Mengantisipasi longsor susulan, warga Desa Sumber Ngepoh di Kabupaten Malang terus memantau perkembangan titik longsor di lereng perbukitan di dekat desa mereka.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Sejumlah warga Desa Sumber Ngepoh, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (13/3/2022), berjaga memantau kondisi lereng perbukitan longsor yang tampak jauh di belakang mereka.
MALANG, KOMPAS – Warga Desa Sumber Ngepoh di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, beberapa hari terakhir terus memantau perkembangan titik longsor di lereng perbukitan di sisi selatan desa mereka. Pemantauan oleh warga dilakukan terutama saat hujan deras.
Sebelumnya, lereng bukit setinggi sekitar 300 meter longsor pada Selasa (8/3/2022) petang. Tidak ada korban jiwa akibat peristiwa ini karena lokasinya berada jauh dari permukiman. Longsor berdampak pada lahan pertanian, kolam ikan dan kandang bebek, serta memutus aliran air bersih untuk warga di tiga rukun warga atau sekitar 900 keluarga.
”Sekarang dipantau terus oleh warga. Kalau ada perkembangan, disampaikan ke perangkat desa dan warga lainnya. Seperti saat ini, gerimis mulai turun. Tim warga mendekat ke lokasi untuk melakukan pemantauan sambil membawa radio komunikasi,” tutur Darimin (65), salah satu warga di lokasi, Minggu (13/3/2022) sore.
Menurut Darimin, longsor susulan kecil-kecil terjadi pada Rabu dan Kamis. Oleh karena itu, saat hujan deras turun, warga yang tinggal di sekitar aliran irigasi yang berhulu di bukit mengungsi ke rumah tetangga yang lokasinya lebih tinggi.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Spanduk berisi peringatan dan garis polisi dibentangkan agar warga tidak mendekat ke lokasi tebing yang longsor di Desa Sumber Ngepoh, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (13/3/2022).
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Sadono Irawan membenarkan bahwa pemantauan terus dilakukan oleh warga secara bergilir. Bahkan, ada tenda khusus yang didirikan untuk pemantauan. Sumber Ngepoh merupakan Desa Tanggap Bencana (Destana).
Menurut Sadono, pembersihan lahan dari material longsor belum bisa dilakukan saat ini lantaran kondisi material di titik longsor belum stabil. Hujan juga sering turun sehingga menjadi kendala. Upaya pembersihan dan penanganan selanjutnya menunggu situasi memungkinkan.
”Nantinya akan ada pembicaraan antarpihak terkait untuk penanganan karena di situ ada lahan milik masyarakat, Perhutani, dan perusahaan PT Molindo Raya. Kita juga harus koordinasi dengan dinas terkait lain, seperti pertanian dan lingkungan hidup,” ujarnya.
Menurut Sadono, jarak titik longsor dengan lahan pertanian sekitar 300 meter, sedangkan dengan permukiman 900 meter. Saat longsor pertama terjadi, dua rumah warga terdampak.
Longsor di Sumber Ngepoh terjadi dalam waktu hampir bersamaan dengan beberapa desa lain di Kecamatan Lawang, seperti banjir luapan di Desa Srigading, longsor di Desa Sidoluhur, banjir dan longsor di Desa Sumberporong, serta longsor di tebing Tol Pandaan-Malang.
”Material longsor kalau hujan lumpurnya masuk ke sungai. Kalau hujannya lebat sekali, kemungkinan material bisa terbawa melalui sungai dan naik ke perkampungan sehingga berpotensi menimbulkan banjir susulan. Itu yang kini diantisipasi oleh warga dan BPBD,” katanya.
Bukan sekadar santunan sekarang, bagaimana kemudian ahli waris bisa tetap ”survive” meskipun ditinggal oleh keluarganya yang mencari nafkah.
Sementara itu, Menteri Sosial Tri Rismaharini, Minggu siang, mengunjungi rumah Sa’ad di Desa Kalirejo, Kecamatan Lawang. Sa’ad merupakan korban tewas terseret arus sungai di Dusun Ngamarto, Kelurahan Lawang, Selasa lalu.
Saat peristiwa terjadi, korban tengah mengamati kondisi arus sungai yang naik akibat hujan deras. Bantaran yang menjadi pijakan kaki longsor sehingga Sa’ad jatuh dan hanyut terbawa air. Jenazah korban ditemukan keesokan harinya di Desa Ngapuk.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Menteri Sosial Tri Rismaharini (baju merah, kanan), mengunjungi rumah Saad di Desa Kalirejo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (13/3/2022). Saad merupakan korban tewas terseret arus sungai di Dusun Ngamarto, Kelurahan Lawang.
”Kami memberikan bantuan untuk korban bencana alam. Namun, kami coba menyelesaikan, bukan sekadar santunan sekarang, bagaimana kemudian ahli waris bisa tetap survive meskipun ditinggal oleh keluarganya yang mencari nafkah,” ujarnya. Risma datang ke tempat itu didampingi Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto.
Menurut Risma, bantuan yang diberikan juga untuk pemberdayaan ekonomi keluarga korban. Selain santunan, bentuk bantuannya juga modal usaha pemberdayaan sesuai harapan keluarga. ”Semua bisa. Di beberapa tempat yang dibantu, disabilitas pun mereka tetap bisa survive,” kata Risma.
Didik merinci bantuan yang diberikan oleh Kementerian Sosial, antara lain dukungan ekonomi keluarga korban senilai Rp 15 juta untuk modal dan satu paket usaha minuman senilai Rp 3 juta-Rp 5 juta. ”Kami sepakat dengan Bu Risma bagaimana pengembangan SDM, memberikan pembelajaran wirausaha. Kita dorong itu,” ujarnya.