Angin Kencang Terjang Kalteng, Belasan Rumah Rusak Parah
Hujan besar disertai angin kencang di wilayah Kalimantan Tengah berdampak pada rusaknya sejumlah bangunan. Pemerintah pun terus mengimbau masyarakat untuk tetap waspada.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Cuaca ekstrem dalam beberapa hari menerjang Kalimantan Tengah. Di Kabupaten Kapuas, sebuah dermaga dan 11 rumah warga rusak berat akibat diterpa puting beliung, sedangkan tiga bangunan di Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur, ambruk lantaran tertimpa pohon besar di tengah hujan disertai angin kencang.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kapuas Panahatan Sinaga menjelaskan, pihaknya sudah beberapa kali memberikan peringatan dini kepada seluruh warga Kapuas untuk mewaspadai cuaca ekstrem yang sedang terjadi, tak hanya di Kapuas, tetapi hampir di seluruh daerah di Provinsi Kalimantan Tengah. Di Kapuas, sebuah dermaga di Sungai Mantangai dan 11 rumah warga rusak berat akibat puting beliung.
Rinciannya, lanjut Panahatan, tujuh rumah rusak berat, sedangkan sisanya rusak sedang. Kerusakan itu berdampak pada 12 keluarga atau 37 orang yang tinggal di rumah-rumah itu. Pemerintah bahkan menyiapkan tempat mengungsi sementara untuk keluarga yang rumahnya rusak berat dan tidak bisa ditempati. Mereka akan tinggal di tempat pengungsian sampai rumah mereka dibangun kembali dengan bantuan pemerintah.
”Kami prihatin dengan kejadian ini, memang kemarin itu cuaca ekstrem hujan disertai angin dan petir sampai muncul puting beliung,” kata Panahatan Sinaga, Rabu (23/2/2022).
Panahatan menjelaskan, peristiwa ambruknya belasan rumah itu terjadi pada Selasa (22/2) siang di Desa Mantangai Tengah, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Kalteng. Pihaknya bersama Bupati Kapuas Ben Brahim pada Rabu sore mengunjungi tempat itu untuk memberikan bantuan langsung.
Bantuan yang disalurkan, lanjut Panahatan, berupa matras, selimut, terpal, makanan siap saji, lauk pauk, beras, paket sembako, obat-obatan, serta uang tunai sebesar Rp 3 juta untuk masing-masing keluarga.
”Keluarga yang terdampak terus kami bantu hingga pulih. Kami juga terus mengimbau masyarakat untuk tetap waspada,” kata Panahatan.
Peristiwa serupa juga terjadi di Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur, Kalteng. Tiga rumah warga ambruk ditimpa pohon besar pada Selasa sore. Diameter pohon Keranji (Dialium indum) yang menimpa bangunan itu mencapai 75 sentimeter dengan tinggi lebih kurang 15 meter.
Ahiannor (33), pemilik rumah yang hancur, menjelaskan, rumahnya tak lagi berbentuk. Tak hanya bangunan rumah yang rusak, tetapi juga semua harta benda yang ada di dalam rumahnya.
”Saat mau ambruk itu memang ada bunyi patahan kayu keras sekali, kami pikir tersambar petir, tetapi enggak ada suara petir. Hanya memang saat itu hujan lebat dan anginnya kencang sekali,” tutur Ahiannor.
Menurut Ahiannor, pohon keranji yang tumbang itu memang sudah tua. Umurnya lebih kurang 70 tahun lebih. Selain itu, pohon yang sama dengan umur kurang lebih sama juga masih ada di sekitar lokasi rumahnya.
Rumahnya, lanjut Ahiannor, dihuni oleh lima orang, yakni Ahiannor bersama istri, kedua anaknya, dan adik iparnya. Beruntung dirinya bersama keluarga selamat dari kejadian itu karena berhasil keluar rumah dengan cepat. ”Alhamdulillah selamat semua, hanya lecet-lecet sedikit,” ujarnya.
Menurut Ahiannor, kerugian yang ia derita dari kerusakan rumah dan barang elektronik mencapai lebih kurang Rp 100 juta. Ahiannor menambahkan, rumahnya hanya satu dari tiga bangunan rumah yang ambruk.
Ia menambahkan, barak atau kamar kos yang tak jauh dari rumahnya juga rusak cukup parah akibat hantaman pohon yang sama. ”Semoga ada bantuan dari pemerintah,” ujarnya.
Prakirawan dari Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya, Chandra Mukti Wijaya, menjelaskan, angin kencang yang terjadi di sekitar wilayah Kalimantan Tengah terjadi lantaran terdapat belokan angin dan pertemuan angin atau yang biasa disebut konvergensi. Kondisi itu kemudian berpotensi membentuk awan hujan di wilayah tersebut.
Selain itu, lanjut Chandra, kondisi atmosfer di wilayah Kalteng cukup labil sehingga mendukung pertumbuhan awan yang berpotensi hujan sedang hingga lebat. Kondisi itu kemudian didukung oleh kelembapan udara yang basah sehingga mensuplai uap air yang cukup besar hingga terbentuknya awan konvektif.
”Berdasarkan citra satelit dan radar cuaca, terdapat pola awan konvektif yang banyak dan memanjang dengan pola squall line yang menyebabkan terjadinya hujan sedang hingga lebat yang disertai petir atau kilat dan angin kencang,” papar Chandra.