Ketersediaan minyak goreng di Kota Kupang mulai langka, terutama di swalayan, toko, dan kios-kios. Minyak goreng masih ditemukan di pasar-pasar tradisional, tetapi terbatas.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Minyak goreng berbagai merek mulai sulit ditemukan di sebagian besar pusat perbelanjaan di Kota Kupang. Hanya pasar-pasar tradisional yang masih menjual minyak goreng kemasan dalam jumlah terbatas. Pedagang pasar memprediksi stok minyak goreng yang ada cukup untuk kebutuhan satu pekan ke depan.
Pengamatan di sejumlah swalayan dan toko-toko di Kota Kupang, Kamis (17/3/2022),tidak satu pun pusat perbelanjaan menjual minyak goreng kemasan seperti pekan-pekan sebelumnya. Para karyawan mengaku stok minyak goreng sedang kosong sejak empat hari terakhir.
”Bukan konsumen membeli dalam jumlah besar, tetapi memang stok sejak dua pekan terakhir tidak masuk dari Jawa. Konsumen beli dalam jumlah terbatas, sesuai kebutuhan. Paling satu orang beli 2-5 liter minyak goreng kemasan atau jeriken. Tetapi, jika stok dari Jawa tidak masuk, bagaimana kami bisa jual lagi,” kata Maksi Taduhere, karyawan Hypermart di Kota Kupang, Kamis (17/3/2022).
Ia mengaku, pusat perbelanjaan itu tidak menaikkan harga meski hampir tiga pekan terakhir harga minyak goreng di Jawa sudah meroket. ”Kami jual merek Bimoli kemasan, misalnya, Rp 21.000 per liter dan Rp 40.000 per 2 liter, merek Sania Rp 19.000 per liter dan Rp 36.000 per 2 liter, merek Tropical Rp 38.000 per 2 liter, dan mereka Fortune Rp 37.000 per 2 liter,” kata Taduhere.
Di swalayan Princes, Kupang, hanya ada dua kemasan plastik minyak goreng Tropicana Slim ukuran 1 liter. Minyak goreng berbahan dasar jagung ini jarang diminati konsumen. Kelangkaan minyak goreng di swalayan itu terjadi sejak dua hari terakhir. ”Konsumen mengeluh kalau minyak jagung ini cepat gosong saat digunakan untuk menggoreng,” kata Nita, karyawan setempat.
Nita menolak anggapan ada indikasi penimbunan minyak goreng oleh pengusaha atau masyarakat. Kelangkaan di Jawa sejak tiga pekan lalu dan di Kota Kupang terjadi sejak 4-5 hari terakhir itu sangat wajar. ”Tiga pekan lalu polisi melakukan penggerebekan minyak goreng di salah satu gudang, tetapi itu sudah ditangani,” kata Nita.
Ia yakin tidak ada penimbunan minyak goreng karena Satgas Pangan NTT terus melakukan patrolidi semua gudang dan pusat-pusat perbelanjaan. Jika ada penimbunan, tentu ditindak dan diberitakan di media massa.
Kelangkaan minyak goreng juga terjadi di pusat perbelanjaan Ramayana Mall sebagai pusat perbelanjaan tertua dan terbesar di Kota Kupang. Minyak goreng kosong sama sekali. Karyawan setempat menyebutkan, minyak goreng langka sejak satu pekan terakhir.
Pantauan di Pasar Tradisional Penfui Kupang, masih ditemukan 5-10 bungkus minyak goreng kemasan plastik dan botol per kios bahan pokok, dengan ukuran yang berbeda. Merek Bimoli, misalnya, dijual dengan harga Rp 29.000 per liter dan kemasan 2 liter dijual Rp 45.000 per bungkus, serta kemasan botol Rp 20.000 per 250 ml dan Rp 41.000 per 2 liter.
Tania Mantola (28), sales minyak goreng, ditemui di pasar itu, mengaku, dalam satu pekan terakhir tidak lagi menjual minyak goreng ke pedagang di pasar-pasar di Kupang. Sebelumnya, hampir setiap hari ia membawa satu mobil boks berisikan minyak goreng kemasan botol dan plastik ke sejumlah pedagang yang sudah menjadi pelanggan di pasar itu.
”Stok saya habis. Biasanya saya ambil dari pemasok PT Maranu Kupang, tetapi perusahaan itu pun kehabisan stok. Perusahaan itu sedang menunggu pasokan dari Surabaya, tetapi di sana pun lagi kesulitan. Entah kondisi di Jawa kapan aman. Kalau di sana sudah aman, kami di sini pun pasti terlayani. Sekarang kami semua istirahat,” kata Mantola.
Ia mengaku, harga minyak goreng yang dijual para pedagang di pasar-pasar di Kupang relatif masih stabil. ”Beli saja 3-5 liter untuk persiapan ke depan, Pak. Mumpung masih terjual di pasar ini, pekan depan minyak goreng sudah habis, yakin deh,” ajak Mantola.
Minyak goreng curah sulit ditemukan di pasar-pasar tradisional, apalagi kios bahan pokok dan toko-toko. Minyak goreng jenis ini jarang diminati konsumen.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan NTT Abdul Nasir kepada wartawan mengatakan, kelangkaan itu berlaku secara nasional. Lagi pula, NTT sangat tergantung dari Pulau Jawa sehingga ketika kelangkaan itu terjadi di sana, NTT pun terdampak.
Namun, semestinya di Kota Kupang belum terjadi kelangkaan. ”Sesuai hasil pendataan tim Satgas Pangan NTT, pekan lalu, di Kota Kupang stok minyak goreng masih cukup tersedia di pusat-pusat perbelanjaan. Stok yang ada saat itu masih bisa memenuhi kebutuhan 3-4 pekan ke depan,” katanya.