”Rasi” Dilepasliarkan, Populasi Macan Tutul di Gunung Ciremai Diharapkan Meningkat
Gunung Ciremai di Jawa Barat kini dihuni dua ekor macan tutul jawa (”Panthera pardus melas”). Sepasang satwa dilindungi itu bernama Rasi dan Slamet Ramadhan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
KUNINGAN, KOMPAS — Balai Taman Nasional Gunung Ciremai melepasliarkan macan tutul jawa (Panthera pardus melas) betina bernama Rasi di Blok Bintangot, Seda, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sabtu (5/3/2022). Pelepasliaran itu diharapkan memuluskan proses penjodohan Rasi dengan Slamet Ramadhan, macan tutul jantan di kawasan itu.
Pelepasliaran Rasi dilakukan dari jarak jauh untuk menghindari kontak dengan manusia. Petugas memotong tali sepanjang 700 meter yang terhubung ke kandang Rasi. Setelah pintu kandang terbuka, macan tutul berusia 3 tahun itu keluar melalui jalur khusus yang diapit plastik hitam sepanjang 50 meter. Pelepasliaran itu disaksikan via kamera pengintai.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) Teguh Setiawan, Bupati Kuningan Acep Purnama, dan Wakil Bupati Majalengka Tarsono Mardiana turut hadir dalam acara itu. Direktur Bina Pengelolaan dan Pemulihan Ekosistem di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ammy Nurwati juga memberikan penghargaan kepada pemda setempat.
Menurut Teguh, Rasi yang masih berusia sekitar tiga bulan ditemukan oleh warga di Kampung Bunisari, Desa Cikondang, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, Juli 2019. Dalam kondisi lemah, Rasi kemudian menjalani rehabilitasi di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga, Sukabumi. Setelah dirawat, Rasi pun siap dikembalikan ke alam liar.
Setelah pengkajian, lanjut Teguh, Gunung Ciremai dinilai sebagai habitat macan tutul. Selain kawasannya mencapai 14.841 hektar, Ciremai juga menyediakan monyet hingga babi untuk pakan macan.
”Macan tutul ini satu dari tiga spesies kunci di Ciremai, selain elang jawa dan surili. Macan juga predator puncak yang menjaga keseimbangan ekosistem,” katanya.
Apalagi, populasi satwa dilindungi itu di Ciremai diperkirakan hanya Slamet Ramadhan, macan tutul jantan yang dilepasliarkan pada tahun 2019. ”Harapannya, dengan masuknya Rasi, bisa berjodoh dengan Slamet Ramadhan dan menambah jumlah macan tutul di Ciremai. Ini untuk menjaga keberlangsungan spesies macan di Ciremai,” ujarnya.
Sebelum dilepasliarkan, Rasi menjalani habituasi atau proses penyesuaian di kawasan Ciremai selama sebulan. Dalam rentang waktu itu, macan sepanjang 150 sentimeter dan tinggi 60 sentimeter ini ditargetkan bisa mengundang Slamet Ramadhan.
”Sehingga Slamet masuk kandang dan kami dapat melepas kalung GPS (sistem pemantau posisi) yang bisa semakin mencekiknya,” katanya.
Akan tetapi, hingga habituasi berakhir, Slamet tak kunjung datang. Teguh menduga feromon (aroma yang dikeluarkan saat berahi) Rasi belum menyeruak. Meski demikian, pihaknya akan memantau pergerakan Rasi melalui GPS selama enam bulan ke depan. Adapun GPS yang terpasang pada Slamet Ramadhan telah rusak.
Teguh memastikan, kedatangan Rasi tidak akan membahayakan pendaki di Ciremai. Gunung tertinggi di Jabar itu kerap dikunjungi ratusan pendaki setiap hari. ”Justru kalau mencium bau lain (manusia), dia menghindar. Ini yang kami jamin. Pendakian juga tidak kami buka di malam hari karena macan itu nokturnal. Pendaki juga harus mengikuti jalur yang ada,” katanya.
Pusat habituasi
Ammy mengatakan, lokasi pelepasliaran Rasi bakal dijadikan pusat riset habituasi macan tutul, baik yang berkonflik dengan warga maupun macan yang telah direhabilitasi. ”Harapannya, dengan penelitian, terlihat konektivitas dan ruang jelajahnya. Ini yang harus diperhatikan. Perlu juga pembagian zonasi sehingga tidak menimbulkan konflik dengan warga,” ujarnya.
Menurut Ammy, Ciremai yang tingginya mencapai 3.078 meter di atas permukaan laut itu cocok menjadi habitat bagi macan tutul. Dengan daya jelajah 1-7 kilometer persegi itu, dan area perburuan pakan sekitar 1 kilometer persegi, macan tutul dapat hidup di Ciremai. Pihaknya juga berkomitmen melibatkan masyarakat dalam konservasi macan tutul.
Bupati Kuningan Acep Purnama mengatakan, pelepasliaran macan tutul di Ciremai selaras dengan visi Kuningan sebagai kabupaten konservasi. ”Kami akan atur, pertahankan semuanya untuk pelestarian. Baik sumber daya alam maupun habitat yang ada di dalamnya,” ucapnya.