Melepas Rindu Nonton Konser Musik di Kampung Kopi Banaran
Setelah sempat terhenti pada awal pandemi, konser musik kembali diadakan di Kampoeng Kopi Banaran, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jateng. Kegiatan itu bagai obat kangen bagi para pecinta musik.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·5 menit baca
Pandemi Covid-19 membuat para pencinta musik, termasuk di Jawa Tengah, kehilangan kesempatan menikmati konser tatap muka yang seru. Konser musik intim yang diselenggarakan di Barbeque Camp Kampoeng Kopi Banaran, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jumat (4/3/2022) malam itu menjadi penawar rindu mereka.
Sepekan lalu, kabar terkait rencana sebuah konser musik sampai ke telinga Joko Sunaryo (29) dan Neviandika (24). Kedua warga Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati itu semakin girang setelah tahu bahwa salah satu bintang tamu yang dihadirkan dalam konser itu adalah Soegi Bornean. Maklum, keduanya adalah pengaggum band Indie Folk asal Semarang tersebut.
Tanpa pikir panjang, dua bekas guru dan murid yang kini menjadi teman nongkrong itu langsung membuat reservasi. Jumat siang, sepulang kerja, keduanya berboncengan sepeda motor menuju Kabupaten Semarang, sekitar 123 kilometer dari rumah mereka.
Joko dan Nevi, sapaan akrab Neviandika itu tak gentar menerjang panas terik di sepanjang Jalan Raya Pantura. Di tengah jalan, tubuh mereka juga sempat diguyur hujan. Setelah lebih kurang 3,5 jam bertarung melawan letih, panas, serta dingin di sepanjang perjalanan, Joko dan Nevi tiba di Kampoeng Kopi Banaran.
"Waktu sampai di sini, rasanya nyesss begitu. Pemandangannya indah, udaranya sejuk, rasanya bisa menyatu dengan alam," tutur Nevi saat ditemui sebelum konser.
Perasaan serupa juga diungkapkan Joko. Pria yang sejak kecil hidup di pesisir pantai itu mengaku bahagia bisa melakoni hobinya menonton konser musik di daerah yang memiliki ketinggian 480-600 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara 23-27 derajat celsius tersebut.
"Saya ini orang pesisir, sehari-hari terkena udara yang panas. Jadi, senang sekali rasanya bisa ke sini, dapat udara yang sejuk, adem," ujar Joko.
Joko juga terpukau dengan pemandangan berupa hamparan tanaman kopi di kanan dan kirinya. Di depannya, terpampang deretan tujuh pegunungan, yakni Gunung Merbabu, Ungaran, Telomoyo, Andong, Gajah, Sindoro, dan Sumbing. Selain itu ada juga Danau Rawa Pening yang tak kalah cantik.
Sebenarnya, Barbeque Camp bisa muat digunakan oleh lebih dari 300 orang. Namun, malam itu, penonton dibatasi 124 orang untuk menghindari potensi kerumunan. Para penonton yang datang dari berbagai wilayah di Jateng itu diminta duduk dengan tetap menjaga jarak minimal satu meter satu sama lain.
Sebagian penonton menikmati konser intim tersebut sambil barbekuan dari dalam tenda. Sebagian lagi duduk di bean bag (bantalan besar berisi styrofoam), di atas tikar, atau di atas kursi kayu sambil menyeruput wedang jahe. Semua penonton dan penyelenggara acara bermasker. Mereka hanya melepas masker saat makan dan minum.
Di bagian barisan depan bean bag, Didik, warga Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang duduk bersama istrinya, Delita (29) dan anaknya Davin (3). Pasangan itu ingin memberikan pengalaman baru kepada Davin yang baru pertama kali menonton konser.
"Saya dan istri memang hobi menonton konser, tapi sejak pandemi tidak berani nonton konser, apalagi secara langsung. Karena di konser ini pesertanya terbatas dan protokol kesehatannya ketat, kami berani menonton. Konser ini bisa dikatakan sebagai konser pertama yang kami tonton sejak pandemi sekaligus konser pertama yang ditonton Davin dalam hidupnya," kata Didik.
