebih dari 20 hektar sisanya adalah tanaman padi yang berusia sekitar dua bulan, yang diperkirakan mengalami kerusakan terparah.