Bocah Tewas Terbawa Arus Saat Hujan Deras, Warga Manado Diminta Waspada
Seorang bocah berusia dua tahun asal Minahasa Utara, Sulawesi Utara, ditemukan tewas, Jumat (4/3/2022), setelah terseret arus saluran air ketika hujan deras melanda. Warga Manado dan sekitarnya diminta mewaspadai banjir.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
KANTOR SAR MANADO
Tim Pencarian dan Penyelamatan dari Kantor SAR Manado mengevakuasi jenazah Julio Tabaru (2) di Desa Wusa, Talawaan, Minahasa Utara, Sualwesi Utara, Jumat (4/3/2022). Dalam sepekan, dua bocah di Minahasa Utara tewas karena terbawa arus sungai ketika hujan deras.
MANADO, KOMPAS — Seorang bocah berusia dua tahun asal Minahasa Utara, Sulawesi Utara, ditemukan tewas, Jumat (4/3/2022), setelah terseret arus saluran air ketika hujan deras melanda sehari sebelumnya. Warga Manado dan daerah di sekitarnya diminta terus mewaspadai munculnya banjir karena hujan berintensitas sedang akan turun sebulan ke depan.
Bocah tersebut adalah Julio Tabaru, warga Desa Wusa, Kecamatan Talawaan. Menurut laporan yang diterima Kantor Pencarian dan Penyelamatan (SAR) Manado, ia terpeleset dan jatuh ke dalam saluran air ketika sedang bermain bersama anak-anak lain tanpa pengawasan orangtua, Kamis (3/3/2022). Akibat hujan yang begitu deras, aliran air di drainase itu begitu kuat. Korban diduga hanyut ke arah Sungai Papaw yang membelah wilayah Desa Wusa menjadi dua.
Kepala Kantor SAR Manado Suhri Sinaga mengatakan, satu regu SAR telah dikerahkan sejak kemarin untuk mencari anak itu. Julio ditemukan keesokan harinya, Jumat, sekitar pukul 08.45 Wita dalam keadaan meninggal. Jasadnya ditemukan di sebuah tumpukan sampah yang juga turut terbawa arus, sekitar 500 meter dari permukiman tempat tinggalnya.
”Tim berfokus pada pembersihan tumpukan sampah tersebut secara perlahan untuk mengonfirmasi kecurigaan adanya korban di situ,” ujar Suhri.
KANTOR SAR MANADO
Tim Pencarian dan Penyelamatan dari Kantor SAR Manado mengevakuasi jenazah Julio Tabaru (2) di Desa Wusa, Talawaan, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Jumat (4/3/2022). Dalam sepekan, dua bocah di Minahasa Utara tewas karena terbawa arus sungai ketika hujan deras.
Kematian Julio adalah kejadian kedua dalam sepekan terakhir. Pekan lalu, Sabtu (26/2/2022), seorang anak bernama Marcela Nagkado (12) yang tinggal di Desa Sawangan, Airmadidi, Minahasa Utara, juga hilang karena hanyut terbawa derasnya arus di Sungai Tondano saat hujan deras. Jenazahnya ditemukan warga dan tim SAR di bebatuan di tengah sungai.
Suhri pun meminta warga lebih waspada. ”Intensitas hujan memang sedang meningkat di wilayah Sulut sehingga arus drainase sangat kuat. Warga perlu lebih memperhatikan anak-anak ketika sedang bermain saat hujan. Warga yang tinggal di bantaran sungai atau tempat rawan banjir juga harus siap mengungsi ketika curah hujan lebat,” katanya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Minahasa Utara memprediksi curah hujan kategori menengah, yakni 51-100 milimeter per 10 harian (dasarian) bakal terjadi sepanjang Maret hingga 10 hari pertama April. Hujan akan melanda seluruh wilayah Sulut.
Terendam
Sejak Kamis sore, warga di berbagai lokasi di Manado telah mengeluhkan banjir akibat hujan deras. Di Kecamatan Ternate Tanjung, Singkil, yang terletak tepat di samping cabang dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano, air telah meluber sejak pukul 17.00 Wita. Sebelum matahari tenggelam, tinggi air sudah melebihi 1 meter, membenamkan separuh rumah-rumah warga.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Banjir menggenangi akses jalan dari wilayah Karombasan Utara menuju Ranotana, Manado, Sulawesi Uatra, setelah hujan deras mengguyur kota, Sabtu (16/1/2021). Banjir memutus akses transportasi dan menyebabkan listrik padam di sejumlah daerah di Manado.
Menurut data kepolisian, di Kecamatan Singkil saja diperkirakan sekitar 320 rumah tergenang. Akibatnya, 640 keluarga yang beranggotakan 2.400-an warga harus mengungsi ke fasilitas umum, seperti masjid, sedangkan sebagian lainnya menuju rumah kerabat.
Kepolisian, TNI, tim SAR beranggotakan 25 orang, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah telah turun sejak sore hari untuk membantu evakuasi warga. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) Polda Sulut Komisaris Besar Jules Abraham Abast mengatakan, Polri diwakili Kepolisian Resor Manado dalam kegiatan itu.
Hujan lebat turun lagi pada Jumat siang hingga sore. Sejumlah daerah pun kebanjiran lagi.
”Kami berkolaborasi dengan instansi lainnya beserta para sukarelawan untuk mengevakuasi warga yang terjebak banjir di rumahnya. Warga diangkut dengan perahu karet menuju lokasi yang lebih aman,” kata Jules.
Banjir baru surut pada pagi hari. Namun, hujan lebat turun lagi pada Jumat siang hingga sore. Sejumlah daerah pun kebanjiran lagi, seperti Kelurahan Kairagi Weru di Kecamatan Paal Dua dan Kelurahan Wawonasa di Kecamatan Singkil. Adapun Kelurahan Winangun, Kecamatan Malalayang, diterjang banjir bandang kecil dari dataran yang lebih tinggi.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Banjir setinggi 1,5 meter hingga 2 meter merendam Lingkungan I Ternate Baru, Singkil, Manado, Sulawesi Utara. Hujan deras yang mengguyur Manado pada Minggu (28/4/2019) sejak tengah malam hingga siang menyebabkan DAS Tondano meluap.
Setidaknya tiga tahun terakhir banjir selalu melanda Manado, terutama pada awal tahun. Sebagai langkah antisipasi, Pemkot Manado sejak Desember 2021 telah melangsungkan berbagai proyek pembangunan drainase di sejumla daerah, seperti di sepanjang Jalan Bethesda, Sario.
Wali Kota Manado Andrei Angouw meminta satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait penanganan banjir, seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Dinas Lingkungan Hidup, serta Dinas Kawasan Perumahan dan Permukiman untuk mengantisipasi dampak banjir.
”Cuaca hujan memang sangat berlebihan beberapa bulan terakhir. Masyarakat harus selalu waspada menghadapi cuaca ekstrem ini. Instansi-instansi teknis juga saya instruksikan untuk memperbaiki sarana-sarana yang rusak di berbagai lokasi publik akibat banjir dan genangan air,” kata Andrei.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Manado Richard Sualang mengatakan, ada sekitar 20 daerah di Manado yang rawan banjir dan longsor sehingga menjadi perhatian pemerintah. ”Kami terus memantau. Masyarakat yang tinggal di sekitar tempat itu juga harus mempersiapkan diri untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman,” katanya.