Guru dan Siswa Terpapar Covid-19, Empat Sekolah di Kendari Tutup
Pembelajaran secara umum tetap dilakukan dengan keterisian 50 persen. Kendari menerapkan PPKM level 3.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Empat sekolah tingkat dasar dan menengah di Kendari, Sulawesi Tenggara, ditutup sementara selama beberapa hari. Hal itu dilakukan setelah sejumlah siswa dan guru terpapar Covid-19. Meski demikian, pembelajaran secara umum tetap dilakukan dengan keterisian 50 persen.
Kepala Dinas Pendidikan Kendari Makmur menyampaikan, kasus Covid-19 telah ditemukan di empat sekolah, baik di tingkat SD maupun SMP. Aktivitas pembelajaran telah dihentikan sementara seiring temuan kasus tersebut.
”Temuan kasus Covid-19 ini ada pada siswa maupun guru. Sejak Senin (14/2/2022), kami telah ambil tindakan, menutup sementara sekolah yang diketahui ada paparan kasus,” kata Makmur, di Kendari, Rabu (16/2/2022).
Meski ditutup sementara, ia melanjutkan, pembelajaran untuk siswa tetap dilakukan secara daring. Hal tersebut dikhususkan kepada siswa kelas VI dan kelas IX seiring ujian yang akan segera diikuti pada pertengahan tahun.
Makmur menambahkan, aktivitas pembelajaran di sekolah lain tidak lagi dilakukan dengan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen. Sekolah yang siswanya banyak menjalankan PTM 50 persen, sedangkan sekolah dengan siswa sedikit diarahkan mengikuti PTM 80 persen.
Menurut dia, langkah ini diambil seiring kasus Covid-19 yang terus terjadi dan level Kendari yang telah ikut berubah. Saat ini, Kendari berada di level 3 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) setelah sebelumnya berada di level 1.
”Untuk penutupan 100 persen, kami masih memantau kondisi aktivitas belajar-mengajar. Jika terus ada temuan, kami akan ambil langkah penutupan semua sekolah selama seminggu,” ujarnya.
Setelah beberapa bulan di level 1 PPKM, status wilayah Kendari berubah drastis seiring lonjakan kasus Covid-19. Hingga Selasa (15/2/2022), jumlah kasus aktif Covid-19 di wilayah ini lebih dari 500 kasus, dengan penambahan kasus baru sebanyak 233 kasus. Padahal, pada akhir Januari lalu, jumlah kasus aktif di bawah 10 orang, dengan penambahan hanya beberapa kasus dalam sehari.
Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir menuturkan, selain pembatasan dalam proses pembelajaran, pihaknya juga telah memperketat aktivitas masyarakat dengan berbagai cara. Untuk lingkup pegawai, mereka yang baru saja keluar kota disarankan untuk menjalani isolasi mandiri terlebih dahulu. Sementara itu, masyarakat disarankan untuk memperketat protokol kesehatan saat beraktivitas.
”Di tempat-tempat umum kami wajibkan memakai aplikasi Peduli Lindungi. Tidak hanya itu, di tempat belanja, tempat makan, juga dibatasi sesuai aturan dalam PPKM level 3 yang kami telah keluarkan,” ucapnya.
Sejauh ini, lanjutnya, kasus Covid-19 di Kendari bertambah secara eksponensial setiap hari. Hal ini diakibatkan varian Omicron yang menyebar jauh lebih cepat dibandingkan varian sebelumnya. Dari hanya beberapa kasus di awal Februari, jumlahnya lalu melonjak drastis hampir menyentuh 500 kasus dalam dua pekan.
Meski begitu, sebagian besar pasien, khususnya yang bergejala ringan, menjalani isolasi mandiri. Perawatan di rumah sakit difokuskan kepada mereka yang memiliki gejala sedang hingga berat. Selain dampaknya memang tidak seperti sebelumnya, pemilahan dilakukan untuk menjaga keterisian rumah sakit. Jadi, hanya pasien yang benar-benar membutuhkan yang menjalani perawatan di rumah sakit.
Direktur RSUD Kendari Sukirman menambahkan, hingga Rabu siang, pihaknya merawat lebih dari 100 pasien Covid-19. Pasien ini mengalami gejala sedang hingga berat, khususnya demam, sakit kepala, dan diare.
”Beberapa hari lalu kami hanya merawat kurang dari 20 orang, tapi hari ini lebih dari 100 orang. Kami telah menambah ruang perawatan untuk mengantisipasi terus bertambahnya pasien,” katanya.
Lonjakan kasus yang tinggi di Kendari salah satunya disebabkan kedatangan ratusan hingga ribuan orang ke wilayah ini dalam waktu berdekatan. Pada 6-9 Februari lalu, daerah ini menjadi tuan rumah Hari Pers Nasional (HPN) 2022. Aktivitas masyarakat begitu tinggi dengan protokol kesehatan yang lemah.