Potensi Bahaya Erupsi Merapi di Alur Sungai, Warga Belum Perlu Mengungsi
Setelah mengeluarkan awan panas sejauh 5 km, Gunung Merapi masih berstatus Siaga (Level III). Potensi bahaya dari erupsi Merapi dinilai masih berada di alur-alur sungai sehingga masyarakat belum perlu mengungsi.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·5 menit baca
Kompas/Ferganata Indra Riatmoko
Seorang warga memanjatkan doa di dekat lokasi endapan material vulkanik dari erupsi Gunung Merapi di Sungai Gendol, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (10/3/2022). Beberapa saat sebelumnya, Gunung Merapi mengeluarkan awan panas guguran dengan jarak terjauh lima kilometer.
SLEMAN, KOMPAS — Setelah mengeluarkan awan panas guguran dengan jarak 5 kilometer, Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah masih berstatus Siaga (Level III). Meski jarak luncur awan panas meningkat, potensi bahaya dari erupsi Merapi dinilai masih berada di alur-alur sungai sehingga masyarakat yang tinggal di lereng gunung api tersebut belum perlu mengungsi.
Namun, terdapat dua obyek wisata di Kabupaten Sleman yang ditutup karena berada di daerah bahaya. Selain itu, penambangan pasir di lereng Merapi di Sleman juga dihentikan sementara.
”Sampai dengan saat ini, potensi (bahaya) itu masih ada di alur-alur sungai sehingga kami masih mempertahankan status dan masyarakat belum perlu mengungsi,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida dalam konferensi pers secara daring, Kamis (10/3/2022) siang.
Gunung Merapi mengeluarkan rangkaian awan panas pada Rabu (9/3/2022) malam hingga Kamis pagi. Rangkaian awan panas guguran itu awalnya terjadi pada Rabu pukul 23.18. Setelah itu berturut-turut terjadi pada pukul 23.29, pukul 23.38, pukul 23.44, pukul 23.53, serta Kamis pukul 00.22. Awan panas itu memiliki amplitudo maksimal 75 milimeter (mm), durasi maksimal 570 detik, dan jarak luncur terjauh 5 km ke arah tenggara atau menuju Sungai Gendol di Kabupaten Sleman, DIY.
Setelah itu, Merapi kembali mengeluarkan beberapa kali awan panas guguran dengan jarak luncur maksimal 2 km ke arah Sungai Gendol. Berdasarkan data BPPTKG, sejak Rabu malam hingga Kamis pagi, tercatat ada 17 kali awan panas guguran yang dikeluarkan Gunung Merapi. Awan panas terakhir terjadi pada Kamis pukul 07.33 dengan amplitudo 55 mm, durasi 172 detik, dan jarak luncur 2 km ke Sungai Gendol.
Sukarelawan menyusuri obyek wisata Bunker Kaliadem yang ditutup sementara di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (10/3/2022).
Hanik menyatakan, jarak luncur awan panas sejauh 5 km itu merupakan yang terjauh sejak Gunung Merapi memasuki fase erupsi pada 4 Januari 2021. Sebelumnya, jarak luncur terjauh awan panas dari Gunung Merapi pada masa erupsi tahun 2021-2022 adalah 3,5 km ke arah barat daya dan 3 km ke arah tenggara.
Jarak luncur awan panas sejauh 5 km itu merupakan yang terjauh sejak Gunung Merapi memasuki fase erupsi pada 4 Januari 2021.
Meski jarak luncurnya meningkat dari sebelumnya, Hanik menyebutkan, jangkauan awan panas dari Gunung Merapi masih berada dalam daerah bahaya yang ditetapkan. Selain itu, berdasarkan data yang dimiliki BPPTKG, potensi bahaya erupsi Merapi ke depan juga masih sama. Oleh karena itu, BPPTKG belum menaikkan status Merapi. Gunung api itu masih berstatus Siaga sejak 5 November 2020.
