Cuaca Buruk Picu Bencana di Daratan dan Perairan Sulsel
Bencana hidrometeorologi melanda Sulsel dalam dua hari terakhir. BMKG mengingatkan adanya potensi cuaca buruk hingga beberapa hari ke depan.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Cuaca buruk yang melanda Sulawesi Selatan dalam dua hari ini menyebabkan sejumlah daerah dilanda banjir, longsor, hingga angin puting beliung. Di Makassar, dua perahu nelayan pecah dihantam ombak.
Banjir di antaranya terjadi di Kabupaten Takalar, Jeneponto, Pangkep, dan sejumlah wilayah di Kota Makassar. Sementara longsor dan tanah bergerak terjadi di Malino, Kabupaten Gowa; Kabupaten Bone; dan Kabupaten Tana Toraja.
Hujan deras melanda sebagian wilayah Sulsel sejak Minggu (20/2/2022). Hingga Senin (21/2/2022), cuaca buruk berupa hujan dan angin kencang masih melanda sejumlah daerah. Di Makassar, dua perahu nelayan pecah dihantam ombak pada Minggu malam.
Pihak Basarnas Sulsel mengatakan, peristiwa ini menyebabkan satu orang meninggal dan satu orang lainnya masih dalam pencarian. Pada kapal bernama Wisata Bahari yang memuat delapan pemancing, tujuh orang di antaranya berhasil ditemukan selamat dan satu orang meninggal, yakni Roki (54).
Sedangkan di kapal bernama Tokka Tokka yang memuat lima pemancing, empat orang selamat. Satu orang lainnya, yakni Saleh (60), hingga kini masih dalam pencarian. ”Kami masih terus berupaya mencari satu korban yang hilang tersebut,” ujar Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Basarnas Sulsel Djunaidi, Senin.
Hujan deras juga menyebabkan sebagian wilayah Makassar terendam banjir dengan ketinggian 30 sentimeter hingga 1 meter. Di Kabupaten Jeneponto, evakuasi terpaksa dilakukan di jalan poros Jeneponto-Takalar akibat luapan air yang besar.
Di jalan poros Malino di Kilometer 64, Kabupaten Gowa, tanah di bagian bawah badan jalan tergerus hingga hanya menyisakan setengah bagian. Hal ini menyebabkan arus kendaraan melambat karena hanya sisi bagian dekat tebing yang bisa dilalui.
Di Tana Toraja, longsor dan tanah bergerak di Kecamatan Gandang Batu menimbun empat rumah. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, tetapi masyarakat sekitar menjadi resah karena sejumlah rumah lainnya juga terancam bencana itu. Tanah masih terus bergerak.
”Kami akan berkoordinasi dengan Kementerian ESDM untuk melakukan penelitian terkait peristiwa tanah bergerak ini. Menurut kami, diperlukan ahli tanah untuk melihat dan memutuskan keadaan di Gandang Batu,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tana Toraja Alfian Andi Lolo.
Sebelumnya, BMKG Sulsel telah mengeluarkan peringatan terkait kondisi cuaca ekstrem yang melanda sebagian besar wilayah Sulsel. Cuaca ekstrem ini ditandai dengan hujan lebat, angin kencang, ancaman longsor, hingga ombak dengan ketinggian 1,5-2,5 meter.