Brigadir Satu Faizal Heluth telah mengorbankan nyawanya demi kedamaian di Pulau Haruku, Maluku. Semua pihak yang berkonflik diminta saling memaafkan dan mau berdamai.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
Hampir sebulan dirawat akibat luka tembak pascakonflik di Pulau Haruku, Maluku, Brigadir Satu Faizal Heluth mengembuskan napas terakhirnya. Pengorbanan nyawa ini diharapkan dapat meluluhkan hati semua pihak yang bertikai untuk berdamai. Pelucutan senjata api ilegal dari masyarakat sipil juga menjadi pekerjaan rumah yang mendesak diselesaikan.
Faizal meninggal di Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta, Selasa (22/2/2022). Tiba di Ambon pada Rabu, jenazahnya akan dimakamkan di Taman Makam Bahagia Ambon sekitar pukul 11.00. Sebagai perhormatan, semua markas polisi di Kepolisian Daerah Maluku mengibarkan bendera setengah tiang selama tiga hari.
Selain itu, Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo juga mengeluarkan dua surat keputusan untuk Faizal. Pertama, Faizal dinyatakan gugur dalam bertugas. Kedua, almarhum mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa anumerta, satu tingkat dari pangkat sebelumnya brigadir satu, menjadi brigadir anumerta.
Selama dirawat, Faizal bergulat dengan luka tembak senjata api laras panjang di mulut. Luka didapatnya ketika tengah berusaha menghalau ratusan warga Desa Pelauw yang menyerang permukiman Desa Kariuw pada 26 Januari 2022. Dia adalah bhabinkamtibmas di Desa Kabauw, tidak jauh dari Kariuw.
Saat kejadian, Faizal hanya ditemani beberapa anggota yang jumlahnya tidak sampai 10 orang. Mereka kesulitan menghadang kelompok penyerangan yang datang menggunakan senjata dan membawa bom. Permintaan untuk menambah personel tidak kunjung dipenuhi.
Kematian Faizal menambah jumlah korban meninggal menjadi empat orang dalam kejadian itu. Sebanyak 211 rumah dan puluhan kendaraan warga Kariuw dibakar kelompok penyerang. Hingga kini, warga Kariuw masih mengungsi di desa lain di Pulau Haruku. Haruku dapat dicapai dari Ambon dengan waktu tempuh tidak lebih dari 15 menit menggunakan perahu motor.
Kepala Bidang Humas Polda Maluku Komisaris Besar M Roem Ohoirat lewat sambungan telepon pada Rabu mengatakan, Faizal telah mengorbankan nyawanya bagi kedamaian di Maluku. Ia meminta semua pihak yang terlibat konflik untuk berdamai.
”Almarhum sudah memberikan yang terbaik untuk kedamaian di Maluku. Mari kita ambil pesan penting dari kejadian ini. Mari saling memaafkan, sebab tidak ada yang untung dari sebuah konflik,” katanya.
Pelajaran penting
Abidin Wakano, pegiat perdamaian di Maluku, mengajak semua pihak merefleksikan perjalanan Maluku selama lebih dari dua dekade terakhir. Sudah banyak nyawa yang hilang akibat kekerasan tersebut.
”Mari kita kembali melihat identitas Maluku yang kaya akan pesan-pesan damai. Ale rasa beta rasa, potong di kuku rasa di daging, sagu selempeng dibagi dua, dan banyak lagi. Persaudaraan dan kasih sayang adalah identitas kita, warisan dari leluhur kita,” tuturnya.
Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Maluku Benediktus Sarkol juga menyampaikan duka mendalam atas kematian Faizal. Ia mengingatkan betapa berbahayanya penggunaan senjata api oleh masyarakat sipil. Faizal dan tiga korban meninggal lainnya terkena tembakan senjata laras panjang.
Menurut dia, pekerjaan rumah mendesak bagi aparat keamanan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pemerintah daerah saat ini adalah melucuti senjata api ilegal yang masih beredar. Selain senjata rakitan, juga terdapat senjata standar militer. Senjata-senjata itu merupakan peninggalan konflik.