Tanggul Sungai Jebol, Ratusan Rumah di Pati Terendam Banjir
Banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Gandam merendam sedikitnya 800 rumah warga di Desa Ketitang Wetan, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Ketinggian banjir mencapai 90-120 sentimeter.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
PATI, KOMPAS — Hingga Jumat (11/3/2022), sedikitnya 800 rumah warga di Desa Ketitang Wetan, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, masih terendam banjir. Banjir yang terjadi sejak Selasa (8/3/2022) itu akibat jebolnya tanggul Sungai Gandam yang sudah bertahun-tahun kritis.
Pada Selasa petang hingga malam, hujan deras turun di hulu Sungai Gandam, yakni Desa Mantingan, Kecamatan Jaken. Hal itu membuat volume air sungai bertambah. Saat sampai di daerah hilir, Desa Ketitang Wetan, air sungai limpas karena tanggul di daerah tersebut jebol.
Air yang limpas merendam permukiman warga Desa Ketitang. Hingga Jumat petang, ketinggian air di desa tersebut mencapai 90-120 sentimeter. Hal ini membuat aktivitas masyarakat terhambat.
”Meski ketinggian banjir ada yang lebih dari 1 meter, belum ada warga yang mengungsi. Warga memilih bertahan di rumah masing-masing atau mengungsi ke rumah tetangga atau kerabatnya yang rumahnya lebih tinggi,” kata Kepala Desa Ketitang Wetan Ali Muntoha saat dihubungi, Jumat.
Menurut Muntoha, banjir ini bukan yang pertama, banjir ini menjadi yang terparah. Dalam sebulan terakhir, sedikitnya ada empat banjir lain yang terjadi di wilayah tersebut.
”Selain karena tanggul yang telah kritis bertahun-tahun dan akhirnya jebol, banjir juga terjadi karena pendangkalan sungai. Sungai yang tadinya memiliki kedalaman 7 meter, saat ini tinggal 3 meter saja. Jadi, kalau ada kenaikan volume air, bisa langsung limpas,” ujar Muntoha.
Dia menyebut, Sungai Gandam terakhir kali dinormalisasi sekitar 7 tahun lalu. Sejak saat itu, pihaknya sudah berupaya mengusulkan ke pemerintah agar tanggul diperbaiki dan sungai dikeruk. Namun, permintaan itu belum juga direalisasikan. Padahal, banjir hampir setiap tahun sekali terjadi.
Sudadi, salah satu ketua rukun tetangga di Desa Ketitang Wetan, menuturkan, masyarakat membutuhkan sejumlah bantuan, termasuk bahan pangan. Sebab, aktivitas perekonomian warga di kawasan itu terganggu. ”Kami perlu beras, mi instan, dan makanan untuk bayi. Sebenarnya sudah ada bantuan dari pemerintah, tapi jumlahnya masih belum mencukupi,” ujarnya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati Martinus Budi Prasetyo menyebut, banjir juga menggenangi dua desa lain di Kecamatan Batangan, yakni Ngening dan Bulumulyo. Di Ngening, sebanyak 20 rumah warga terendam. Adapun di Bulumulyo, banjir merendam jalan desa dan lahan tanam bawang merah.
”Sementara itu, di Kecamatan Jakenan ada dua desa yang terdampak banjir. Di Desa Ngglonggong sebanyak 70 rumah terdampak dengan ketinggian air mencapai 40-60 sentimeter. Adapun di Desa Bungasrejo, ada 20 rumah yang terendam air dengan ketinggian 30-40 sentimeter,” ucap Martinus.
Penambalan tanggul menggunakan karung pasir ini untuk penanganan sementara.
Menurut Martinus, pihaknya sudah mengirim bantuan berupa karung pasir untuk menambal tanggul-tanggul yang jebol. Jumlah karung pasir yang dikirim sebanyak 500 buah. Jumlah itu akan ditambah sesuai kebutuhan di lapangan.
”Penambalan tanggul menggunakan karung pasir ini untuk penanganan sementara. Kegiatan ini sudah kami lakukan di sejumlah titik, seperti Desa Sukoagung, Bulumulyo, dan Ngening,” ujarnya.
Martinus menambahkan, pihaknya masih terkendala dalam menangani tanggul jebol di Desa Ketitang Wetan. Hal itu disebabkan masih derasnya arus sungai di daerah tersebut akibat hujan yang terus terjadi di wilayah hulu sungai.
Terkait bantuan pangan, Martinus menyebut, sejumlah sukarelawan dari sejumlah organisasi sudah menyalurkan bantuan ke Desa Ketitang Wetan. Jika ada permintaan bantuan pangan, pihaknya mengaku siap menyalurkan.
Martinus pun mengimbau warga di sekitar lokasi banjir untuk tetap waspada. Sebab, hujan deras yang masih terus terjadi di daerah hulu sungai berpotensi membuat volume air sungai meningkat.