Gunung Semeru Kembali Erupsi, Jangkauan Awan Panas Berpotensi Meluas
Gunung Semeru kembali erupsi dan mengeluarkan awan panas guguran. Berpotensi terjadi perluasan jangkauan awan panas.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Gunung Semeru kembali erupsi dan mengeluarkan awan panas guguran. Masyarakat diminta tidak beraktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan jangkauan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak.
Setelah erupsi pada Desember 2021, Gunung Semeru terus mengalami fluktuasi aktivitas. Pada periode pengamatan Rabu (2/3/2022) pukul 18.00-24.00 WIB, gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu mengalami 22 kali gempa letusan atau erupsi dengan amplitudo 10-22 milimeter (mm) dan lama gempa 40-120 detik.
”Selain itu, juga terjadi 1 kali gempa awan panas guguran dengan amplitudo 22 mm dan lama gempa 1.200 detik. Juga terjadi 1 kali gempa guguran dengan amplitudo 5 mm dan lama gempa 45 detik,” kata Liswanto, Kepala Pos Pengamatan Gunung Semeru di Gunung Sawur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Kamis (3/3/2022).
Menurut Liswanto, guguran awan panas itu tidak menjangkau permukiman sehingga masyarakat diminta tidak panik. Hingga saat ini, status Semeru masih tetap siaga.
Adapun pada pengamatan Kamis periode pukul 00.00-06.00, Semeru masih mengalami 16 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 10-21 mm dan lama gempa 55-95 detik. Selain itu, masih terjadi 2 kali gempa embusan, 1 kali harmonik, dan 3 kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 19-29 mm. Pada periode ini, sudah tidak terekam munculnya awan panas guguran.
”Meski begitu, masyarakat tetap diminta mematuhi rekomendasi PVMBG. Salah satunya adalah tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak,” kata Liswanto.
Selain itu, menurut Liswanto, masyarakat diminta tidak beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah/puncak Semeru karena rawan` terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
”Potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Semeru juga harus diwaspadai. Terutama di sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan,” kata Liswanto.
Awan panas ini menjangkau sekitar 4 km atau tidak sampai ke permukiman warga sehingga tidak membuat panik.
Awan panas guguran kali ini, menurut Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Logistik Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Wawan Hadi Siswoyo, tidak menimbulkan kepanikan warga. ”Awan panas ini menjangkau sekitar 4 km atau tidak sampai ke permukiman warga sehingga tidak membuat panik,” katanya.
Menurut Wawan, warga juga sadar akan potensi bahaya tinggal di kawasan sekitar Gunung Semeru, salah satunya adalah guguran awan panas dan lontaran material vulkanik. ”Yang harus terus diingatkan adalah agar warga mematuhi semua rekomendasi PVMBG sehingga tidak sampai muncul korban jiwa sebagai dampak erupsi Semeru,” kata Wawan. Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung teraktif.
Hingga saat ini, Pemerintah Kabupaten Lumajang masih terus mengebut penyelesaian hunian sementara (huntara) bagi korban guguran awan panas Semeru pada awal Desember 2021. Rencananya akan dibangun 1.951 huntara di atas lahan seluas 81 hektar yang diperuntukkan bagi warga terdampak erupsi Gunung Semeru.
”Targetnya saat Lebaran nanti pengungsi sudah bisa menempati huntara di lokasi yang sudah disepakati. Semoga nanti masyarakat bisa berlebaran dengan tenang bersama keluarga dan nantinya di belakang huntara itu juga akan dibangunkan hunian tetap (huntap),” kata Wawan.
Huntara nantinya akan dibangun berukuran 4,8 meter x 6 meter, sedangkan untuk hunian tetap nanti berukuran 6 meter x 6 meter. Hunian tersebut dibangun pada tanah berukuran 10 meter x 14 meter untuk setiap keluarga.