Lonjakan Omicron Hantam Kendari, Pemkot Belum Lakukan Pembatasan
Lonjakan kasus Covid-19 yang terus terjadi di Kendari telah mencapai sekitar 500 kasus dalam dua pekan terakhir. Meski begitu, pemerintah belum memiliki rencana pembatasan di tengah meledaknya varian Omicron.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Lonjakan kasus Covid-19 yang terus terjadi di Kendari telah mencapai sekitar 500 kasus dalam dua pekan terakhir. Meski begitu, pemerintah belum memiliki rencana pembatasan di tengah meledaknya varian Omicron di wilayah ini. Pemerintah bertumpu pada program vaksinasi tanpa melakukan penelusuran masif atau pembatasan aktivitas masyarakat.
Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir menyampaikan, pihaknya memang belum memiliki rencana pembatasan aktivitas masyarakat meski kasus terus melonjak. Hal itu sesuai dengan level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang berlaku di Kendari.
”Kami masih menunggu seperti apa level PPKM di Kendari seiring lonjakan kasus yang terjadi. Yang jelas, varian Omicron sudah masuk ke wilayah ini, di mana penyebarannya meningkat secara eksponensial. Dari tidak ada kasus, sekarang di angka 400-an kasus aktif,” ucap Sulkarnain di Kendari, Senin (14/2/2022).
Operasi yustisi akan kembali dijalankan seiring meningkatnya kasus. Meski begitu, pendekatan operasi dilakukan secara persuasif agar bisa memberikan pemahaman utuh kepada masyarakat. ”Karena, musuh kita itu virus, bukan masyarakat kita sendiri,” ujarnya.
Meski pembatasan ketat aktivitas masyarakat belum dilakukan, ia melanjutkan, pembatasan di pendidikan mulai berlaku. Setelah beberapa waktu menjalankan pembelajaran tatap muka 100 persen, saat ini keterisian kelas maksimal 80 persen. Ke depannya, jika kasus terus melonjak, pembelajaran tatap muka akan diturunkan ke angka 50 persen.
Jumlah kasus aktif hingga Senin sore sebanyak 492 orang, dengan penambahan 40 kasus dalam sehari. Total kasus meninggal sebanyak 96 orang, dengan total kasus Covid-19 sebanyak 8.232 kasus.
Menurut Sulkarnain, varian Omicron yang menyebar kali ini memang jauh lebih cepat dibandingkan dengan varian sebelumnya. Dari hanya beberapa kasus pada awal Februari, lalu melonjak drastis hampir menyentuh 500 kasus dalam dua pekan.
Meski begitu, sebagian besar pasien menjalani isolasi mandiri, khususnya yang bergejala ringan. Perawatan di rumah sakit difokuskan pada mereka yang memiliki gejala sedang hingga berat. Pemilahan dilakukan untuk menjaga keterisian rumah sakit agar hanya pasien yang benar-benar membutuhkan yang menjalani perawatan.
”Apalagi capaian vaksinasi kita sudah 95 persen untuk dosis pertama. Yang kurang tinggal vaksinasi lansia dan anak. Sekarang kita gencarkan juga untuk vaksin penguat agar daya tahan warga semakin baik ke depannya. Sebab, vaksinasi adalah cara yang paling efektif agar bisa menghindarkan masyarakat dari dampak buruk saat terpapar Covid-19,” ucapnya.
Dihubungi terpisah, Direktur RSUD Kendari dr Sukirman mengatakan, sebagian besar pasien yang dalam perawatan menunjukkan gejala demam hingga diare. Gejala ini merupakan ciri utama dari varian Omicron.
”Sejauh ini hanya gejala demam hingga diare. Tidak ada yang sesak berat, seperti varian Delta sebelumnya,” kata Sukirman.
Berdasarkan uji laboratorium di Makassar, kata Sukirman, sebanyak tujuh sampel yang dikirimkan memang terdeteksi varian Omicron. Varian ini kemungkinan besar telah menyebar luas di masyarakat seiring dengan kasus yang melonjak dengan cepat dan gejala umum yang sama.
”Saya juga sekarang lagi demam. Makanya, isolasi dan istirahat dulu sembari menunggu hasil uji laboratorium,” ucapnya.
Lonjakan kasus yang tinggi di Kendari, salah satunya, disebabkan datangnya ratusan hingga ribuan orang ke wilayah ini dalam waktu yang bersamaan. Pada 6-9 Februari lalu, daerah ini menjadi tuan rumah Hari Pers Nasional (HPN) 2022. Aktivitas masyarakat begitu tinggi, dengan protokol kesehatan yang lemah.
Sejauh ini hanya gejala demam hingga diare. Tidak ada yang sesak berat, seperti varian Delta sebelumnya.
Epidemiolog Universitas Halu Oleo, Ramadhan Tosepu, berpendapat, Pemkot Kendari, juga Pemprov Sultra, harus mempersiapkan skenario terburuk dari lonjakan kasus yang terjadi. Lonjakan kasus paling tinggi diprediksi terjadi selama dua pekan ke depan.
Sebab, jika merunut dalam proses penyebaran kasus, penularan dan masa inkubasi virus akan terjadi dalam kurun waktu tersebut. Kontak erat dari orang yang terkonfirmasi positif harus mulai ditelusuri secara masif.
”Selain menyiapkan fasilitas perawatan, penelusuran kasus harus intens dan masif. Jangan menunggu ada kasus dan hanya menelusuri kontak erat. Sudah saatnya tes dilakukan secara acak di banyak tempat akibat aktivitas masyarakat yang tinggi,” kata Ramadhan.