Tekan Covid-19 di Kampus, Masuk Rektorat UB Harus Jalani Pemeriksaan Napas
Universitas Brawijaya Malang menggunakan UBreath untuk mendeteksi adanya Covid-19 pada pengunjung lewat embusan napas.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Untuk menekan perkembangan Covid-19 di lingkungan kampus Universitas Brawijaya Malang, setiap pengunjung gedung rektorat harus menjalani pemeriksaan pernapasan. Alat deteksi pernapasan yang digunakan adalah UBreath, sebuah alat ciptaan dosen UB.
Ini dilakukan menyikapi adanya tren kenaikan kasus Covid-19 baik dari pendidik maupun mahasiswa. ”Melihat itu, kami berkoordinasi dengan satgas untuk memutus rantai penyebaran Covid-19, salah satunya dengan penggunaan UBreath,” kata Wakil Rektor Universitas Brawijaya Gugus Irianto, Senin (14/02/2022).
Gugus mengatakan, UBreath dapat mendeteksi dengan cepat infeksi Covid-19 di tubuh. Hasil pengecekan menggunakan UBreath dapat keluar dalam waktu kurang dari 3 menit. Selain itu, pemakaian UBreath juga untuk mengapresiasi karya sivitas akademika UB.
Pencegahan penyebaran lainnya, menurut Gugus, adalah dengan mengganti kuliah hibrida dengan kuliah dalam jaringan 100 persen, memroduksi hand sanitizer, serta menyiapkan tempat isolasi terpadu untuk sivitas akademika UB di Rusunawa Dieng. ”Jangan sampai warga UB yang sakit tidak terdeteksi. Sebaliknya, jika terdeteksi, bisa langsung ditangani,” katanya.
UBreath adalah alat deteksi hasil metabolisme dari sistem pernapasan dan pencernaan karya Guru Besar Universitas Brawijaya (UB) Arinto Yudi Ponco Wardoyo bekerja sama dengan tim Fakultas Kedokteran UB Susanthy Djajalaksana dan Teguh Wahju Sardjono
Alat tersebut juga telah diuji klinis kepada orang sehat dan penyintas Covid-19 di RSUD dr Saiful Anwar Malang dan RS Lapangan Ijen Boulevard Malang dengan total 400 sampel. UBreath diteliti sejak akhir 2020 dan diklaim memiliki tingkat akurasi lebih dari 90 persen.
Saat ini UBreath juga diuji klinik untuk penapisan penyakit pernapasan, seperti kanker paru-paru, chronic obstructive pulmonary disease (COPD) atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bersama tim dari Fakultas Kedokteran.
Deteksi lewat UBreath dilakukan dengan cara mengembuskan napas pada kantong khusus. Kemudian alat ini akan mengukur unsur-unsur yang terkandung dalam udara pernapasan. Alat ini memerlukan waktu 2-3 menit untuk mendapatkan hasil. UBreath mampu mengidentifikasi dan mengukur konsentrasi zat dari hasil metabolisme sistem pernapasan dan pencernaan melalui embusan napas dalam bentuk gas, partikulat, dan parameter lain.
”Hasil pengukuran dari parameter tersebut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi kondisi dari sistem pernapasan dan sistem pencernaan,” kata Arinto Yudi, Guru Besar Fisika UB.
Alat tersebut diklaim bukan saja dapat mendeteksi positif atau negatif Covid-19, melainkan secara lebih spesifik juga bisa mengklasifikasikannya, seperti orang tanpa gejala (OTG), gejala ringan, sedang, dan berat.