Selama Pandemi, Investasi di Surabaya Terus Tumbuh
Realisasi investasi di Surabaya, Jawa Timur, tahun lalu naik signifikan dibandingkan dengan 2020 sehingga diharapkan dapat memacu pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi Covid-19.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Nilai penanaman modal di Kota Surabaya pada 2021 naik dibandingkan dengan tahun 2020. Kenaikan investasi ini menjadi salah satu modal meningkatkan kepercayaan diri semua pihak guna memulihkan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Pada Rabu (16/2/2022), Surabaya mendapat penghargaan dari Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebagai kabupaten/kota dengan capaian realisasi penanaman modal tertinggi. Realisasi investasi 2021 senilai Rp 29,22 triliun. Nilai itu lebih tinggi Rp 7,07 triliun dari tahun sebelumnya, Rp 22,15 triliun.
”Surabaya di urutan kedua dengan sumbangsih terbesar investasi,” kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Kamis (17/2/2020).
Realisasi 2021 itu terdiri atas investasi dalam negeri senilai Rp 26,37 triliun dan investasi asing (luar negeri) Rp 2,85 triliun. Investasi di Surabaya terwujud dalam 4.030 proyek atau di bawah Kabupaten Bekasi (Rp 43,27 triliun dalam 3.402 proyek). Selain Surabaya, Gresik ada di urutan sepuluh dengan nilai investasi Rp 16,76 triliun dalam 1.344 proyek.
Eri mengatakan, penghargaan ini sebagai apresiasi bagi kabupaten/kota yang bisa memenuhi target investasi dari Presiden. Di Surabaya, investasi 2021 diwujudkan dalam proyek perumahan, transportasi, hotel, restoran, kesehatan, dan perdagangan.
Selain jumlah yang tinggi, menurut Eri, ada hal lain yang patut disyukuri dari keadaan ini. Dia mengatakan, mayoritas penanaman modal di Surabaya berasal dari pengusaha domestik. Eri berharap hal itu bisa menjadi modal potensial guna mempercepat pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi.
Guru Besar Ilmu Ekonomi sekaligus Direktur Sekolah Pascasarjana di Universitas Airlangga Badri Munir Sukoco mengatakan, tingginya realisasi investasi patut disyukuri. Hal itu juga menunjukan peran penanam modal dalam negeri yang signifikan.
”Pemulihan ekonomi dapat terwujud secara mandiri,” katanya.
Badri melanjutkan, keberhasilan mendapatkan investasi yang bernilai besar harus bisa bermanfaat atau membumi. Penanaman modal harus bisa berujung pada penanganan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan. Dia mengingatkan, keberhasilan investasi ini perlu diuji dengan laju pengangguran dan kemiskinan pada tahun 2022.
Mengutip data pada laman epemutakhirandata.surabaya.go.id, masih ada 383.208 rumah tangga atau 1.085.588 jiwa kategori masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di Surabaya. Selain itu, tercatat 51.261 rumah tangga atau 68.196 jiwa kategori masyarakat khusus. Warga MBR dan khusus berhak mendapat program intervensi pemerintah, misalnya perbaikan rumah dan penguatan modal usaha mikro kecil.