Gubernur Kalsel Bawa Tanah dan Air dari Martapura ke Ibu Kota Nusantara
Gubernur Kalimantan Selatan membawa tanah dan air dari Martapura, Banjar, ke Ibu Kota Negara Nusantara. Pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur diyakini memberikan multiefek bagi kemajuan pembangunan di Kalimantan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor turut hadir dalam penyatuan tanah dan air Nusantara di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Senin (14/3/2022). Untuk penyatuan tanah dan air di Ibu Kota Negara Nusantara tersebut, Sahbirin membawa tanah dan air dari Martapura, Kabupaten Banjar.
Presiden Joko Widodo memimpin secara langsung penyerahan air dan tanah Nusantara dari gubernur seluruh Indonesia di Titik Nol Kilometer Ibu Kota Negara Nusantara di Kecamatan Sepaku, Panajam Paser Utara. Sebanyak 34 gubernur secara bergiliran menyerahkan air dan tanah dari daerah masing-masing kepada Presiden.
Tanah dan air dari 34 provinsi selanjutnya dituangkan ke dalam bejana berukuran cukup besar oleh Presiden. Setelah itu, Presiden bersama sejumlah menteri dan gubernur melanjutkan kegiatan penanaman pohon di lokasi yang tak jauh dari Tugu Titik Nol kilometer.
Sahbirin mengatakan, tanah dan air dari Kalsel yang dibawa ke Ibu Kota Negara Nusantara bernilai historis dan religius. Tanah dan air tersebut diambil dari Martapura, sebuah daerah di Kalsel yang sangat religius serta dikenal dengan julukan kota santri dan serambi Mekkah.
”Kalsel sangat mendukung kebijakan pembangunan ibu kota baru di Kaltim. Semoga tanah dan air yang kami bawa dapat memberikan keberkahan, kebaikan, serta keselamatan bagi Ibu Kota Negara Nusantara dan Banua (Kalsel),” katanya.
Tanah dari Kalsel diambil di Desa Dalam Pagar, Kecamatan Martapura Timur, Banjar. Desa tersebut merupakan tempat kediaman Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (1710-1812) atau Datu Kalampayan, seorang ulama besar di Tanah Banjar.
Semoga tanah dan air yang kami bawa dapat memberikan keberkahan, kebaikan, serta keselamatan bagi Ibu Kota Nusantara dan Banua.
Dari Dalam Pagar, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari mengajarkan ilmu agama Islam hingga melahirkan banyak para alim ulama di Kalsel sampai sekarang ini. Beliau juga adalah pengarang Kitab Sabilal Muhtadin, yang menjadi rujukan banyak pemeluk agama Islam di Asia Tenggara, Mesir, dan seluruh dunia.
Air yang dibawa ke Ibu Kota Negara Nusantara juga berasal dari sebuah sumur di Dalam Pagar. Sumur tersebut digali atas arahan Tuan Guru KH Zainal Ilmi (1886-1956). Sejak digali hingga sekarang, sumur itu tidak pernah kering meskipun di daerah tersebut dahulu pernah dilanda bencana kemarau panjang.
Sebelum dibawa ke lokasi Ibu Kota Nusantara, tanah dan air dari Martapura terlebih dahulu didoakan oleh KH Muhammad Wildan Salman atau Guru Wildan. Tujuannya adalah memohon kepada Allah SWT agar semua rencana pemerintah senantiasa dimudahkan dan dilancarkan.
Memberikan multiefek
Menurut Sahbirin, filosofi penyatuan tanah dan air dari seluruh provinsi di Indonesia memiliki makna bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara besar milik rakyat yang harus dirawat dan dijaga bersama oleh seluruh rakyat Indonesia.
Ia juga meyakini pemindahan ibu kota negara ke Kaltim akan memberikan multiefek luar biasa bagi kemajuan pembangunan di Kalimantan, terutama di daerah ataupun provinsi sekitar Ibu Kota Negara Nusantara.
”Salah satu efek positif itu adalah Kalsel bisa mempersiapkan diri sebagai pintu gerbang strategis bagi IKN. Dan, Kalsel juga turut mendoakan kelancaran pembangunan IKN di Kaltim,” ucapnya.
Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono dalam keterangan persnya menyampaikan, penyatuan tanah dan air di Ibu Kota Negara Nusantara bertujuan memohon kepada Allah SWT supaya program yang besar ini bisa berjalan dengan baik dan mendapat dukungan dari semua elemen masyarakat. ”Presiden juga direncanakan bermalam di lokasi Ibu Kota Negara Nusantara,” katanya.
Turut mendampingi Presiden dalam kunjungan ke lokasi Ibu Kota Negara Nusantara, antara lain, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Otorita Ibu Kota Negara Nusantara Bambang Susantono, serta Wakil Kepala Otorita Ibu Kota Negara Nusantara Dhony Rahajoe.