Penambahan Kasus Harian di Surabaya Kembali di Bawah 100 Kasus
Situasi Covid-19 di Surabaya, Jawa Timur, kian menurun terlihat dari penambahan kasus harian sudah di bawah 100. Meski demikian, kewaspadaan tetap harus tinggi karena kematian akibat Covid-19 masih terus terjadi.
SURABAYA, KOMPAS — Situasi Covid-19 di Surabaya, Jawa Timur, kian mereda. Penambahan kasus harian kembali di bawah 100 kasus, Minggu (13/3/2022), dari sepekan sebelumnya dalam kisaran 200-700 kasus per hari. Namun, kematian masih terus terjadi sehingga kewaspadaan dan kesiagaan perlu tetap dijaga.
Mengutip laman resmi infocovid19.jatimprov.go.id dan lawancovid-19.surabaya.go.id, Minggu ini ada penambahan 84 kasus konfirmasi Covid-19 sehingga akumulasi sejak 17 Maret 2020 menjadi 113.404 kasus. Kesembuhan hari ini sebanyak 508 kasus sehingga akumulasinya menjadi 108.272 kasus kesembuhan. Kematian ada 8 jiwa sehingga akumulasi selama pandemi menjadi 2.785 jiwa. Jumlah kasus aktif atau pasien dirawat sebanyak 2.347 orang.
Selama sepekan sebelumnya, penambahan harian adalah 393 kasus, 611 kasus, 522 kasus, 290 kasus, 333 kasus, dan 242 kasus. Situasi sebelum memburuk ialah awal-pertengahan Januari 2022 di mana penambahan harian di bawah 10 kasus dengan kematian nihil atau maksimal 1 orang dalam sehari.
Pemerintah Kota Surabaya juga melaporkan bahwa pada Minggu ini keterisian fasilitas isolasi terpusat, yakni Hotel Asrama Haji di Sukolilo, hanya dua orang dari kapasitas 432 orang. Artinya, 430 tempat tidur belum terisi. Rumah Sakit Lapangan Tembak di Kedung Cowek sudah sebulan terakhir nihil pasien. Sementara itu, RS Darurat Lapangan Bangkalan di Madura tiga hari ini nihil pasien.
Pasien Covid-19 kategori tanpa gejala atau ringan menjalani isolasi mandiri di rumah. Sementara pasien bergejala sedang sampai berat ditangani di RS rujukan yang di Surabaya terdapat lebih dari 50 lokasi. Sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri 15 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 4, Level 3, dan Level 2 Covid-19 di Wilayah Jawa dan Bali yang berlaku 8-14 Maret 2022, Surabaya berada di level 2 PPKM bersama dengan 16 kabupaten/kota lainnya di Jatim.
Level 2 PPKM merupakan situasi pandemi yang sementara ini terbaik karena 21 kabupaten/kota berada di level 3 sedangkan Kota Madiun di level 4. Semakin rendah angka level, kegiatan sosial tidak perlu pengetatan yang kaku sekaligus mencerminkan cakupan tinggi vaksinasi.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, amat berharap situasi pandemi terus mereda atau kembali ke level 1 seperti sebelum pertengahan Januari 2022. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 juga berupaya agar di masa depan tidak terjadi lagi ledakan kasus. Selama pandemi, Indonesia, termasuk Surabaya, mengalami tiga gelombang perburukan dengan yang terkini terjadi kurun pertengahan Januari sampai akhir Februari.
Eri melanjutkan, penerapan protokol kesehatan tetap penting untuk dipahami dan diwujudkan secara luas di tingkat masyarakat. Kesadaran protokol melindungi diri sendiri dan orang lain dari potensi penularan. Secara umum, protokol mencegah risiko penularan meluas. ”Penularan mungkin tidak bisa dihentikan, tetapi bisa ditekan sehingga terkendali atau tidak lagi ada perburukan situasi,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Nanik Sukristina menambahkan, dampak Covid-19 yang tetap menjadi perhatian ialah terhadap pasien dari kelompok rentan. Sebabnya, Covid-19 berdampak fatal atau kematian. Secara statistik, setiap hari di Surabaya ada 4-8 pasien Covid-19 meninggal. ”Di sinilah pentingnya warga memahami disiplin protokol kesehatan untuk menekan potensi penularan ke kelompok rentan,” katanya.
Kelompok dimaksud ialah warga lanjut usia, terutama yang memiliki penyakit bawaan atau komorbid yang kian rentan saat terkena Covid-19. Kelompok masyarakat yang tidak atau belum menerima vaksinasi juga berisiko kena dampak tidak diinginkan ketika terjangkit.
Adapun dampak fatal Covid-19 terhadap tim kesehatan kembali dirasakan oleh RSUD Dr Soetomo, Surabaya. Minggu ini, spesialis bedah kepala leher dr Urip Murtedjo SpB (K) KL berpulang dalam usia 71 tahun karena Covid-19. Almarhum menjabat Ketua Forum Pers RSUD Dr Soetomo dan dikenal sebagai sosok yang dekat dengan kalangan wartawan kesehatan di Surabaya.
Menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia Surabaya Brahmana Askandar, sebelum meninggal, Urip dirawat beberapa hari dan kondisi kesehatannya terus memburuk. ”Almarhum sempat kritis,” katanya.
Kepergian Urip menambah panjang daftar dokter dan tenaga kesehatan di Jatim yang meninggal berstatus sebagai pasien Covid-19. Selama pandemi, lebih dari 40 dokter di Jatim meninggal.