Didik dan Delita tidak khawatir terpapar Covid-19 selama menonton. Menurut mereka, penerapan protokol kesehatan dalam acara itu terbilang ketat. Sebelum masuk ke lokasi konser, para penonton maupun penyelenggara acara yang datang diminta mencuci tangan dan dicek suhu tubuhnya. Mereka juga diwajibkan memiliki status hijau dalam aplikasi Pedulilindungi atau minimal sudah dua kali vaksin Covid-19.
Kian sering
Konser musik yang menghadirkan dua bintang tamu, yakni Soegi Bornean dan RA Bersinar pada Jumat malam itu konser tatap muka pertama yang dinikmati Citra (27), warga Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga. Ia berharap konser-konser serupa semakin banyak diselenggarakan.
"Selama pandemi jenuh banget di rumah terus, tidak bisa mengakses hiburan seperti konser seperti ini. Ke depan, saya berharap semakin banyak acara-acara seperti ini. Serunya dapat, rasa amannya juga dapat," tutur Citra.
Project Director Event sekaligus Vice General Manager Kampoeng Kopi Banaran, Yoga Teguh menyebut, konser yang diadakan Jumat bukan yang pertama digelar pada 2022. Pada Januari dan Februari, konser serupa juga digelar di Kampoeng Kopi Banaran, tepatnya di Banaran Skyview.
Kegiatan-kegiatan itu digelar oleh Dyandra Banaran Nusantara sebagai salah satu upaya meyakinkan pemerintah dan masyarakat bahwa mereka bisa menyelenggarakan kegiatan di masa pandemi dengan aman. Di sisi lain, mereka juga ingin memantik semangat para pelaku usaha ekonomi kreatif dan pariwisata untuk bangkit di tengah pandemi.
"Dalam pelaksanaan kegiatan, kami selalu melibatkan pemerintah setempat, terutama Satuan Polisi Pamong Praja setempat. Untuk protokol kesehatan kami atur dengan ketat. Penonton maupun penyelenggara kami wajibkan vaksin. Selain itu, kami juga rutin melakukan tes acak sebagai bentuk penapisan," kata Yoga.
Menurut Yoga, pihaknya juga selalu menerapkan prinsip-prinsip CHSE sesuai arahan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Prinsip CHSE antara lain, kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan.
Penyelenggaraan kegiatan di masa pandemi diharapkan General Manager Kampoeng Kopi Banaran Frina Bonita bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, khususnya di wilayah Kabupaten Semarang. Dengan begitu, pendapatan daerah tersebut juga akan ikut naik.
"Pada masa pandemi, pelaku usaha tetap bisa kok menyelenggarakan kegiatan dengan aman. Syaratnya, penyelenggara dan penggunjung harus sama-sama berkomitmen menjaga protokol kesehatan. Biar ekonomi kita juga bisa bangkit," ucap Frina.
Menurut Firna, tahun ini, akan ada tiga kegiatan berskala nasional yang diselenggarakan di Kampoeng Kopi Banaran. Acara itu, antara lain Dynamic Fest (konser musik aneka genre yang diselenggarakan tiga hari berturut-turut pada Juni), Banaran Coffee Festival (pada Agustus), serta Indonesia Motor Show (pada November).
Dalam keterangannya, Bupati Semarang Ngesti Nugraha menyebut, sektor pariwisata merupakan salah satu tambang emas yang mampu menggantikan setor migas untuk medatangkan devisi dan pendapatan daerah. Pemerintah Kabupaten Semarang juga disebut masih menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor andalan untuk mendulang pemasukan daerah.
"Roda pariwisata yang lajunya sempat melambat pada masa pandemi perlu kita gerakkan lagi. Untuk itu saya mengimbau pelaku pariwisata untuk selalu menerapkan protokol kesehatan sebagai salah satu upaya menumbuhkan kepercayaan masyarakat bahwa tempat wisata saat ini aman untuk dikunjungi," tutur Ngesti.