Dampak Awan Panas Merapi, Obyek Wisata dan Tambang Pasir Ditutup
Sejumlah obyek wisata dan lokasi tambang pasir di lereng Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, ditutup sementara. Penutupan dilakukan untuk mencegah korban jika Merapi kembali erupsi.
Oleh
FERGANATA INDRA RIATMOKO, REGINA RUKMORINI, HARIS FIRDAUS
·5 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Setelah Gunung Merapi mengeluarkan rangkaian awan panas guguran dengan jarak terjauh 5 kilometer, sejumlah obyek wisata dan lokasi pertambangan pasir di lereng Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, ditutup sementara. Penutupan dilakukan untuk mencegah jatuhnya korban jika sewaktu-waktu Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran.
”Untuk penambangan, aksesnya sudah ditutup. Alat berat sudah steril sehingga kalau ada potensi luncuran awan panas kembali, mudah-mudahan tidak ada korban,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Makwan, Kamis (10/3/2022).
Seperti diberitakan, Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah mengeluarkan rangkaian awan panas guguran pada Rabu (9/3/2022) malam dan Kamis dini hari. Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), rangkaian awan panas guguran di Gunung Merapi awalnya terjadi pada Rabu pukul 23.18, 23.29, 23.38, 23.44, 23.53 serta Kamis pukul 00.22.
Beberapa awan panas itu memiliki amplitudo maksimal 75 milimeter, durasi maksimal 570 detik, dan jarak luncur terjauh 5 kilometer ke arah tenggara. Saat awan panas terjadi, angin sedang berembus ke barat laut.
Setelah itu, Gunung Merapi kembali mengeluarkan beberapa kali awan panas, yakni pada Kamis pukul 00.54, 01.00, 01.22, 01.35, 01.59, 02.07, 02.43, 02.58, 03.00, dan 04.43 WIB dengan durasi maksimal 191 detik dan jarak luncur maksimal 2 km ke arah tenggara atau menuju Sungai Gendol. Selain itu, pada pukul 07.33, Merapi lagi-lagi mengeluarkan awan panas dengan amplitudo 55 mm, durasi 172 detik, dan jarak 2 km ke Sungai Gendol.
Makwan menyatakan, luncuran awan panas guguran Gunung Merapi pada Rabu malam dan Kamis dini hari masih berada di alur Sungai Gendol. Oleh karena itu, material awan panas guguran belum menjangkau ke permukiman penduduk. ”Awan panas sejauh 5 km itu masih berada pada alur sungai, belum sampai pada permukiman. Artinya, tidak ada dampak yang berarti bagi warga masyarakat,” ujarnya.
Luncuran awan panas guguran Gunung Merapi pada Rabu malam dan Kamis dini hari masih berada di alur Sungai Gendol. Oleh karena itu, material awan panas guguran belum menjangkau ke permukiman penduduk.
Makwan menyebut, sesudah terjadi awan panas guguran tersebut, ada 193 warga yang mengungsi ke Balai Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Warga yang mengungsi itu terdiri dari 38 orang lanjut usia, 40 anak-anak, 1 ibu hamil, dan 114 orang dewasa.
Namun, pada Kamis pagi, warga yang mengungsi itu telah dipulangkan karena aktivitas Gunung Merapi sudah relatif terkendali. Apalagi, rumah-rumah warga tersebut juga berlokasi cukup jauh dari alur Sungai Gendol sehingga relatif aman.
”Pagi ini sudah kami pulangkan karena kondisi sudah aman dan mereka jauh dari alur sungai sehingga mudah-mudahan aman,” ujar Makwan.
Di sisi lain, mulai Kamis pagi, aktivitas pertambangan pasir di Sungai Gendol dihentikan sementara. Hal itu untuk mencegah adanya korban apabila sewaktu-waktu Gunung Merapi mengeluarkan awan panas guguran lagi. ”Kami pastikan pagi ini alat berat semua steril sampai nanti ada informasi selanjutnya berkaitan dengan Gunung Merapi,” ujar Makwan.
Pariwisata
Selain itu, Makwan menambahkan, obyek wisata Bukit Klangon dan Bungker Kaliadem di lereng Gunung Merapi di Sleman juga ditutup sementara. Hal ini karena dua destinasi wisata tersebut berada dalam radius 5 km dari puncak Gunung Merapi. Surat resmi soal penutupan itu akan dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata Sleman selaku instansi yang berwenang.
Ketua Asosiasi Jeep Wisata Lereng Merapi (AJWLM) Wilayah Barat Dardiri mengatakan, sampai Kamis pagi, jip-jip wisata di lereng Merapi wilayah Sleman masih beroperasi. Namun, untuk menjaga keselamatan, wilayah operasi jip-jip tersebut dibatasi dan tidak boleh memasuki tempat-tempat yang dinilai berbahaya.
Menurut Dardiri, mulai Kamis pagi, jip-jip wisata itu dilarang memasuki wilayah Bungker Kaliadem serta petilasan Mbah Maridjan di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Selain itu, jip-jip wisata juga dilarang melintasi wilayah yang berdekatan dengan Sungai Gendol.
Namun, Dardiri menyebut, jip-jip wisata masih diperkenankan melintasi tempat-tempat yang dinilai aman, misalnya Museum Sisa Hartaku, obyek wisata The Lost World Castle, dan wilayah Sungai Kuning. ”Namun, kalau cuaca tidak mendukung, wilayah Sungai Kuning juga tidak boleh dilalui,” ujarnya.
Dardiri memastikan, seluruh operator jip wisata telah mengetahui tentang larangan masuk ke tempat-tempat yang dinilai berbahaya itu. Dia juga menyebut, sebagian wisatawan memilih membatalkan pesanan jip wisata setelah mengetahui adanya peningkatan aktivitas Gunung Merapi. ”Karena ini alam, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Teman-teman operator jip sudah tahu semua,” ujarnya.
Sementara itu, Kabupaten Magelang dan Kota Magelang, Jawa Tengah, dilaporkan mengalami hujan abu vulkanik dari Gunung Merapi. Hujan abu cukup tebal terasa mulai Kamis pukul 00.30 dan hujan abu tipis masih terus dirasakan berlangsung hingga pukul 08.00.
Di Kabupaten Magelang, hujan abu dilaporkan terjadi di tiga desa di Kecamatan Dukun dan empat desa di Kecamatan Sawangan. Adapun di Kota Magelang, hujan abu terasa hingga wilayah Kecamatan Magelang Tengah. Sisa-sisa hujan abu masih tetap terlihat sekalipun Kota Magelang sempat diguyur hujan pada Kamis pagi.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edi Wasono mengatakan, peristiwa awan panas dan hujan abu dari Gunung Merapi tidak menimbulkan kepanikan warga. Namun, dia pun mengingatkan agar seluruh masyarakat tetap waspada.
Hingga saat ini, Edi mengatakan, BPBD Kabupaten Magelang belum menggerakkan warga untuk mengungsi karena belum ada rekomendasi dari BPPTKG. Edi juga menilai, wilayah Kabupaten Magelang masih aman karena desa terdekat berjarak sekitar 8 km dari puncak Gunung Merapi.