Masih Langka, Hampir 54.000 Liter Minyak Goreng Diduga Ditimbun di Palu
Di tengah masih langka dan mahalnya harga minyak goreng, pemangku kepentingan mengungkap dugaan penimbunan 54.000 liter minyak goreng di Palu, Sulteng.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·5 menit baca
PALU, KOMPAS — Hampir 54.000 liter minyak goreng diduga ditimbun di dua gudang milik satu distributor di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Hal ini terjadi di tengah harga jual yang tinggi dan langkanya minyak goreng di Palu.
Minyak goreng bermerek Viola itu disimpan di dua gudang milik CV Aneka Jaya di Kecamatan Tatanga, Kota Palu. Aparat Polda Sulteng bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulteng, yang tergabung dalam Satuan Tugas Pengawasan Pangan, menyegel kedua gudang tersebut pada Kamis (3/3/2022).
Sebagian besar minyak goreng lalu mulai didistribusikan pada Jumat (4/3/2022) ke sejumlah pedagang di Palu dan sebagian Kabupaten Sigi. Sebagian masih disimpan sebagai barang bukti untuk penyelidikan lebih lanjut.
Minyak goreng tersebut disimpan dalam 4.209 kardus dengan total 53.869 liter. Minyak goreng yang diproduksi PT Lumbung Sawit Mas di Sidoarjo, Jawa Timur, tersebut dikemas dalam sejumlah kemasan. Botol plastik, misalnya, berukuran 900 mililiter dan plastik tebal berisi 2.000 mililiter.
Kepala Disperindag Sulteng Richard Arnold menyatakan, selama ini distributor tersebut tak pernah hadir memberikan data stok setelah penetapan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng pada awal Februari. Sebelumnya, HET minyak goreng di tingkat pengecer ditetapkan Rp 14.000 per liter.
”Untuk itu, satgas langsung memeriksa stok di gudang perusahaan. Kepolisian akan mengambil tindakan hukum berdasarkan peraturan yang ada,” kata Richard di Palu, Jumat.
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Sulteng Komisaris Besar Ilham Saparona menyatakan masih menyelidiki dugaan penimbunan minyak goreng tersebut. ”Kami akan periksa petugas gudang, karyawan perusahaan. Yang terpenting, minyak goreng didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Ilham menyatakan, perusahaan beralasan penimbunan dilakukan menunggu kejelasan proses subsidi dari produsen (pabrik minyak goreng). Minyak tersebut diduga ditimbun sejak Oktober 2021.
Akan tetapi, Ilham menegaskan hal itu sebenarnya sudah diatur pemerintah sehingga harusnya penjualan sesuai HET tetap berjalan. Pengembalian uang selisih harga sebelum diatur pemerintah, antara produsen dan distributor, pun tak menghalangi distribusi minyak goreng.
”Nanti kami akan periksa atau dalami soal ini,” katanya.
Manajer Operasional CV Aneka Jaya Arnold menyampaikan tidak bermaksud menimbun minyak goreng karena penjualan masih berjalan. Namun, minyak goreng itu dijual dengan harga nonsubsidi sekitar Rp 19.500 per liter. ”Karena dijual dengan harga nonsusidi, barang kami jadi tidak laku sehingga seakan-akan stok kami banyak,” ujarnya.
Terkait tidak dijual sesuai HET yang ditetapkan pemerintah, Arnold menyatakan hal itu sudah disampaikan ke produsen. Produsen selama ini mengurus data dalam rangka subsidi pemerintah.
”Kami baru mendapatkan kepastian untuk menjual minyak goreng dengan harga subsidi pada 2 Maret,” katanya sembari menambahkan, minyak goreng didistribusi ke Kota Palu dan sebagian Kabupaten Sigi.
Masih langka dan mahal
Ironisnya, kejadian ini terjadi saat minyak goreng masih langka dan mahal. Pemilik kios-kios di pinggir di Jalan Dewi Sartika, Kelurahan Birobuli Utara, Kecamatan Palu Selatan, misalnya, sudah dua minggu terakhir tidak menjual minyak goreng.
”Tidak ada lagi penjual yang biasanya datang. Saya pergi ke pedagang besar juga stok selalu habis,” kata Mia (42), pedagang.
Di beberapa kios atau warung, minyak goreng ada, tetapi dijual dengan harga jauh di atas HET. Rahman (46), pemilik kios di Jalan Sekunder, Kelurahan Birobuli Selatan, Kecamatan Palu Selatan, menjual Rp 25.000 untuk minyak goreng kemasan plastik tebal berbobot 900 mililiter.
Selain itu, stok yang ada saat ini tinggal lima kemasan. Ia membelinya dengan harga Rp 23.000 per kemasan. Harga tersebut hampir sama ketika kelangkaan minyak goreng mencapai puncaknya pada akhir 2021 dan awal 2022.
Hal sama dilakukan Afdal (24), pemilik warung di Jalan Garuda, Kelurahan Tanamodindi, Kecamatan Mantikulore. Ia menjual minyak goreng 1 liter hingga Rp 18.000. Persediaan minyak gorengnya tersisa satu kemasan.
”Saya membeli minyak goreng dua hari lalu dengan antre 1 jam, hanya dapat satu dus,” katanya.
Kondisi kelangkaan dan mahalnya harga itu membingungkan warga di tengah gencarnya pemerintah menggelontorkan minyak goreng dan penetapan HET. ”Tadi saya pergi ke pasar dan tidak dapat minyak goreng. Ini bagaimana, katanya minyak goreng sudah ada, tetapi nyatanya tidak ada. Tolong ini dilihat di mana masalahnya,” kata Maria Murni (49), warga di Kelurahan Birobuli Selatan, Palu.
Menanggapi keluhan warga, Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sulteng Donny I Setiawan mengakui stok minyak goreng di Sulteng pada umumnya masih terbatas. Namun, ia menyebut pasokannya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
”Besar kemungkinan orang membeli cukup banyak untuk stok waktu lama. Misalnya, dari sebelumnya stok satu minggu, sekarang membeli untuk satu bulan. Jadi, semacam ada penimbunan di tingkat rumah tangga. Kami selalu monitor di distributor, dan minyak goreng terus masuk. Nanti kami lihat lagi salahnya di mana,” katanya.
Ia menegaskan, tidak ada untungnya distributor atau pedagang grosir menimbun minyak goreng. Alasannya, semua minyak harus dijual dengan HET.
Dia menambahkan, HET yang ditetapkan pemerintah tidak hanya berlaku untuk minyak goreng yang baru diproduksi, tetapi juga minyak yang sudah berada di rantai distribusi. Meskipun sudah berada di distributor, minyak goreng tetap dijual dengan HET karena telah disubsidi.
Tidak menyebutkan rincian total distribusi minyak goreng ke Sulteng, Donny menyatakan di luar distribusi normal saat ini, pemerintah menugaskan tiga produsen minyak goreng untuk menggelontorkan 290 ton minyak goreng. Minyak goreng tersebut disalurkan ke empat titik, yakni Kota Palu, Tolitoli, Poso, dan Banggai.
Donny menyatakan, selama ini pemerintah juga melakukan operasi pasar untuk mengatasi masalah kelangkaan minyak goreng. Hal itu pun akan terus dilakukan dengan merangkul distributor dan para pihak lainnya.