Merapi Luncurkan Awan Panas 5 Km, Ratusan Warga DIY dan Jateng Sempat Mengungsi
Gunung Merapi mengeluarkan rangkaian awan panas guguran dengan jarak terjauh 5 kilometer. Ratusan warga di lereng Gunung Merapi di DIY dan Jateng sempat mengungsi. Namun, pagi ini sudah banyak yang kembali ke rumah.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS – Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah mengeluarkan rangkaian awan panas guguran pada Rabu (9/3/2022) malam dan Kamis (10/3) dini hari dengan jarak luncur terjauh 5 kilometer. Ratusan warga di lereng Merapi di Kabupaten Sleman, DIY, dan Kabupaten Klaten, Jateng, sempat mengungsi. Namun, Kamis pagi, sudah berangsur kembali ke rumah masing-masing.
Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), rangkaian awan panas guguran di Gunung Merapi terjadi pada Rabu pukul 23.18, 23.29, 23.38, 23.44, 23.53 serta Kamis pukul 00.22. Beberapa awan panas itu memiliki amplitudo maksimal 75 milimeter (mm), durasi maksimal 570 detik, dan jarak luncur terjauh 5 km ke arah tenggara. Saat awan panas terjadi, angin sedang berembus ke barat laut.
Setelah mengeluarkan enam kali guguran awan panas tersebut, Gunung Merapi kembali meluncurkan lima kali awan panas guguran dalam waktu berdekatan. Awan panas tersebut terjadi pada Kamis pukul 01.00, 01.22, 01.35, 01.59, 02.07 WIB dengan amplitudo maksimal 75 mm, durasi maksimal 191 detik, dan jarak luncur terjauh 2 km ke arah tenggara. Sesudah itu, Merapi kembali tercatat mengeluarkan awan panas guguran pada pukul 02.43, 02.58, 03.00, dan 04.43 WIB.
Munculnya rangkaian awan panas pada Rabu malam dan Kamis dini hari itu mendapat perhatian luas. Terlebih, jarak luncur awan panas sejauh 5 km itu merupakan jarak luncur terjauh awan panas Gunung Merapi sejak gunung api tersebut memasuki fase erupsi pada 4 Januari 2021. Sebelumnya, jarak luncur paling jauh awan panas dari Gunung Merapi pada masa erupsi 2021-2022 adalah 3,5 km.
Apalagi, jarak luncur 5 km ke arah tenggara itu juga sama dengan jarak bahaya yang ditetapkan oleh BPPTKG di wilayah Sungai Gendol di sektor tenggara Gunung Merapi. Berdasarkan rekomendasi BPPTKG, potensi bahaya di sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh 3 km dan Sungai Gendol sejauh 5 km.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menyatakan, setelah terjadi awan panas guguran pada Rabu malam dan Kamis dini hari, terjadi hujan abu di sejumlah wilayah lereng Merapi. Hujan abu antara lain dilaporkan terjadi di Desa Tlogolele, Kabupaten Boyolali, Jateng, serta sejumlah desa di Kabupaten Magelang, Jateng.
Setelah terjadinya awan panas guguran pada Rabu malam dan Kamis dini hari, terjadi hujan abu di sejumlah wilayah lereng Merapi.
Desa-desa di Magelang yang mengalami hujan abu misalnya Desa Ketep, Jati, Soronalan dan Gantang di Kecamatan Sawangan serta Desa Paten, Sengi, dan Krinjing di Kecamatan Dukun. Pos Pengamatan Gunung Merapi di Babadan, Magelang, serta Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, juga dilaporkan dilanda hujan abu.
Sempat mengungsi
Abdul Muhari memaparkan, setelah terjadi awan panas guguran di Merapi, sebanyak 253 warga dilaporkan mengungsi ke tempat aman. Mereka yang mengungsi itu terdiri dari 60 warga di Klaten dan 193 warga di Sleman.
“Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten dan BPBD Kabupaten Sleman telah melakukan pendampingan serta memberikan bantuan logistik kepada para pengungsi tersebut,” kata Abdul melalui keterangan tertulis, Kamis pagi.
Meski demikian, pada Kamis pagi, sejumlah warga sudah kembali ke rumah masing-masing.
Abdul menambahkan, BPBD Kabupaten Klaten, BPBD Kabupaten Magelang, dan BPBD Kabupaten Sleman juga telah berkoordinasi dengan BPPTKG dan instansi terkait guna melakukan kaji cepat dan monitoring lanjutan terkait aktivitas Gunung Merapi.
“BPBD telah meminta seluruh warga yang berada di dekat lereng Gunungapi Merapi agar segera menjauh dari zona bahaya. Warga juga diminta agar dapat segera berkumpul di titik kumpul yang sudah ditetapkan guna memudahkan tim dalam melakukan pertolongan dan evakuasi ke tempat yang lebih aman,” ungkap Abdul.
Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD DIY Pristiawan Buntoro mengatakan, hingga Kamis pukul 03.20, tercatat ada 193 warga yang sempat mengungsi di Balai Desa Galagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Warga yang mengungsi itu terdiri dari 38 orang lanjut usia, 40 orang anak-anak, satu orang ibu hamil, dan 114 orang dewasa.
Namun, Pristiawan menuturkan, pada Kamis pagi ini, sebagian warga yang mengungsi itu telah kembali ke rumah masing-masing. “Saat ini, warga sudah banyak yang kembali ke rumahnya masing-masing,” katanya saat dihubungi, Kamis pagi.
Hingga Kamis pagi, BPPTKG belum mengubah status Gunung Merapi. Sejak 5 November 2020, Merapi berstatus Siaga (Level 3). Selain itu, BPPTKG juga belum memperbarui rekomendasi bahaya terkait erupsi Gunung Merapi.
Berdasarkan rekomendasi BPPTKG, potensi bahaya Merapi berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km serta Sungai Bedog, Sungai Krasak, dan Sungai Bebeng sejauh maksimal 7 km. Potensi bahaya pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh 3 km dan Sungai Gendol sejauh 5 km. Adapun lontaran material vulkanik bila terjadi erupsi eksplosif bisa menjangkau radius 3 km dari puncak.