Meski Surplus dan Rutin Gelar OP, Harga Minyak Goreng di Jatim Tetap Tinggi
Minyak goreng sesuai harga eceran tertinggi sulit diperoleh di Jawa Timur kendati daerah itu surplus produksi. Situasi kian menjadi ironi karena operasi pasar terus dilakukan beberapa waktu terakhir.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI
Pedagang di Pasar Larangan, Sidoarjo, mengantre pembelian minyak goreng curah dalam operasi pasar yang digelar Kementerian Perdagangan RI, Selasa (22/1/2022).
SURABAYA, KOMPAS — Ketersediaan minyak goreng sesuai harga eceran tertinggi masih sulit diperoleh di Jawa Timur. Kondisi ini menjadi ironi karena provinsi ini tercatat surplus produksi dan operasi pasar telah berlangsung hampir sebulan. Karena langka, pembelian di ritel modern dibatasi ketat, sedangkan di pasar tradisional harga masih tinggi.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus mendistribusikan minyak goreng sesuai harga eceran tertinggi (HET) ke seluruh pasar tradisional di 38 kabupaten dan kota secara bergantian. Kebijakan itu ditempuh untuk mengintervensi harga dan membantu pedagang mendapatkan pasokan barang.
Di salah satu ritel modern di Sidoarjo, misalnya, pembelian minyak goreng dibatasi maksimal 1 liter dengan menggunakan sistem kupon. Untuk mendapatkan kupon, setiap pembeli wajib menunjukkan kartu identitas penduduk (KTP). Minyak goreng baru diberikan setelah pembeli membayar di kasir.
”Minyak gorengnya tidak ditaruh di pajangan. Setelah membayar baru diberikan barangnya,” ujar Putri Amelia (26), warga Desa Sedati, Sidoarjo, Minggu (6/3/2022).
Putri mengatakan, harga minyak goreng kemasan premium Rp 14.000 per liter dan Rp 28.000 per dua liter sesuai HET. Namun, sejumlah konsumen menganggap harga itu tidak sebanding dengan perjuangan untuk mendapatkannya. Selain harus mengantre panjang, mereka juga harus membayar parkir kendaraan Rp 3.000 untuk motor atau Rp 5.000 untuk mobil. Belum lagi jika ditambah biaya transportasi.
Pedagang di Pasar Larangan, Sidoarjo, mengantre pembelian minyak goreng curah dalam operasi pasar yang digelar Kementerian Perdagangan RI, Selasa (22/1/2022).
Sementara itu, di Pasar Larangan dan Pasar Krian, Sidoarjo, harga minyak goreng masih tinggi meski telah beberapa kali digelar operasi pasar. Minyak goreng kemasan premium dua liter dijual Rp 35.000. Adapun minyak goreng kemasan premium satu liter dijual Rp 17.000. Minyak goreng dijual Rp 15.000-Rp 17.500 per liter, jauh dari HET Rp 11.500 per liter untuk curah dan Rp 14.000 per liter untuk kemasan.
Kesulitan masyarakat mendapatkan minyak goreng sesuai HET itu menjadi ironi mengingat Jatim merupakan produsen minyak goreng dengan surplus produksi mencapai 3.000-4.000 ton per bulan. Hal itu karena rata-rata produksi minyak goreng di Jatim sebesar 63.000 ton per bulan, sedangkan kebutuhan warga 59.000 ton per bulan.
Kesulitan masyarakat mendapatkan minyak goreng sesuai HET itu menjadi ironi mengingat Jatim merupakan produsen minyak goreng dengan surplus produksi mencapai 3.000–4.000 ton per bulan.
Provinsi Jatim juga memiliki rantai pasok yang lengkap karena terdapat produsen minyak goreng, distributor, dan pengecer, baik ritel modern maupun pasar tradisional. Jatim bahkan menjadi hub rantai pasok minyak goreng untuk wilayah Indonesia bagian timur. Di Sidoarjo, misalnya, terdapat distributor dan perusahaan pengemas minyak goreng yang melayani distribusi untuk wilayah Indonesia bagian timur, seperti Makassar dan Papua.
Kelangkaan dan harga tinggi kian dipertanyakan warga setelah pemerintah pusat dan daerah terus melakukan operasi pasar dengan menyasar konsumen ataupun pedagang pasar. Sebagai gambaran, dalam tiga hari berturut-turut, yakni 4-6 Maret 2022, Pemprov Jatim telah mendistribusikan 2,7 juta liter minyak goreng curah dan premium ke pasar-pasar tradisional di kabupaten dan kota.
Dalam beberapa hari ini akan didistribusikan kembali 1.042 ton minyak goreng atau 1.146.200 liter sehingga total lebih kurang 3,8 juta liter minyak yang digelontorkan ke 38 kabupaten dan kota.
Pedagang di Pasar Larangan, Sidoarjo, mengantre pembelian minyak goreng curah dalam operasi pasar yang digelar oleh Kementerian Perdagangan RI, Selasa (22/1/2022).
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, dibukanya akses harga yang lebih terjangkau bagi para pedagang pasar diharapkan dapat memenuhi ketersediaan dan keterjangkauan masyarakat akan kebutuhan minyak goreng. ”Distribusi minyak goreng tidak langsung menyasar konsumen. Cara ini bertujuan turut membantu para pedagang pasar tradisional yang juga kesulitan mencari pasokan minyak goreng dengan harga wajar. Pedagang dapat terus menjalankan usaha, sedangkan konsumen dapat membeli produk dengan harga wajar,” katanya.
Pemprov Jatim mengklaim telah berupaya mengurai sejumlah kendala distribusi minyak goreng yang menghambat pasokan barang sampai ke konsumen. Berbagai strategi dilakukan agar masyarakat tidak kesulitan memperoleh minyak goreng dengan harga murah, termasuk dengan rutin menggelar operasi pasar.
”Hasil inspeksi Pemprov Jatim menunjukkan tidak ada pabrik minyak goreng yang mengurangi kapasitas produksi bulanannya. Hitung-hitungan matematikanya Jatim surplus, tapi di lapangan minyak goreng langka dan harganya tidak stabil,” ungkap Khofifah.
Di sisi lain, Khofifah juga meminta masyarakat tetap tenang dan tidak melakukan aksi borong atau beli panik. Menurut dia, sikap tersebut hanya akan menambah kelangkaan minyak goreng di pasaran.
”Jadi tidak perlu melakukan pembelian berlebih dengan cara mengajak anak, suami, atau istri, dan saudara untuk membeli minyak goreng dengan jumlah tidak wajar. Beli sewajarnya sesuai kebutuhan,” pesan Khofifah.