Penghargaan Jadi Energi untuk Mengembalikan Fungsi Lapangan Merdeka Medan
Koalisi Masyarakat Sipil Medan-Sumut mendapat penghargaan dari Badan Pembudayaan Kejuangan ’45 atas upaya memperjuangkan Lapangan Merdeka Medan sebagai situs proklamasi dan cagar budaya. Ini jadi energi baru perjuangan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi (kiri) memberikan penghargaan dan medali Kejuangan 9 Windu Kemerdekaan Republik Indonesia” kepada Pengarah Koalisi Masyarakat Sipil Medan-Sumut Usman Pelly, di Medan, Jumat (11/3/2022). Penghargaan dari Badan Pembudayaan Kejuangan ’45 itu diberikan karena koalisi konsisten memperjuangkan Lapangan Merdeka Medan sebagai cagar budaya dan situs proklamasi.
MEDAN, KOMPAS — Koalisi Masyarakat Sipil Medan-Sumatera Utara mendapat penghargaan dari Badan Pembudayaan Kejuangan ’45 atas upaya memperjuangkan Lapangan Merdeka Medan sebagai situs proklamasi dan cagar budaya. Lapangan Merdeka yang kini semakin terimpit harus dikembalikan fungsi dan luasnya sebagai sebuah situs kemerdekaan.
”Kami ingin Lapangan Merdeka Medan dikembalikan fungsinya sebagaimana awal dibangun, yakni sebagai alun-alun kota dan akhirnya menjadi situs proklamasi. Saat ini keadaannya sangat memprihatinkan dengan kawasan komersial, parkir, dan tembok tinggi yang mendominasi,” kata Pengarah Koalisi Masyarakat Sipil Medan-Sumut Usman Pelly seusai menerima penghargaan, di Medan, Jumat (11/3/2022).
Koalisi mendapat penghargaan dan medali ”Kejuangan 9 Windu Kemerdekaan Republik Indonesia” karena terus konsisten selama sembilan tahun terakhir berjuang untuk mengembalikan fungsi Lapangan Merdeka Medan.
Warga beraktivitas di pusat jajanan Merdeka Walk di Lapangan Merdeka, Medan, Sumatera Utara, Senin (17/8/2020). Koalisi Masyarakat Sipil Medan-Sumut menolak keberadaan kawasan komersial itu di Lapangan Merdeka.
Usman yang juga guru besar antropologi dari Universitas Negeri Medan itu mengatakan, Lapangan Merdeka Medan sudah ditetapkan menjadi cagar budaya setelah gugatan warga negara (citizen lawsuit) yang diajukan koalisi dikabulkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan dan dikuatkan di tingkat banding oleh Pengadilan Tinggi Sumut. Wali Kota Medan diminta menetapkan Lapangan Merdeka Medan sebagai cagar budaya.
Kami ingin Lapangan Merdeka Medan dikembalikan fungsinya sebagaimana awal dibangun, yakni sebagai alun-alun kota dan akhirnya menjadi situs proklamasi.
Usman mengingatkan, penetapan sebagai cagar budaya harus diikuti dengan revitalisasi berdasarkan pada prinsip situs cagar budaya. ”Yang terjadi saat ini hanya ada pembangunan pagar tembok yang tinggi yang justru membuat Lapangan Merdeka seperti tanah kaveling,” kata Usman.
Sebagai monumen bersejarah, Lapangan Merdeka Medan kondisinya kini sangat memprihatinkan. Sisi barat lapangan ditutup oleh kawasan komersial Merdeka Walk. Di sisi timur ada gedung parkir dengan jembatan penyeberangan yang terbengkalai. Di lantai dua gedung parkir itu ada toko buku bekas yang tampak tidak terurus.
Warga melintas di Monumen Perjuangan Kemerdekaan Nasional Indonesia di Lapangan Merdeka Medan, Sumatera Utara, Sabtu (23/10/2021). Pelataran monumen itu dipotong untuk membangun gedung parkir.
