Tingkatkan Okupansi LRT, Rute Angkutan Umum di Palembang Dirombak
Pemerintah merombak ulang rute angkutan umum di Palembang, Sumsel, dengan memusatkannya pada stasiun kereta ringan (LRT). Konsep angkutan terintegrasi itu akan diberlakukan mulai April 2022.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Pemerintah merancang ulang rute angkutan umum di Palembang, Sumatera Selatan, dengan memusatkannya pada stasiun kereta ringan (light rail transit/LRT). Konsep angkutan terintegrasi yang diberlakukan mulai April 2022 ini bertujuan mendongkrak tingkat keterisian LRT Palembang yang belum optimal.
Direktur Angkutan Jalan Kementerian Perhubungan Suharto, dalam peluncuran Gerakan Nasional Kembali ke Angkutan Jalan, di Palembang, Minggu (27/2/2022), mengatakan, perancangan ulang rute (rerouting) angkutan umum di Palembang sebagai upaya untuk meningkatkan okupansi LRT Palembang yang sampai saat ini masih rendah.
Tiga bulan lalu, rata-rata tingkat keterisian LRT Palembang hanya 23 persen dari total kapasitas sekitar 22.000 penumpang per hari. Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, sejak pertama kali beroperasi pada 2018, pergerakan penumpang LRT Palembang tercatat 927.432 orang. Puncaknya terjadi pada 2019 dengan jumlah penumpang mencapai 2,6 juta orang. Karena pandemi Covid-19, pada 2020, okupansi LRT Palembang menurun signifikan menjadi sekitar 1,1 juta orang.
Namun, dengan merancang ulang rute angkutan umum melalui skema bus buy the service, okupansi LRT kini menjadi 29 persen. Ke depan, okupansi LRT Palembang akan ditingkatkan lagi dengan peluncuran angkutan pengumpan (feeder) di dua koridor, yakni rute Asrama Haji-Sematang Borang via Jalan Noerdin Panji dan koridor Terminal Sako-Simpang Polda via Sukabangun dan Jalan Basuki Rahmat. ”Sistem ini akan mulai dijalankan pada April 2022,” katanya.
Secara bertahap, jumlah koridor akan ditambah sampai 17 koridor. Nantinya, angkutan pengumpan (feeder) yang sudah dilengkapi pendingin udara itu akan berhenti di setiap pemberhentian bus yang ditempatkan pada sejumlah area publik.
Selanjutnya, feeder akan mengantarkan penumpang ke stasiun LRT yang dituju. Dalam satu koridor tersedia 20-26 feeder. Proses pembayarannya menggunakan tarif per kilometer. ”Mekanisme pembayaran menggunakan uang elektronik,” ujarnya.
Pengamat transportasi sekaligus Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Sumatera Selatan, Erika Buchari, menyebut, dari hasil survei timnya, minat masyarakat Palembang untuk menggunakan LRT hanya 6,25 persen. Namun, sejak program angkutan terintegrasi ini dijalankan, minat masyarakat meningkat menjadi 12,20 persen.
Ini berbeda dengan penggunaan angkutan umum biasa (oplet). Minat masyarakat menggunakan moda transportasi itu sekitar 25 persen. ”Dari hasil survei ini, tugas kita adalah bagaimana mengalihkan penggunaan oplet ke LRT,” ucapnya.
Budaya baru
Rute angkutan umum yang ada selama ini tidak memudahkan masyarakat untuk menjangkau LRT karena tidak bersentuhan. Dengan rerouting ini, diharapkan dapat tercipta budaya baru di masyarakat Palembang untuk menggunakan angkutan umum dibandingkan kendaraan pribadi.
Di sisi lain, Erika berharap ada dukungan infrastruktur dan kebijakan dari pemerintah daerah agar program ini dapat berjalan. Dukungan itu bisa diwujudkan, antara lain, dengan membangun tempat parkir di dekat stasiun LRT pinggir kota, seperti di Stasiun LRT Jakabaring atau Stasiun LRT Asrama Haji, ataupun menerapkan biaya parkir yang tinggi sehingga masyarakat memilih untuk menggunakan angkutan umum.
Jadikan angkutan umum di Palembang sebagai kebanggaan warga kota.
Tokoh publik asal Sumsel, Helmy Yahya, berpendapat, masyarakat yang tinggal di kota modern akan lebih cenderung menggunakan transportasi umum dibandingkan kendaraan pribadi karena lebih mudah diakses. Hal ini terjadi di sejumlah negara maju, seperti Singapura dan Jepang.
Untuk di Indonesia, baru Jakarta yang masyarakatnya sudah memiliki kesadaran itu. Untuk di luar Jakarta, harapannya Palembang bisa memulainya. Itu karena Palembang memiliki angkutan massal yang lengkap dibandingkan daerah lain. ”Jadikan angkutan umum di Palembang sebagai kebanggaan warga kota,” ucap Helmy.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, jika berjalan baik di Palembang, program ini akan jadi percontohan bagi kota lain di Indonesia. Menurut dia, Palembang memiliki angkutan umum yang paling lengkap, mulai dari BTS, angkutan sungai, LRT, angkutan udara, dan oplet. ”Dengan sistem ini, diharapkan kesadaran masyarakat menggunakan angkutan umum bisa ditingkatkan,” katanya.
Gubernur Sumsel Herman Deru berjanji akan menyediakan infrastruktur pendukung untuk melancarkan program ini. ”Tentu akan disesuaikan dengan anggaran dari pemerintah daerah,” katanya.