Longsor Putus Pipa Air di Batu, Belasan Ribu Pelanggan Terdampak
Hujan deras memicu longsor di Kota Batu yang menyebabkan pipa saluran air putus. Belasan ribu pelanggan air terdampak.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS — Hujan deras menyebabkan tanah longsor di Dusun Kungkuk, Desa Punten, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, Kamis (10/3/2022), sekitar pukul 02.00. Material longsor memutus pipa saluran air milik perusahaan air minum daerah. Akibatnya, belasan ribu pelanggan air di Batu terdampak.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu, A Choirur Rochim, mengatakan, dimensi longsoran sebenarnya tidak terlalu besar, tetapi di tempat itu terdapat beberapa pipa milik perusahaan air minum daerah (PDAM).
”Akibatnya pipa rusak, putus. Siang ini material longsor sudah dibersihkan. Sementara pipa yang rusak juga sudah mulai diperbaiki,” ujarnya. Adapun pipa yang rusak meliputi pipa transmisi 12 inci, 8 inci, dan 10 inci.
Menurut Rochim, longsor terjadi lantaran hujan deras. Hujan menyebabkan debit air sungai meningkat sehingga menggerus tebing sungai. Sepanjang Rabu sore, kawasan Batu diguyur hujan dengan intensitas tinggi di hampir semua wilayah.
Direktur Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Among Tirto, Eddy Sunaedi, yang dihubungi secara terpisah, mengatakan, ada sekitar 12.000 pelanggan di lima desa/kelurahan di Kota Batu yang terdampak dari total 18.000 pelanggan PDAM.
Daerah terdampak meliputi sebagian wilayah Kelurahan Sisir, Beji, Oro-oro Ombo, Mojorejo, dan Pendem. Selain PDAM milik Kota Batu, pipa milik PDAM Kota Malang dan Himpunan Masyarakat Pemakai Air setempat juga ikut rusak.
Untuk mengantisipasi kebutuhan air warga, Perumdam Among Tirto menyebar 35 unit bak penampungan (tendon) air di setiap RW. ”Jadi, kami melakukan droping air menggunakan mobil tangki. Air dibagikan kepada masyarakat melalui tandon-tandon yang disebar di wilayah terdampak,” ujarnya.
Jadi, kami melakukan droping air menggunakan mobil tangki. Air dibagikan kepada masyarakat melalui tandon-tandon yang disebar di wilayah terdampak, ” ujarnya.
Menurut Sunaedi, pihaknya sudah mulai memperbaiki pipa yang putus. Diperkirakan, perbaikan memakan waktu dua hari dengan catatan kondisi cuaca mendukung. Selain cuaca, proses perbaikan pipa juga terkendala medan yang curam.
”Mudah-mudahan tidak ada halangan sehingga perbaikan bisa dilakukan insyallah dua hari selesai. Yang penting nyambung dulu, pelayanan akan kebutuhan air warga terpenuhi lebih dulu. Kalau proses pengamanan pipa butuh waktu lama. Harus ada bronjong dan lainnya,” ujarnya.
Menurut Sunaedi, pihaknya tengah berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Batu dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas untuk upaya pengamanan ke depan. Hal ini dilakukan karena sungai tersebut milik BBWS Brantas. Sementara peristiwa longsor sudah terjadi beberapa kali.
Beberapa jam sebelum longsor memutus pipa PDAM itu, longsor juga terjadi di Jalan Trunojoyo, Kelurahan Songgokerto, atau kawasan Payung III tepatnya pada Rabu (9/3) sekitar pukul 21.00. Tebing di sisi jalan dengan panjang 8 meter (m), lebar 4 m, dan tinggi 4 m longsor.
Material longsor menutup separo badan jalan—jalur utama Malang-Kediri—sehingga membuat lalu lintas tergganggu. Malam itu juga material longsor dibersihkan. Kawasan Payung III merupakan salah satu titik rawan longsor di Batu. Longsor hampir bisa dipastikan terjadi setiap tahun.
Koordinator Bidang Analisa dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Klimatologi Malang Ahmad Luthfi mengatakan, potensi hujan deras atau cuaca ekstrem masih akan terjadi dalam beberapa pekan ke depan, di bulan Maret-April atau sebelum musim hujan berganti kemarau.
Lutfi menyebutkan, hujan pada Selasa (8/3) sore di sekitar Lawang, Kabupaten Malang, masuk kategori ekstrem, akibat anomali belokan angin di lapisan atas sehingga memicu hujan deras dan menimbulkan bencana banjir dan longsor di kawasan itu.
Hujan deras tidak hanya terjadi di Malang, tetapi juga di daerah lain di Jawa Timur. ”Kita masih di musim hujan sehingga potensinya (cuaca esktrem) masih ada. Kita sudah melewati fase puncak musim dan akan melewati periode peralihan,” katanya.
Oleh karena itu, Luthfi mengingatkan perlunya kewaspadaan semua pihak, baik masyarakat maupun pemangku kepentingan, karena kawasan Malang Raya merupakan daerah berbukit-bukit dengan curah hujan tinggi. Hal ini menimbulkan kerawanan tersendiri dibandingkan dengan daerah lain.