Diduga Terlibat Jaringan Terorisme, Dokter di Sukoharjo Tertembak Saat Diciduk
Penangkapan terduga teroris dilakukan Rabu sekitar pukul 21.00. Terduga teroris tewas tertembak saat penangkapan.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Seorang dokter, di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, tewas dalam operasi penangkapan oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, Rabu (9/3/2022) malam. Dokter yang diduga terlibat jaringan terorisme itu dikenal tetangga sebagai sosok yang tertutup dan tak pernah bersosialisasi.
Berdasarkan pantauan Kompas, pecahan batu bata tampak berserakan pada sebuah rumah, di Desa Sugihan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Kamis (10/3/2022) siang. Sebagian pagar juga tampak mengalami retakan-retakan. Kerusakan tersebut diakibatkan oleh upaya penangkapan terduga teroris semalam sebelumnya.
Dwi Puji (35), pemilik rumah, menyampaikan, operasi penangkapan berlangsung sewaktu dirinya belum berada di rumah. Ia tak tahu persis bagaimana proses penangkapan. Hanya saja, ia menyaksikan sebuah mobil berwarna silver sudah ringsek setelah menabrak pagar rumahnya.
”Semalam, saya baru pulang kerja. Tahu-tahu di sini ada mobil menghantam tembok (pagar). Saya datang, mobilnya dimundurkan dan pergi begitu saja. Kejadiannya cepat sekali,” kata Dwi.
Saat terjadinya penangkapan, jelas Dwi, hanya orangtua dan anaknya yang berada di rumah. Semula, mereka mendengar suara dentuman keras. Mereka mengira suara itu berasal dari kecelakaan mobil.
Merasa penasaran, kata Dwi, ibunya keluar rumah untuk melihat kejadian. Namun, ia ditahan oleh seorang petugas yang mengaku dari jajaran kepolisian. Ibu Dwi segera diminta masuk kembali ke rumah.
”Jadi dari petugas hanya bilang mereka dari kepolisian. Polisi suruh ibu saya masuk rumah. Untuk itu, kejadiannya tidak tahu persisnya seperti apa,” kata Dwi.
Dokter yang diduga terlibat jaringan teroris itu berinisial SU. Ia tinggal di RT 003 RW 007 Kelurahan Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Tempat tinggalnya itu sekaligus menjadi tempatnya menjalankan praktik. Lokasi penangkapan berjarak sekitar 3 km dari tempat tinggal terduga teroris.
Ditemui terpisah, Ketua RT 003 RW 007 Kelurahan Gayam Bambang Pujiana Eka Warsana baru menerima kabar tertangkapnya SU, Kamis siang. Ia sama sekali tidak tahu ada aksi penangkapan terkait dugaan keterlibatan warganya dalam jaringan teroris. Kabar tersebut juga diterimanya hanya melalui telepon saat tengah menjalankan pekerjaannya.
”Saya diberi tahu (Kamis) siang. Lewat telepon, aparat kepolisian mengabarkan bahwa Pak SU ditangkap oleh Densus 88, Rabu malam. Sampai di situ saja infonya. Saya tidak tanya lebih lanjut,” kata Eka.
Selanjutnya, Eka menambahkan, warga setempat tidak mengenal SU begitu dekat. SU juga disebut sebagai warga yang tertutup. Menurut Eka, SU tak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar. Aktivitas-aktivitas kewargaan pun tidak pernah diikuti.
”Kami sebenarnya ada pertemuan rutin RT. Itu dia tidak pernah mengikuti. Iuran bulanan yang hanya Rp 25.000 juga tidak pernah. Saya hanya lihat dia kalau mau pergi salat saja ke masjid. Itu juga tidak saling sapa,” kata Eka, yang menjabat Ketua RT sejak 2019.
Selain itu, Eka menyatakan, SU tidak pernah mengumpulkan kartu keluarga atau fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) kepadanya. Padahal, pengumpulan surat-surat tersebut diperlukan untuk pendataan warga.
Tewas tertembak
Kepala Bidang Humas Polda Jateng Komisaris Besar M Iqbal Alqudusy, di Semarang, membenarkan adanya penangkapan terduga teroris di Sukoharjo. Penangkapan itu dilakukan Rabu sekitar pukul 21.00. Menurut Iqbal, terduga teroris tersebut tewas tertembak saat penangkapan.
”Terhadap terduga teroris dilakukan tindakan tegas dan terukur yang mengakibatkan yang bersangkutan meninggal dunia. Saat ini, jenazah sudah dibawa tim forensik ke RS Bhayangkara Semarang untuk diotopsi,” ujar Iqbal.
Menurut Iqbal, keterangan lebih lengkap terkait peristiwa tersebut akan disampaikan oleh Densus 88 dan Markas Besar Kepolisian RI. Bulan lalu, penangkapan orang-orang yang terduga terlibat dalam jaringan terorisme juga dilakukan di sejumlah tempat di Jateng. Penangkapan itu antara lain di Sukoharjo, Batang, dan Sragen.