Merapi Erupsi, Penambangan Pasir di Magelang Jalan Terus
Aktivitas Gunung Merapi sama sekali tidak mengganggu aktivitas penambangan di Kabupaten Magelang. Banyak pelaku penambangan mengaku tidak cemas atau takut menghadapi ancaman bahaya erupsi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Rangkaian awan panas guguran di Gunung Merapi yang terjadi pada Rabu (9/3/2022) malam dan Kamis (10/3/2022) sama sekali tidak berdampak pada aktivitas penambangan pasir dan batu di alur-alur sungai di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Penambangan tetap berjalan normal. Para petambang menganggap awan panas guguran tersebut sebagai kejadian biasa.
Paimin (58), salah seorang pengemudi truk, mengatakan, pada Rabu malam sekitar pukul 00.00, dirinya bersama puluhan pengemudi truk lain sudah berada di sekitar penambangan di Desa Kemiren, Kecamatan Srumbung. Ketika itu, dia melihat ada semburat kemerahan di Gunung Merapi. Namun, pemandangan tersebut sama sekali tidak membuatnya takut.
”Awan panas itu pemandangan biasa. Sejak terlibat dalam penambangan pasir dan batu puluhan tahun lalu, saya sudah sering melihat pemandangan semacam itu,” ujarnya. Paimin menggeluti penambangan pasir di Merapi sejak berusia 20 tahun. Selain menjadi pengemudi truk, dia juga pernah menjadi petambang manual.
Karena terbiasa berada di lokasi penambangan, sebelum ada informasi atau aba-aba untuk meninggalkan lokasi, Paimin merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aba-aba untuk segera pergi karena ada ancaman bahaya erupsi biasanya datang dari pengemudi truk lain yang memantau aktivitas Merapi melalui handy talky (HT).
Oleh karena itu, dia tetap santai berada di sekitar lokasi penambangan sejak Rabu malam. Paimin baru turun meninggalkan lokasi penambangan pada Kamis sekitar pukul 06.00.
Hal serupa dirasakan pengemudi truk lainnya, Firdaus (40). Oleh karena itu, ketika portal jalan menuju lokasi penambangan di Desa Kemiren dibuka pada Kamis (10/3/2022) sekitar pukul 03.00, para pengemudi truk berikut para petambang langsung masuk ke lokasi penambangan. Lokasi penambangan berada di alur Sungai Bebeng yang hanya berjarak 3-4 kilometer dari puncak Merapi.
”Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Berdasarkan informasi yang kami terima, luncuran awan panas bukan ke wilayah Kabupaten Magelang,” ujarnya.
Kepala Desa Kemiren Yusuf Herlambang mengatakan, berdasarkan pantauan di lapangan, jumlah truk pengangkut pasir yang lalu lalang di Desa Kemiren pada Kamis pagi hingga siang mencapai lebih dari 200 truk. Jumlah ini sama seperti hari-hari sebelumnya. Ramainya kendaraan ini mengganggu aktivitas warga yang melintasi jalan desa.
Desa Kemiren memasang portal menuju lokasi penambangan. Setiap hari, portal ditutup pada pukul 19.00 agar lalu lalang truk tidak mengganggu jam belajar anak-anak di malam hari. Namun, untuk menutup jalan guna menghentikan aktivitas penambangan, Yusuf merasa pihaknya tidak memiliki kewenangan.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang MHD Muzamil mengatakan, truk pengangkut pasir juga masih ramai lalu lalang. Hilir mudik truk-truk itu mengganggu jalan saat dirinya mengecek kondisi dampak hujan abu erupsi di rumah-rumah warga di Kecamatan Dukun.
Rata-rata intensitas hujan abu yang dirasakan hanya sebatas hujan abu tipis.
Sama seperti Yusuf, Muzamil mengatakan, BPBD Kabupaten Magelang hanya sebatas bisa mengingatkan dampak bahaya erupsi, tetapi tidak bisa bertindak lebih lanjut untuk menghentikan penambangan.
Selain karena berhubungan dengan alasan ekonomi, menurut dia, penambangan sulit dihentikan karena sebagian di antaranya adalah penambangan yang sudah mengantongi izin penambangan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Hujan abu
Di Kabupaten Magelang, dampak hujan abu dirasakan di tujuh desa di dua kecamatan. Di Kecamatan Dukun, hujan abu terjadi di Desa Sengi, Paten, dan Krinjing. Adapun di Kecamatan Sawangan, hujan abu terjadi di Desa Jati, Gantang, Soronalan, dan Ketep.
Muzamil mengatakan, rata-rata intensitas hujan abu yang dirasakan hanya tipis. Abu cukup tebal hanya dirasakan di Dusun Babadan di Desa Paten, Kecamatan Dukun, di mana abu terlihat menutupi sebagian tanaman sayuran.
Sejauh ini, menurut dia, warga lereng Merapi tetap tenang dan tidak panik. Kendati demikian, BPBD Kabupaten Magelang juga tetap memantau dan berupaya menyiapkan fasilitas untuk kebutuhan pengungsian di 38 tempat evakuasi akhir (TEA).
Dampak hujan abu juga dirasakan oleh sebagian warga di Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang. Kamis (10/3/2022), sisa abu masih terlihat pada sebagian kendaraan warga Kota Magelang. Padahal, pada Rabu malam dan Kamis dini hari, Kota Magelang sempat beberapa kali diguyur hujan.