Lingkungan Rusak, Wonosobo Diterjang Banjir dan Longsor Bertubi-tubi
Daya dukung lingkungan yang kian lemah memicu rentetan bencana banjir dan longsor di Wonosobo. Dua bulan terakhir, bencana alam terus melanda wilayah pegunungan di Jawa Tengah tersebut.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
Arsip BPBD Wonosobo
Banjir melanda wilayah Tegalsari, Garung, Wonosobo, Jawa Tengah, Kamis (10/3/2022).
WONOSOBO, KOMPAS — Banjir dan longsor kembali menerjang Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Kamis (10/3/2022) petang. Tidak ada korban jiwa dalam bencana ini, tetapi sejumlah orang mengungsi. Daya dukung lingkungan yang kian rentan menjadi salah satu faktor pemicu bencana yang melanda bertubi-tubi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Wonosobo Bambang Tri, dalam siaran pers, Kamis malam, menyatakan, sejumlah lokasi di Kecamatan Garung, Mojotengah, Watumalang, Sukoharjo, hingga Kepil, dilanda longsor dan banjir setelah kawasan itu diguyur hujan seharian. Sepanjang Kamis, setidaknya ada 16 lokasi yang dilanda longsor dan banjir.
Desa Njawar, Kecamatan Mojotengah, dilanda banjir luapan Sungai Wangan Aji sehingga menggenangi jalan provinsi. Sementara di Melikan, Ndero Nduwur, Mojotengah, sebuah senderan atau fondasi samping rumah longsor yang merusak dua unit rumah.
Di Larangan Lor, Garung, longsor menutup akses jalan Menjer-Larangan Lor. Selain itu, di Tegalsari, Garung, banjir luapan sungai menggenangi akses jalan desa.
Arsip BPBD Wonosobo
Longsor melanda wilayah Wonosobo, Jawa Tengah, Kamis (10/3/2022).
”Di Desa Tegalsari, Garung, ibu dan bayi yang baru lahir sekitar 2 minggu dievakuasi ke rumah saudara yang aman. Alhamdulilah, bayi dan ibunya sehat. Suaminya sedang merantau ke Semarang,” kata Bambang.
Masih di Garung, di daerah Kandangan, Tegalsari, longsor menimpa kandang ternak. Longsor juga melanda wilayah Kecamatan Sukoharjo dan menimpa dua rumah serta menyebabkan satu keluarga mengungsi ke rumah saudaranya. Longsor juga terjadi di Pringapus, Tegalsari, merusak satu rumah dan menyebabkan satu keluarga mengungsi.
Sementara itu, menurut Bambang, di Mojotengah, banjir dari luapan sungai menggenangi area kantor Desa Wonokromo dan longsor juga menimpa tiga bangunan kelas SDN Slukatan, Mojotengah. Adapun longsor di Watumalang menimpa satu rumah dan mengancam dua rumah lainnya. Longsor juga sempat menutup akses jalan desa. Di Kepil, longsor menimpa dua unit rumah.
Longsor juga melanda delapan titik di wilayah Wonosobo, Selasa (8/3/2022). Meski tidak ada korban jiwa, longsor menutup akses jalan, merusak rumah, dengan kerugian material lebih dari Rp 30 juta. Longsor merusak fondasi dan mengancam bangunan SD N 3 Surengede dengan kerugian mencapai Rp 105 juta (Kompas.id, 9/3/2022).
Arsip BPBD Wonosobo
Ibu dan warga mengevakuasi bayi berusia 2 minggu di tengah banjir yang melanda wilayah Tegalsari, Garung, Wonosobo, Jawa Tengah, Kamis (10/3/2022).
Sebelumnya, Februari lalu, longsor dan banjir juga melanda kawasan sekitar Dataran Tinggi Dieng di Kabupaten Wonosobo, Rabu (9/2/2022). Tebing tepi jalan raya longsor di beberapa titik dan banjir bandang akibat luapan dari drainase menggelontor jalan serta masuk ke rumah warga. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, tetapi ada seorang pengendara yang terluka akibat terseret longsor.
Dari pemberitaan Kompas.id (10/2/2021), material longsor juga menimbun ruas jalan Dieng-Wonosobo, tepatnya di Kilometer 25, Dusun Kalilembu, Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Rabu (10/2/2021) sekitar pukul 17.00. Tebing setinggi 15-20 meter longsor dan sebagian mengenai kendaraan roda empat. Korban jiwa nihil. Dampaknya, kemacetan terjadi selama lima jam dan satu mobil rusak tertimpa material longsor. Kini, jalur itu sudah bisa dilalui secara terbatas.
Daya dukung lingkungan berkurang. Jangan menyalahkan hujan, tapi salahkan orangnya. (Loekas Soesanto)
Kerusakan lingkungan
Menanggapi bencana yang datang bertubi-tubi di wilayah Wonosobo tersebut, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Profesor Loekas Soesanto menyampaikan, daya dukung lingkungan yang kian lemah memicu rangkaian bencana. ”Daya dukung lingkungan berkurang. Jangan menyalahkan hujan, tetapi salahkan orangnya,” kata Loekas, Jumat (11/3/2022).
Loekas mencontohkan, dari pekatnya air banjir bandang yang melanda kawasan Tegalsari, Garung, tampak bahwa air membawa tanah yang subur atau topsoil. ”Daerah Pegunungan Slamet ke timur sampai ke Dieng itu adalah tanah andosol. Tanah andosol itu remah, subur, jadi daya ikat terhadap air kurang. Selain itu, penanaman tanaman di sana kentang atau sayur, itu tanpa terasering. Jadi, air hujan di atas langsung turun menyapu permukaan tanah sehingga tidak bisa dihambat alirannya,” papar Loekas.
Oleh karena itu, Loekas mengimbau masyarakat setempat membuat terasering di lahan pertanian supaya air tidak langsung turun, tetapi meresap ke dalam tanah. ”Di tepian terasering juga dapat ditanami tanaman yang dapat memperkuat dinding supaya tidak longsor seperti rumput gajah. Ini bisa untuk ternak dan juga tidak menaungi tanaman utama,” ujarnya.