Konsep ”Sister Village” Kembali Diandalkan untuk Respons Peningkatan Aktivitas Merapi
Erupsi Gunung Merapi sempat membuat sebagian warga mengungsi. Namun, mereka kembali ke rumah masing-masing setelah situasi aman. Ganjar meyakini, warga terlatih dan siap mengungsi saat terjadi bencana.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Konsep desa bersaudara atau sister village kembali diandalkan menyikapi potensi peningkatan aktivitas Gunung Merapi. Sejauh ini, belum ada titik pengungsian bagi warga yang tinggal di kawasan rawan bencana Merapi.
Gunung Merapi mengeluarkan rangkaian awan panas pada Rabu (9/3/2022) malam hingga Kamis (10/3/2022) pagi. Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), tercatat 17 kali awan panas guguran.
Awan panas terakhir terjadi pada Kamis pukul 07.33. Besaran amplitudonya 55 milimeter, berdurasi 172 detik, dan jarak luncur 2 kilometer ke Sungai Gendol.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Semarang, Kamis, berharap program desa bersaudara di lereng Merapi aktif kembali. Saat terjadi kenaikan status gunung, warga bisa langsung bergerak ke desa pasangannya.
Program desa bersaudara adalah bentuk kerja sama antardesa di sekitar lereng Merapi. Desa yang masuk kawasan rawan bencana (KRB) dipasangkan dengan desa lainnya yang kawasannya lebih aman.
Saat erupsi, warga desa KRB dapat menuju desa-desa ”saudaranya”. Tujuannya agar warga tidak kebingungan mencari tempat mengungsi. Konsep ini membantu koordinasi antarwarga saat aktivitas Merapi meningkat beberapa waktu lalu.
”Warga kini jauh lebih paham. Kearifan lokal dalam bentuk desa bersaudara dalam menghadapi potensi erupsi sudah bagus. Sekarang, tinggal refleksnya saja yang butuh diingatkan pemerintah,” ucap Ganjar.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jateng Bergas Catursasi Penanggungan menyebut, sekitar 100 warga sempat mengungsi. Namun, mereka sudah kembali ke rumah masing-masing pada Kamis pagi.
”Saat ini tidak ada pengungsian karena warga sudah kembali ke rumah masing-masing, beraktivitas normal. Sebagai bentuk kewaspadaan, kami siap membantu kekurangan logistik apabila diperlukan,” kata Bregas di Semarang.
Bregas mengimbau masyarakat tidak panik, tetapi tetap waspada. Petugas akan memantau perkembangan terkait aktivitas gunung dan secara berkala akan menginformasikannya kepada masyarakat. Hal itu, menurut dia, untuk menekan risiko timbulnya korban apabila bencana terjadi.