Penambahan Harian Covid-19 di Surabaya Kembali Tembus 1.400 Kasus
Jelang dua tahun penularan Covid-19 di Surabaya, Jawa Timur, situasi pandemi belum mereda. Butuh komitmen kuat dari pemerintah maupun masyarakat jika status pandemi akan diubah menjadi endemi.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
Kompas/Bahana Patria Gupta (BAH)
Ambulans yang membawa jenazah parkir di blok khusus Covid-19 di TPU Keputih, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (28/1/2021). Kurang lebih 25 jenazah dengan menggunakan protokol Covid-19 dimakamkan di Surabaya dalam sehari. Pemerintah Kota Surabaya menyediakan 3 hektar lahan di TPU Keputih dan TPU Babat Jerawat sebagai pemakaman khusus Covid-19.
SURABAYA, KOMPAS — Jelang dua tahun penularan virus korona baru penyebab Covid-19, situasi pandemi di Surabaya, Jawa Timur, belum mereda. Setelah pernah di bawah 1.000 kasus per hari, penambahan harian Covid-19 di ibu kota Jawa Timur tersebut kembali menembus 1.400 kasus dalam dua hari terakhir. Warga diingatkan terus disiplin menaati protokol kesehatan.
Di Indonesia, kasus konfirmasi pertama diketahui menjangkiti dua warga Depok, Jawa Barat, 2 Maret 2020. Di Jatim, kasus Covid-19 perdana menjangkiti enam warga Surabaya dan dua warga Malang Raya, 17 Maret 2020.
Dampak fatal Covid-19 di Surabaya mulai terjadi pada 30 Maret 2020. Saat itu, dalam dua pekan, yang terjangkit sebanyak 38 orang dengan rincian 10 orang sembuh, 25 orang masih dirawat, dan 3 orang meninggal dunia. Situasi terkini atau Kamis (3/3/2022), kasus konfirmasi Covid-19 mencapai 108.482 kasus dengan 102.014 kasus kesembuhan. Kasus kematian ada 2.703 jiwa, sedangkan kasus aktif atau masih dirawat 3.765 orang.
Adapun berdasarkan laman resmi infocovid19.jatimprov.go.id, dalam dua hari terakhir, Surabaya mencatatkan penambahan harian 1.566 kasus dan 1.446 kasus. Sementara tiga hari sebelumnya berturut-turut, 974 kasus, 789 kasus, dan 897 kasus. Sebelumnya lagi, penambahan harian 1.288 kasus dan 1.496 kasus. Dari sana terlihat bahwa situasi Covid-19 masih fluktuatif dalam hal penambahan kasus harian. Artinya, situasi Covid-19 belum mereda meski pandemi sudah menyerang hampir dua tahun.
Papan informasi situasi pandemi Covid-19 yang terakumulasi sejak Maret 2020 di Taman Bungkul, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (20/10/2021).
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, perjuangan warga ibu kota Jatim melawan Covid-19 panjang dan belum selesai. ”Masih diperlukan kewaspadaan tinggi, kemauan bersama untuk disiplin protokol kesehatan dan vaksinasi demi menekan risiko penularan,” katanya.
Perjuangan melawan Covid-19 memang belum berakhir. Namun, menurut Eri, dunia telah berusaha dan memperlihatkan keunggulan umat manusia untuk hidup bersama pandemi. Covid-19 akan menjadi endemi seperti penyakit infeksi lainnya seperti flu.
”Untuk itu, perlu terus disosialisasikan protokol kesehatan serta pola hidup bersih dan sehat sehingga masyarakat diharapkan siap menjalankan kehidupan normal baru,” kata Eri.
Dunia telah berusaha dan memperlihatkan keunggulan umat manusia untuk hidup bersama pandemi. Covid-19 akan menjadi endemi seperti penyakit infeksi lainnya seperti flu. (Eri Cahyadi)
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Nanik Sukristina menambahkan, berdasarkan asesmen situasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, pada pekan ketiga dan keempat Februari, tingkat konfirmasi telah turun dari 455,39 ke 324,04 per 100.000 penduduk per minggu.
Penurunan juga terjadi pada tingkat rawat inap rumah sakit dari 31,49 menjadi 27,15 per 100.000 penduduk per minggu. Perbandingan jumlah kasus positif dan jumlah tes yang ditempuh atau positivity rate juga turun dari 19,17 persen ke 14,51 persen.
”Secara statistik, situasi Covid-19 di Surabaya memperlihatkan penurunan di pekan ketiga dan keempat Februari,” kata Nanik.
Sepanjang tahun ini, menurut Nanik, sekitar 80 persen pasien Covid-19 merupakan usia produktif. Penularan terjadi dipicu mobilitas masyarakat yang tinggi sehingga meningkatkan risiko. Di sisi lain, penularan menjadi lebih hebat terkait serangan varian Omicron yang memang amat cepat menular. Tingkat kesembuhan warga dari serangan Covid-19 93,96 persen, sedangkan fatalitas atau tingkat kematian 2,52 persen.
Penularan Covid-19 di Surabaya muncul dari berbagai kluster. Penularan bisa terjadi di fasilitas umum, keluarga, perjalanan, sekolah, hingga kantor. Daya penularan meningkat dipicu tingginya mobilitas masyarakat. Di sisi lain, pemerintah sedang tidak menempuh pembatasan sosial yang ketat.
”Kami juga berusaha meningkatkan kinerja dalam 3T (testing, tracing, treatment) atau pengetesan, penelusuran, dan penanganan,” kata Nanik. Untuk penelusuran ditempuh dua cara, yakni secara langsung dan tidak langsung. Yang langsung, tim kesehatan mendatangi kediaman warga terjangkit untuk 3T. Yang tidak langsung, menghubungi terlebih dahulu warga terjangkit untuk kemudian dilakukan 3T.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani, Kepala BKPM Bahlil Lahadia, anggota DPR Mufti Anam, dan Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali dalam pertemuan membahas peningkatan investasi di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (18/3/2021).
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo mengatakan, situasi Covid-19 yang belum mereda masih menuntut kebesaran hati seluruh komponen masyarakat Surabaya. ”Tetaplah disiplin protokol kesehatan, menjaga PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat), dan mengikuti program percepatan vaksinasi bagi yang belum tersentuh,” ungkapnya.
Menurut Windhu, saat ini Surabaya berada di level 3 PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat). Sementara situasi terbaik terjadi pada awal tahun dengan status level 1. Situasi membaik jika penularan Covid-19 kembali pada level 1, yakni penambahan kasus harian di bawah 10 bahkan nihil dan tidak ada kasus kematian.