Daerah bahaya yang ditetapkan BPPTKG juga masih sama. Berdasarkan rekomendasi BPPTKG, potensi bahaya Merapi berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km serta Sungai Bedog, Sungai Krasak, dan Sungai Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Sementara itu, potensi bahaya pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh 3 km dan Sungai Gendol sejauh 5 km. Adapun lontaran material vulkanik apabila terjadi erupsi eksplosif bisa menjangkau radius 3 km dari puncak.
Kompas/Ferganata Indra Riatmoko
Petugas berjaga di dekat lokasi endapan sisa erupsi Merapi di Sungai Gendol, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (10/3/2022).
”Status Gunung Merapi masih ditetapkan sama dengan sebelumnya karena aktivitas Merapi saat ini masih belum membahayakan penduduk yang ada di luar area yang sudah kami tentukan potensi bahayanya,” kata Hanik.
Saat ini ada dua kubah lava di puncak Gunung Merapi yang masih terus tumbuh. Berdasarkan data pada 20 Februari 2022, volume kubah lava di sisi barat daya Merapi 1,6 juta meter kubik. Adapun kubah lava yang ada di tengah kawah Merapi sebesar 3,2 juta meter kubik. Kubah lava di tengah kawah inilah yang menghasilkan awan panas guguran ke arah tenggara.
Dipulangkan
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Makwan menyatakan, luncuran awan panas guguran Gunung Merapi pada Rabu malam dan Kamis dini hari masih berada di alur Sungai Gendol. Oleh karena itu, material awan panas guguran belum menjangkau ke permukiman penduduk.
”Awan panas sejauh 5 km itu masih berada pada alur sungai, belum sampai ke permukiman. Artinya, tidak ada dampak yang berarti bagi warga,” ujarnya.
Wisatawan mengikuti perjalanan tur jip Merapi di kawasan Tugu Ambruk, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (10/3/2022).
Makwan mengatakan, sesudah terjadinya awan panas guguran tersebut, 193 warga mengungsi ke Balai Desa Galagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Warga yang mengungsi itu terdiri dari 38 orang lanjut usia, 40 orang anak-anak, 1 orang ibu hamil, dan 114 orang dewasa.
Namun, pada Kamis pagi, warga yang mengungsi itu telah dipulangkan karena aktivitas Gunung Merapi sudah relatif terkendali. Apalagi, rumah-rumah warga tersebut juga berlokasi cukup jauh dari alur Sungai Gendol sehingga relatif aman.
”Pagi ini sudah kami pulangkan karena kondisi sudah aman dan mereka jauh dari alur sungai sehingga mudah-mudahan aman,” papar Makwan.
Makwan menambahkan, setelah terjadinya awan panas dengan jarak luncur 5 km, obyek wisata Bukit Klangon dan Bunker Kaliadem yang berada di lereng Gunung Merapi di Sleman ditutup sementara. Hal ini karena dua destinasi wisata tersebut berada dalam radius 5 km dari puncak Gunung Merapi.
Kompas/Ferganata Indra Riatmoko
Jalan menuju lokasi penambangan yang terkena endapan sisa erupsi Gunung Merapi ditutup di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (10/3/2022).
Makwan menyebut, aktivitas pertambangan pasir di lereng Gunung Merapi juga dihentikan sementara. Hal itu dilakukan untuk mencegah adanya korban apabila sewaktu-waktu Gunung Merapi mengeluarkan awan panas guguran lagi. ”Untuk penambangan, aksesnya sudah kami tutup. Alat berat (untuk menambang) sudah steril dari sungai sehingga kalau ada potensi luncuran awan panas kembali, mudah-mudahan tidak ada korban,” ujarnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral (PUP ESDM) DIY Anna Rina Herbranti menyatakan, pihaknya masih mengkaji rencana penutupan sementara pertambangan pasir di lereng Gunung Merapi. Anna mengatakan, salah satu hal yang dikaji adalah apakah penutupan hanya dilakukan untuk pertambangan di Sungai Gendol atau juga pertambangan di sungai-sungai lainnya.
”Sedang kami kaji. Dalam waktu dekat akan kami infokan,” ujar Anna saat dihubungi Kompas pada Kamis siang.