Monumen Perjuangan Kemerdekaan Nasional Indonesia, tempat pertama kali Kemerdekaan RI diproklamasikan di Sumatera Timur, berada persis di belakang gedung parkir. Salah satu sisi pelatarannya yang merupakan tangga 45 tingkat sebagai simbol tahun 1945 pun dipotong untuk lahan gedung parkir.
Di sekeliling lapangan, pohon-pohon trembesi berusia ratusan tahun sudah meranggas dan beberapa sudah tumbang dalam beberapa tahun ini.
Koodinator KMS Medan-Sumut Miduk Hutabarat mengatakan, luas Lapangan Merdeka Medan yang sebenarnya adalah 4,8 hektar. ”Namun, saat ini Lapangan Merdeka Medan sudah dicindang (dipotong) dan baru-baru ini dibangun lagi tembok tinggi di sisi timur dan barat,” kata Miduk.
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Warga beraktivitas di pusat jajanan Merdeka Walk di Lapangan Merdeka, Medan, Sumatera Utara, Senin (17/8/2020). Koalisi Masyarakat Sipil Medan-Sumut menolak keberadaan kawasan komersial itu di Lapangan Merdeka.
Miduk mengatakan, setelah penetapan Lapangan Merdeka Medan sebagai cagar budaya, seharusnya dikumpulkan ahli yang mengetahui sejarah Lapangan Merdeka Medan untuk membuat konsep besar revitalisasi. Namun, hal itu tidak dilakukan sehingga yang terjadi hanya pembangunan pagar tembok dan jembatan penyeberangan orang.
Miduk mengingatkan, setelah ditetapkan sebagai cagar budaya, pusat jajanan Merdeka Walk seharusnya direlokasi. Dengan keberadaan pusat jajanan yang mendominasi, kata Miduk, Lapangan Merdeka Medan seolah hanya sebagai pusat kuliner.
”Orang-orang datang ke Lapangan Merdeka, lalu makan, tanpa merasakan memori dan nilai apa pun di situs warisan kota. Padahal, Lapangan Merdeka Medan adalah situs proklamasi yang mempunyai nilai kejuangan yang harus dilestarikan, dikembangkan, dan diteruskan anak-anak muda,” kata Miduk.
NIKSON SINAGA
Warga berolahraga di Lapangan Merdeka Medan, Sumatera Utara, Selasa (6/10/2020). Lapangan itu kian sempit karena didominasi kawasan komersial.
Pengajar Program Studi Sejarah Universitas Negeri Medan Ichwan Azhari mengatakan, kondisi Lapangan Merdeka Medan saat ini menjadi simbol kekalahan atas keserakahan ekonomi. Kota Medan didesain sebagai copy paste kota-kota di Eropa sehingga disebut sebagai ”Paris van Sumatera”.
Lapangan Merdeka atau alun-alun kota dibangun terintegrasi dengan balai kota, kantor pos, bank, hotel, pertokoan, stasiun kereta api, dan kawasan Kesawan. Jantung kawasan itu adalah alun-alun kota. Namun, kondisinya kini membunuh memori warganya terhadap warisan kota.
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengatakan, penghargaan itu menjadi roh untuk terus mengembalikan Lapangan Merdeka Medan sebagai cagar budaya dan situs proklamasi. Edy menyebut, Pemerintah Provinsi Sumut mendukung untuk memerdekakan kembali Lapangan Merdeka Medan.
Ketua Dewan Harian Daerah Badan Pembudayaan Kejuangan ’45 Sumut Muhammad Hasyim mengatakan, penghargaan diberikan kepada koalisi karena telah memperjuangkan Lapangan Merdeka Medan sebagai situs proklamasi dan cagar budaya. Ia berharap perjuangan terus dilanjutkan untuk mengembalikan kembali fungsi dan roh Lapangan Merdeka Medan.