Basarnas Ajukan Pembelian Tiga Helikopter Senilai Rp 1 Triliun
Basarnas berencana membeli tiga helikopter senilai sekitar Rp 1 triliun tahun ini. Tidak hanya itu, puluhan kapal juga akan dibeli untuk membantu evakuasi di perairan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) berencana membeli tiga helikopter senilai sekitar Rp 1 triliun tahun ini. Helikopter ini untuk disiagakan di lokasi wisata prioritas. Tidak hanya itu, puluhan kapal juga akan diadakan untuk membantu evakuasi di perairan.
”Tahun ini kami akan ada tambahan tiga helikopter jenis Agusta AW 169, yang rencananya dibeli dari Italia. Akhir bulan ini akan ada petunjuk dari pemerintah untuk persetujuan pembelian helikopter ini. Anggarannya sekitar Rp 1 triliun,” kata Kepala Basarnas Marsekal Madya Henri Alfiandi dalam kunjungan kerja di Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (19/3/2022).
Anggaran senilai itu, ujar Henri, tidak hanya untuk pembelian helikopter saja, tetapi juga untuk perawatan ke depan. Anggaran tersebut juga termasuk untuk pelatihan, jaminan suku cadang, pendidikan, dan lainnya.
Pengadaan helikopter ini, ia melanjutkan, untuk membantu evakuasi agar lebih cepat dan efektif. Helikopter ini menurut rencana disiagakan di lokasi tujuan wisatan prioritas di Indonesia, yaitu Mandalika, Likupang, Danau Toba, Borobudur, dan Labuan Bajo.
Tidak hanya itu, tambah Henri, pihaknya juga akan membeli 74 kapal cepat jenis rigid buoyancy boat (RBB). Kapal cepat ini akan disebar ke sejumlah tempat di Indonesia untuk membantu proses pencarian di wilayah perairan yang dominan kecelakaan.
”Kami upayakan agar kebutuhan alat utama di kantor-kantor SAR bisa terpenuhi, juga alat yang menggunakan teknologi sesuai arahan Presiden Joko Widodo. Kami baru saja membagikan alat pencarian berbasis sonar atau aqua eye, meski jumlahnya masih terbatas,” kata Henri.
Dengan segala penambahan alat ini, upaya pencarian dan pertolongan diharapkan jauh lebih maksimal ke depan. Meski dengan segala keterbatasan personel dan alat, upaya memaksimalkan evakuasi terus dilakukan.
Di Sultra, keterbatasan alat juga masih dihadapi, utamanya dalam evakuasi kecelakaan di perairan. Sebagian besar provinsi ini merupakan perairan, dengan mayoritas kecelakaan yang ditangani adalah kecelakaan kapal.
Pada 2021, total kejadian yang ditangani Kantor Pencarian dan Pertolongan (KPP) Kendari sebanyak 83 kejadian, dengan 56 kejadian merupakan kecelakaan kapal. Sebanyak 27 kejadian lain adalah kejadian membahayakan manusia. Sementara itu, hingga Maret 2022, sebanyak 20 kecelakaan ditangani, dengan 12 kejadian merupakan kecelakaan kapal.
Kepala KPP Kendari Aris Sofingi menyampaikan, kecelakaan di perairan memang mendominasi dalam operasi yang ditangani KPP Kendari, mulai dari korban tenggelam di sungai hingga kecelakaan kapal di lautan. ”Dengan adanya pengadaan kapal baru, kami berharap juga bisa mendapat bagian ke depannya. Sebab, di wilayah ini hampir 80 persen didominasi kecelakaan laut. Apalagi, RBB ini tipenya berbeda dengan RIB yang kita punya,” tambahnya.
Saat ini, KPP Kendari memiliki tiga kapal dan lima rigid inflatable boat (RIB). Kapal ini tersebar di sejumlah pos di wilayah ini. ”Kapal seperti RIB atau RBB sangat dibutuhkan untuk evakuasi secara cepat. Sementara kapal dengan ukuran besar dibutuhkan untuk kejadian tertentu,” katanya.
Dengan kondisi sekarang, tambah Aris, upaya pertolongan tetap dilakukan dengan semaksimal mungkin. Personel berupaya maksimal untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi korban kecelakaan.