Antisipasi Banjir, Bupati dan Wali Kota di Jateng Diminta Pantau Tanggul Rawan Jebol
Jebolnya tanggul sungai memicu banjir di sejumlah daerah di Jawa Tengah. Bupati dan wali kota diminta rutin mengecek tanggul-tanggul yang rawan jebol sebagai langkah antisipasi.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Beberapa waktu terakhir, banjir melanda sejumlah wilayah di Jawa Tengah. Selain curah hujan tinggi, sejumlah tanggul sungai yang jebol juga menjadi penyebab air melimpas ke sejumlah lokasi, termasuk di permukiman warga. Bupati dan wali kota di Jateng diminta rutin memantau tanggul-tanggul yang rawan dan melakukan penanganan darurat.
Sejumlah daerah yang dilanda banjir dalam sepekan terakhir, antara lain Pati, Rembang, Banyumas, Kebumen, Purworejo, dan Brebes. Yang terbaru, banjir bandang terjadi di Desa Kutamendala, Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes, Rabu (16/3/2022). Banjir diakibatkan kerusakan kawasan hulu sungai serta jebolnya salah satu titik tanggul Sungai Prupuk di Desa Kutamendala.
Sebelumnya, banjir juga menggenangi ratusan rumah di Desa Ketitang Wetan, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati. Banjir itu juga disebabkan jebolnya tanggul sungai, yakni Sungai Gandam. ”Curah hujannya saat ini cukup tinggi, tapi memang ada beberapa tanggul rawan yang jebol. Maka, saya minta bupati dan wali kota untuk patroli ke titik-titik rawan jebol. Buka komunikasi dengan balai besar wilayah sungai supaya bisa segera ditangani secara permanen,” ungkap Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Kamis (17/3/2022).
Sementara itu, tanggul sungai yang sudah jebol dan belum bisa ditangani permanen diharapkan bisa ditangani secara darurat. Penanganan darurat bisa dilakukan menggunakan sand bag atau kantong berisi pasir. Selain itu, Ganjar juga meminta agar pemerintah kabupaten/kota ikut memantau perkembangan cuaca di wilayahnya. Informasi terkait cuaca juga harus segera disampaikan kepada masyarakat.
”Pesan saya, pantengin terus informasi cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Badan Penanggulangan Bencana Daerah juga tolong dipantau terus kondisinya. Yang terpenting, selamatkan dulu manusianya,” ujarnya.
Dalam kejadian banjir bandang di Brebes, tidak ada korban luka ataupun korban jiwa. Namun, sedikitnya sepuluh rumah rusak, enam di antaranya rata dengan tanah setelah tersapu air. ”Awalnya hujan deras turun, kemudian kami masuk ke dalam rumah. Saat di dalam rumah, kami mendengar suara gemuruh. Karena penasaran, saya cek lagi ke luar (rumah). Dari arah sungai terlihat air setinggi 2 meter menggulung semua yang dilewati. Refleks saya langsung mengajak anak dan istri berlari,” ujar Khaerul Fikri, salah satu warga terdampak.
Rumah yang sudah puluhan tahun ditempati Khaerul dan keluarganya itu pun roboh tersapu air. Semua barang, termasuk surat-surat berharga dan dokumen lainnya, juga raib. Bahkan, sedikitnya delapan sepeda motor milik tetangga Khaerul juga hilang terbawa banjir.
Kepala Desa Kutamendala Fathuri menyebut, puluhan warga yang mendiami sepuluh rumah itu terpaksa mengungsi ke sebuah madrasah di desanya. Warga berharap mereka bisa dibantu membangun kembali rumah-rumahnya yang rusak terdampak banjir. Selain itu, perbaikan dan peninggian tanggul sungai juga diharapkan bisa dilakukan agar peristiwa serupa tidak terulang di kemudian hari.
”Warga yang mengungsi butuh bantuan berupa perlengkapan bayi dan makanan. Sementara warga yang rumahnya kotor terkena material banjir dan lumpur perlu bantuan untuk membersihkan rumah mereka,” ujar Fathuri.
Tanggul sungai yang sudah jebol dan belum bisa ditangani permanen diharapkan bisa ditangani secara darurat. Penanganan darurat bisa dilakukan menggunakan sand bag atau kantong berisi pasir.
Dihubungi terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Brebes Nushy Mansyur menuturkan, pihaknya masih mendata dampak banjir serta total kerugian yang ditanggung warga. Menurut rencana, warga yang rumahnya roboh akan diusulkan untuk mendapatkan bantuan perbaikan rumah.
”Saya berpesan kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian alam, terutama di kawasan hulu sungai. Tanaman-tanaman keras di hulu yang seharusnya bisa menahan air jangan dibabat semua untuk menanam sayur. Kasihan warga yang ada di hilir karena mereka bisa terdampak bencana banjir seperti ini,” ucapnya.