1.707 Gempa Landa Papua dan Papua Barat Setahun Terakhir
Wilayah Papua dan Papua Barat sangat rawan mengalami gempa tektonik. Sepanjang 2021, tercatat 1.707 kali gempa yang dipicu aktifnya pergerakan sembilan patahan di dua provinsi ini.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Wilayah Papua dan Papua Barat merupakan daerah yang sangat aktif terjadi gempa tektonik. Sepanjang 2021, tercatat 1.707 kali gempa tektonik melanda dua provinsi tersebut. Upaya meningkatkan manajemen mitigasi bencana gempa dan tsunami pun mendesak dilakukan.
Hal ini disampaikan Subkoordinator Pengumpulan dan Penyebaran Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura Dedy Irjayanto, di Jayapura, Jumat (25/2/2022). Dia memaparkan, 93 dari 1.707 kali gempa itu dirasakan masyarakat. Gempa terjadi secara merata di seluruh wilayah pesisir hingga pegunungan di Papua serta Papua Barat. Hanya Kabupaten Merauke yang tidak terjadi gempa sepanjang 2021.
”Terdapat tiga periode pada tahun 2021 terjadi gempa yang dirasakan yang terbanyak, yakni bulan Maret sebanyak 17 kali, bulan Agustus 12 kali, dan Desember 13 kali. Gempa terjadi hampir di seluruh wilayah dua provinsi ini,” papar Dedy.
Ia menuturkan, ada sejumlah patahan atau sesar yang aktif dalam periode tersebut, antara lain Sesar Mamberamo yang melingkupi wilayah Mamberamo, Sarmi, hingga Jayapura di Provinsi Papua dan Sesar Sorong yang melingkupi Sorong hingga Manokwari di Provinsi Papua Barat.
Ada pula Sesar Ransiki yang melingkupi Manokwari Selatan dan sekitarnya, Sesar Yapen yang melingkupi di wilayah Kepulauan Yapen, serta Sesar Tarera Aiduna yang melingkupi wilayah Kaimana dan sekitarnya.
Selain itu, Jalur Lipatan Lengguru dan Sesar Wandamen yang melingkupi wilayah Wasior dan sekitarnya, Sesar Sungkup Weyland yang melingkupi wilayah Nabire, serta lajur anjak pegunungan tengah yang melingkupi wilayah Jayawijaya dan sekitarnya.
Dedy berharap masyarakat dan pemerintah daerah setempat bersinergi dan tanggap terhadap kondisi kerawanan tersebut. Selain itu, diperlukan juga upaya meningkatkan manajemen mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami sehingga dapat mengurangi risiko korban jiwa ataupun kerusakan infrastruktur.
”Langkah-langkah mitigasi, seperti simulasi penanggulangan bencana gempa bumi dan tsunami serta pembangunan, harus memperhatikan daerah atau zona rawan gempa bumi dan tsunami,” ujarnya.
Dia menambahkan, diperlukan bangunan tahan gempa bumi, membangun shelter-shelter evakuasi tsunami untuk masyarakat yang berada di wilayah pesisir pantai, membuat rambu– rambu evakuasi, dan mendapatkan informasi resmi dari instansi terkait untuk mengurangi berita bohong.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Papua Welliam Manderi menyatakan, pihaknya telah memetakan daerah yang berpotensi gempa bumi di seluruh Papua. Ia pun mengimbau warga untuk meningkatkan mitigasi bencana, khususnya di daerah rawan gempa bumi.
Welliam menyatakan, pihaknya juga telah meluncurkan aplikasi Sistem Manajemen Data dan Informasi Penanggulangan Bencana (Simdip). Aplikasi ini untuk mempermudah masyarakat mengakses informasi sistem peringatan dini, kejadian bencana alam, dan informasi prakiraan cuaca di seluruh wilayah Papua.
”Kami baru meluncurkan aplikasi Simdip pada tahun ini sehingga mempermudah untuk pemantauan bencana alam di 28 kabupaten dan 1 kota. Masyarakat dapat mengakses aplikasi ini melalui telepon seluler,” tutur Welliam.