Sumut Buka Kembali Isolasi Terpadu, Kasus Baru Meningkat Melebihi Puncak Varian Delta
Sumatera Utara kembali membuka isolasi terpadu Covid-19 di Asrama Haji Medan setelah sempat tutup karena kasus menurun. Kasus positif baru di Sumut meningkat hingga 2.349 per hari, melampaui puncak varian Delta.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Sumatera Utara kembali membuka isolasi terpadu Covid-19 di Asrama Haji Medan dengan kapasitas 486 tempat tidur. Isolasi diharapkan mengurangi penularan di keluarga yang menjadi kluster terbesar di Sumut. Kasus positif baru di Sumut terus meningkat hingga 2.349 per hari, melampaui puncak kasus varian Delta.
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi saat meninjau isolasi terpadi Asrama Haji, Senin (21/2/2022), mengatakan, isolasi terpadu sangat penting mengingat banyak kasus yang terjadi karena penularan di keluarga. ”Banyak yang positif Covid-19 lalu isolasi mandiri di kamar rumahnya yang terbatas. Bergabung dengan anak, istri, dan saudaranya sehingga terjadilah kluster keluarga,” ucap Edy.
Edy mengatakan, isolasi terpadu diperuntukkan bagi pasien bergejala ringan hingga sedang. Isolasi di Asrama Haji akan dipantau dan dirawat oleh tenaga kesehatan. Isolasi terpadu juga untuk pelaku perjalanan yang sedang berada di Medan yang tempat tinggalnya jauh.
Kasus di Sumut saat ini terus meningkat pesat dan mencapai 2.349 per hari pada Sabtu (19/2/2022). Kasus itu lebih tinggi dari puncak kasus gelombang kedua yang dipicu varian Delta pada Agustus 2021, yakni 2.045 kasus per hari. Setelah puncak kasus pada Sabtu, jumlah kasus baru memang menurun menjadi 1.934 kasus pada Minggu dan 1.382 kasus pada Senin.
Menurut Edy, salah satu penyebab meningkatnya kasus dengan sangat tinggi adalah isolasi mandiri yang tidak berjalan efektif. Hal itu karena banyak rumah warga tidak memungkinkan untuk melakukan isolasi mandiri karena keterbatasan rumahnya.
Kepala Dinas Kesehatan Sumut Ismail Lubis mengatakan, isolasi terpadu ataupun isolasi rumah sakit masih akan terus ditingkatkan di Sumut mengingat kasus yang terus meningkat. Sumut akan menambah isolasi terpadu hingga kapasitas 800 tempat tidur. Kapasitas itu selain yang disediakan kabupaten/kota di daerah masing-masing.
Ismail mengatakan, tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit Covid-19 di Sumut kini mencapai 30,59 persen atau meningkat pesat dibandingkan dengan pekan lalu yang masih 4,24 persen. Selain penularan di keluarga, kata Ismail, penularan di sekolah juga terus meningkat. Sudah 345 sekolah di Sumut yang menutup sementara pembelajaran tatap muka dan mengalihkan menjadi daring karena ditemukan kasus positif di sekolah.
Ismail mengatakan, Sumut juga mempercepat vaksinasi agar bisa menekan penyebaran pada gelombang ketiga ini. Saat ini, capaian vaksinasi dosis pertama di Sumut mencapai 90,61 persen, dosis kedua 64,97 persen, dan dosis penguat 4,03 persen. Baru 14 kabupaten/kota yang dosis keduanya di atas 70 persen.
Ada 2 juta warga Sumut yang belum vaksinasi dosis kedua dan dosis pertamanya sudah lebih dari enam bulan. Ini juga harus menjalani vaksinasi dosis pertama kembali.
Padahal, kata Ismail, vaksinasi dosis kedua ini sangat penting untuk meningkatkan kekebalan kelompok, khususnya menghadapi varian Omicron. Sebagian vaksinasi dosis pertama juga akan gugur karena sudah melebihi enam bulan tidak menjalani vaksinasi dosis kedua.
”Ada 2 juta warga Sumut yang belum vaksinasi dosis kedua dan dosis pertamanya sudah lebih dari enam bulan. Ini juga harus menjalani vaksinasi dosis pertama kembali,” kata Ismail.
Wali Kota Medan Bobby A Nasution mengatakan, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Medan kini berfokus melakukan penelusuran kontak dan pengetesan di daerah-daerah dengan penularan sangat tinggi. ”Penelusuran kontak ini sangat penting untuk memutus rantai penularan,” kata Bobby.
Pantauan Kompas, tes antigen Covid-19 dilakukan di sejumlah tempat publik, seperti kafe dan kedai kopi. Beberapa kafe yang melewati batas jam operasional langsung ditutup dan semua pengunjung diminta menjalani tes antigen.
Di tengah tingginya penularan di Sumut, sejumlah tempat publik, seperti mal, pusat perbelanjaan, pasar tradisional, dan kafe masih cukup ramai. Protokol kesehatan pun tidak bisa diterapkan sepenuhnya, khususnya dalam memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.