Pembaca ”Kompas” Segera Bangun Rumah Warga Terdampak Badai Seroja di Kupang
Pembangunan rumah oleh Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas masih harus didahului pengurukan lahan untuk menghindari risiko banjir.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
OELAMASI, KOMPAS — Pembaca harian Kompas melalui Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas segera membangun sejumlah unit rumah di Kelurahan Babau, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang terdampak badai Seroja, April 2021. Penerima manfaat meminta pembangunan rumah tinggal segera ditindaklanjuti. Yayasan DKK juga membangun pusat kegiatan masyarakat di Pos Lintas Batas RI di Wini-Oecussi, Timor Leste.
Manajer Eksekutif Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) Anung Wendyartaka dan Dewan Pengawas DKK Rusdi Amral bersama Menteri Sosial Tri Rismaharini dan rombongan meninjau lokasi pembangunan rumah warga terdampak di Oelamasi, Kupang, Rabu (2/3/2022). Menteri Risma dan rombongan melakukan kunjungan kerja secara maraton. Tiba di BandaraKupang pukul 06.00 Wita dengan maskapai komersial, mereka langsung menuju Kelurahan Babau, Kabupaten Kupang, lalu melanjutkan perjalanan menuju Kefamenanu dan kunjungan terakhir di perbatasan RI, Wini-Oecussi, Timor Leste, 230 kilometer dari Kupang. Sesuai jadwal, rombongan akan pulang ke Jakarta, Kamis (3/3/2022) pagi.
Anung mengatakan, pembangunan rumah warga itu sudah sangat mendesak, tetapi perlu dibicarakan dengan pemda setempat, termasuk lurah dan pemilik lahan, sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Status tanah dan masalah kecemburuan sosial di kemudian hari perlu diantisipasi sehingga saat kegiatan berlangsung, tidak ada protes warga.
”Ada tujuh unit rumah warga yang akan dibangun pembaca harian Kompas melalui DKK. Tetapi, kondisi tanah yang hendak dibangun rumah berada di cekungan sehingga perlu ditimbuni sampai rata dengan posisi jalan utama, Timor Raya. Ini pekerjaan yang tidak mudah, tetapi tetap diupayakan agar rumah itu segera mungkin dimulai,” kata Anung.
Sesuai rencana, rumah itu berukuran 6 meter x 6 meter, dengan nilai bangunan lebih dari Rp 100 juta per unit. Anggaran ini termasuk biaya pengerukan sungai dan penimbunan lokasi, atau bisa juga anggaran belum termasuk itu.
Cekungan dengan kedalaman sekitar4 meter itu harus ditinggikan untuk mengantisipasi luapan air banjir dari Sungai Oesao, yang setiap tahun selalu merembes masuk sampai permukiman warga tersebut. Soal pengerukan atau normalisasi sungai dan penimbunan lokasi perumahan nantinya akan dibahas bersama Pemkab Kupang, lurah, dan camat setempat.
Camat Kupang Timur Deny Tadoe mengatakan, warga yang terdampak badai Seroja di Kelurahan Babau seharusnya delapan keluarga. Rumah mereka roboh, rata dengan tanah. Namun, data yang sampai ke Kementerian Sosial,ada tujuh rumah sehingga Kemensos merilis ada tujuh unit yang dibangun.
”Saat tim Kemensos datang memantau lapangan, kami melaporkan ada delapan unit, tetapi mereka tetap menolak, dan menyetujui hanya tujuh unit. Setelah kami menyampaikan sejumlah alasan, akhirnya disetujui delapan unit, tetapi dengan catatan jika dana masih cukup untuk tambahan satu unit rumah itu,” kata Tadoe.
Ia menambahkan, sebelum pembangunan rumah dimulai, dilakukan normalisasi sungai terlebih dahulu. Masalah utama adalah luapan banjir Sungai Oesao yang merusak permukiman warga setempat. Jika sungai tidak dikeruk, pembangunan rumah itu sia-sia saja. Tidak hanya rumah warga, tetapi semua jenis tanaman perkebunan di kawasan itu ikut hanyut dibawa banjir.
Total kerusakan rumah di Kecamatan Kupang Timur sebanyak 1.200 unit, tersebar di tiga kelurahan, yakni Naibonat, Oesao, dan Babau. Empat kelurahan lain juga mengalami kerusakan, tetapi tidak separah tiga kelurahan tersebut. Jumlah 1.200 rumah itu terdiri dari 89 unit rusak berat, 355 unit rusak sedang, dan 756 unit rusak ringan.
Lurah Babau Isak Lubalu mengatakan, Mei 2021, satu bulan setelah badai Seroja, Mensos Risma mendatang lokasi itu. Oktober 2021, staf khusus Kemensos datang, sedangkan Desember 2021 datang lagi staf khusus dari Kemensos bersama kontraktor untuk meninjau lokasi. ”Hari ini dalam agenda kunjungan Ibu Menteri,melihat progres pembangunan rumah warga. Namun, kondisi di lapangan masih seperti itu,” kata Lubalu.
Tanel Tampani (72), calon penerima manfaat, mengatakan sudah bosan melihat pejabat dan stafnya datang mengambil foto-foto rumah dan lahan. ”Sekitar tujuh kali mereka datang ambil gambar, tetapi setelah itu diam sampai hari ini. Kalau mau bangun, ya segera bangun. Seroja sudah satu tahun lalu. Tunggu apa lagi, atau tunggu bencana baru tahun ini,” katanya.
Tampani berharap, seusai kunjungan Mensos Risma dan rombongan ke lokasi itu dan melihat langsung kediamannya, pembangunan secepatnya dilakukan. Rumah darurat yang saat ini sedang ditempati Tampani bersama seorang anak dan tiga cucu merupakan bantuan dari TNI.
Rabu siang, rombongan Mensos juga mengunjungi pembangunan pusat kegiatan masyarakat, Community Centre, di Pos Lintas Batas Negara Wini-Oecussi, Timor Leste. Pusat kegiatan masyarakat ini dibangun dari dana pembaca Kompas melalui DKK, Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan, dan lembaga lain.
Community Centre lebih diprioritaskan untuk kegiatan anak muda di perbatasan dalam memanfaatkan teknologi digital untuk usaha mikro, kecil, dan menengah. Kelompok anak muda perbatasan terus didorong untuk berkreasi dan berinovasi mengembangkan potensi daerah setempat secara digital.