Antusiasme Warga Pontianak Ikuti Vaksinasi Penguat Rendah

Cakupan vaksinasi penguat di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, rendah jika dibandingkan dengan vaksinasi pertama. Sosialisasi di tingkat bawah masih perlu digencarkan.

kompas/EMANUEL EDI SAPUTRA

Vaksinasi Covid-19 di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Oktober 2021.

PONTIANAK, KOMPAS — Cakupan vaksinasi penguat di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, lebih rendah dibandingkan dengan vaksinasi pertama. Hal itu terjadi diduga karena ada persepsi di masyarakat setelah vaksinasi pertama dan kedua, tidak perlu vaksinasi penguat. Warga juga minim mendapatkan informasi.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pontianak Sidig Handanu, Rabu (16/3/2022), menuturkan, warga sebetulnya sudah bisa mengikuti vaksinasi penguat tiga bulan setelah mengikuti vaksinasi kedua. ”Meskipun demikian, antusiasme masyarakat untuk vaksinasi penguat masih kurang,” kata Handanu.

Ia memberi contoh, capaian vaksinasi penguat di salah satu sentra vaksinasi, tepatnya di Pontianak Convention Centre, tidak mencapai 200 orang per hari. Padahal, pihaknya menargetkan vaksinasi penguat minimal 200 orang per hari.

Hingga kini, capaian vaksinasi penguat masih di bawah 10 persen, tepatnya 8,63 persen. Sementara saat vaksinasi pertama dalam rentang waktu tiga bulan mencapai 30 persen.

KOMPAS/EMANUEL EDI SAPUTRA

Vaksinasi di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Oktober 2021.

Handanu menengarai, hal itu terjadi salah satunya karena ada warga yang menganggap tidak perlu vaksin penguat setelah vaksinasi pertama dan kedua. Selain itu. ada juga warga yang belum mendapatkan informasi mengenai vaksinasi penguat. Upaya sosialisasi, baik secara langsung maupun melalui media massa dan media sosial, terus dilakukan.

Kurang info

Fredrikus (31), salah satu warga yang berdomisili di Pontianak, mengatakan, ia belum mengikuti vaksinasi penguat meskipun sudah mengikuti vaksinasi kedua pada September 2021. Harusnya pada Maret ia sudah bisa vaksinasi penguat

Ia menilai, vaksinasi kedua sudah cukup karena Covid-19 sudah melandai, bahkan menurun. Dengan dua dosis vaksin itu, ia menilai sudah cukup. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan ia akan mengikuti vaksinasi penguat ke depannya. ”Saya tidak mengetahui lokasi vaksinasi penguat,” ujarnya.

Saya tidak mengetahui lokasi vaksinasi penguat. (Fredrikus)

Loren (48), warga lainnya, menuturkan, ia berencana mengikuti vaksinasi penguat awal April. Ia mendapatkan informasi mengenai lokasi vaksinasi penguat dari rekan-rekan meskipun masih memerlukan verifikasi lebih lanjut.

Ia menilai, sosialisasi vaksinasi penguat masih perlu digencarkan. Sebab, jika tidak memiliki banyak relasi, informasi mengenai vaksin penguat terbatas. Kecuali jika warga terakses dengan informasi memadai. Namun, di tingkat bawah, informasi belum memadai.

Baca juga: Vaksinasi Memberi Manfaat Ekonomi dan Sosial di Indonesia

Harusnya, kata Loren, informasi itu bisa lebih gencar hingga ke bawah. Orang terdekat Loren pun ada yang kesulitan informasi mencari lokasi vaksinasi penguat. ”Oleh sebab itulah, sosialisasi di tingkat bawah masih perlu diperkuat,” ujar Loren.

Hingga Rabu ini, konfirmasi kasus positif Covid-19 di Kalbar masih ditemukan. Berdasarkan data Dinkes Provinsi Kalbar per 15 Maret, terdapat 544 kasus konfirmasi berdasarkan tes usap PCR dan antigen. Dari jumlah tersebut, 79 di antaranya merupakan pekerja migran Indonesia yang berasal dari luar Kalbar.

Kepala Dinkes Provinsi Kalbar Hary Agung Tjahyadi menuturkan, para pekerja migran itu terkonfirmasi positif berdasarkan hasil tes usap PCR. Mereka masuk dari pos lintas batas negara Entikong dengan alamat luar Kalbar.

Baca juga: Kasus Covid-19 di Pontianak Melandai, Masyarakat Diminta Tetap Taat Protokol Kesehatan

Secara kumulatif hingga per 15 Maret, total kasus konfirmasi positif Covid-19 di Kalbar 61.069 orang. Kasus sembuh 55.178 orang (90,35 persen) dan kasus meninggal 1.120 orang (1,83 persen). Sementara itu, kasus aktif 4.771 orang (7,81 persen).