UMKM di Magelang Mulai Kesulitan Dapatkan Minyak Curah
Para pelaku usaha kecil di Magelang kesulitan mendapatkan minyak goreng curah. Stok di pasaran cenderung langka. Kalau toh ada, harganya naik hampir 30 persen.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sejumlah pelaku usaha kecil di Kota dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mulai kesulitan mendapatkan pasokan minyak goreng curah. Selain stoknya terbatas atau langka, barang yang ada harganya terus melambung.
Muji (55), salah seorang pelaku usaha aneka gorengan di Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang, mengatakan, selama dua hari terakhir, dirinya sama sekali tidak mendapatkan minyak curah karena stok di sejumlah pengepul kosong.
”Para pengepul tidak bisa memastikan kapan stok tersedia. Namun, mereka memastikan harga minyak goreng curah yang sebelumnya Rp 230.000-Rp 235.000 per jeriken, saat ini sudah mencapai lebih dari Rp 300.000 per jeriken,” tuturnya, Minggu (20/3/2022). Satu jeriken berisi 17 kilogram minyak goreng curah.
Sebelumnya, Muji biasa mengunakan sedikitnya 10 liter minyak goreng kemasan dan 5-10 kilogram (kg) minyak goreng curah per hari. Namun, karena terdesak keadaan tidak bisa mendapatnya minyak curah, dia pun terpaksa memperbanyak pembelian minyak goreng kemasan menjadi 16 liter atau delapan kemasan 2 kilogram.
Menyesuaikan dengan harga minyak kemasan yang juga sudah melonjak dari harga Rp 20.000 per liter menjadi Rp 25.000 per liter, harga gorengan yang dijualnya pun dinaikkan dari Rp 1.250 per buah menjadi Rp 1.500 per buah.
Untuk melaksanakan OP, kami harus terlebih dahulu mendapatkan instruksi dari pemerintah pusat.
Yoga Sugiarto (58), salah seorang pelaku usaha makanan ringan, seperti cakue dan bolang baling, mengatakan, untuk keperluan usahanya, dia membutuhkan 5,5 kg minyak goreng curah per hari. Hingga hari Minggu ini, ia masih memiliki stok minyak curah. Namun, ia khawatir tidak bisa mendapatkan pasokan karena sejak Sabtu (19/3) sejumlah pengepul sudah tidak memiliki stok minyak curah.
”Kalau harus menggunakan minyak kemasan, saya harus menaikkan harga makanan ringan yang saya jual,” ujar pelaku usaha yang biasa berjualan di Jalan Sriwijaya, Kota Magelang.
Makanan ringan produksinya dijual dengan harga Rp 1.000 per buah. Mengacu pada kondisi harga minyak goreng kemasan yang saat ini berkisar Rp 25.000-Rp 27.000 per liter, maka harga makanan yang dibuatnya harus dinaikkan Rp 500 per buah. Namun, menaikkan harga dagangannya bukan hal mudah karena akan sulit diterima pelanggan yang akhirnya justru beresiko mengurangi volume pembelian.
Kamdani (50), salah seorang pelaku usaha tahu di Desa Tanjungsari, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, mengatakan, sejak pertengahan Maret lalu, harga minyak goreng curah terus naik. Setelah sebelumnya Rp 215.000 per jeriken, naik menjadi Rp 265.000 per jeriken. Terakhir, Minggu (20/3), harga kembali naik menjadi Rp 290.000 per jeriken.
Kondisi ini juga semakin makin memperberat produsen tahu, yang sebelumnya sudah terpukul dengan kenaikan harga kedelai yang kini mencapai Rp 14.000 per kg. Karena selain memproduksi tahu putih, produsen tahu juga memproduksi tahu goreng. Kamdani mengatakan, usahanya membutuhkan rata-rata satu kuintal kedelai dan dua jeriken minyak curah per hari.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Magelang Pantjaraningtyas Putranto mengatakan, pihaknya, bekerja sama dengan jajaran Kepolisian Resor (Polres) Magelang, berupaya memantau, mengawasi, harga minyak goreng kemasan dan minyak curah di pasaran.
Adapun upaya pengendalian harga dengan mekanisme operasi pasar (OP) sementara ini tidak bisa dilakukan. ”Untuk melaksanakan OP, kami harus terlebih dahulu mendapatkan instruksi dari pemerintah pusat,” ujarnya.