Pariwisata bahari di wilayah Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara, masih sepi selama pandemi Covid-19 yang telah berlangsung dua tahun. Tidak ada kunjungan wisatawan asing yang merupakan target utama wisata selam.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Seorang wisatawan menyelam di perairan dangkal Bunaken, Manado, Sulawesi Utara, Senin (14/2/2022).
MANADO, KOMPAS — Pariwisata bahari di wilayah Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara, masih sepi selama pandemi Covid-19 yang telah berlangsung dua tahun. Tidak ada kunjungan wisatawan asing yang merupakan target utama wisata selam. Meski demikian, beberapa wisatawan dalam negeri tetap memilih Bunaken sebagai destinasi wisata selam karena kemudahan aksesnya.
Pada Senin (14/2/2022), pantai selatan Pulau Bunaken, Manado, Sulut, tampak sepi dan lengang sejak pagi hingga tengah hari. Hanya tampak segelintir pengunjung yang sedang makan siang. Sementara kios-kios persewaan alat selam dan snorkeling tanpa pengunjung.
Reynold Waloni (41), instruktur selam di Bunaken, menyebut pariwisata di Bunaken belum pernah sama seperti sebelum era pandemi. Pemasukan setiap bulan pun jatuh cukup drastis. Wisatawan dalam negeri memang kerap datang, tetapi tak semuanya meminati aktivitas selam.
”Sebelum pandemi, 2018 misalnya, pemasukan kios kami dari layanan scuba diving bisa Rp 50 juta-Rp 70 juta dalam sebulan, sedangkan dari snorkeling Rp 20 juta-Rp 30 juta. Tetapi sejak pandemi, dalam satu bulan bisa-bisa hanya 10 persennya. Kadang juga tidak ada tamu sama sekali,” kata Reynold.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Suasana sepi dan lengang tampak di pantai Pulau Bunaken, Manado, Sulawesi Utara, pada Senin (14/2/2022). Pariwisata minat khusus di Bunaken belum bergeliat sejak Covid-19 merebak.
Kelompok wisatawan terbesar yang meminati aktivitas ini, setidaknya sejak 2016, adalah wisatawan China. Proporsinya ia taksir bisa mencapai 80 persen. Namun, sejak awal 2020, penerbangan carter Lion Air dari China dihentikan sampai sekarang. Pemasukan otomatis tergerus.
Kelesuan pariwisata terasa di seluruh negeri. Hal ini, kata Reynold, menyebabkan instruktur selam asal Bunaken yang selama ini bekerja di daerah lain, seperti Raja Ampat, Papua Barat, terpaksa pulang. Namun, keadaan tak kunjung membaik. ”Apalagi, sekarang ada varian baru Omicron yang harus diwaspadai. Pariwisata di Bunaken belum akan membaik,” kata dia.
Dibanding daerah lain seperti Raja Ampat, Bunaken ini gampang diakses. (Galih Wijaya)
Meski demikian, bagi beberapa wisatawan domestik, Bunaken tetap memiliki daya tarik. Galih Wijaya (25), wisatawan asal Gresik, Jawa Timur, misalnya, mengunjungi Bunaken untuk kali kedua dalam dua tahun. Kali ini, ia memesan perjalanan pribadi (private trip) untuk menyelam bersama beberapa kawan.
Pilihan ini ia buat dengan pertimbangan kemudahan akses. ”Dibanding daerah lain seperti Raja Ampat, Bunaken ini gampang diakses. Jaraknya cuma satu jam perjalanan dari ibu kota provinsi (Manado). Operator trip juga gampang didapatkan,” ujarnya.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Seorang wisatawan mengambil foto bawah laut ditemani seorang pemandu di titik selam Lekuan, Bunaken, Manado, Sulawesi Utara, Senin (14/2/2022).
Di samping itu, arus di beberapa titik selam, seperti Lekuan, juga relatif tenang. Hal ini memungkinkan para peminat selam yang belum memiliki lisensi untuk dapat menjelajahi keindahan bawah laut dengan aman.
Sepanjang 2021, Balai Taman Nasional (TN) Bunaken mencatat kunjungan 16.769 orang, mayoritas wisatawan Nusantara (wisnus). Jumlah itu tak sampai setengah rata-rata pengunjung selama 2015-2019, yaitu 36.702 orang setiap tahun, termasuk 10.708 wisatawan mancanegara (wisman).
Adapun sejak 1 Januari hingga 14 Februari 2022, TN Bunaken telah dikunjungi 1.662 pengunjung. Angka ini lebih baik ketimbang periode yang sama tahun lalu, yaitu 1.164. Pengunjung diperkirakan melonjak pada Juni mendatang, memasuki musim kemarau.
Kepala Balai TN Bunaken Genman Hasibuan mengatakan, taman laut itu akan terus dibuka mengikuti kebijakan pemerintah provinsi. Kebijakan ini diimbangi dengan penerapan protokol kesehatan sejak di loket retribusi. Pengunjung wajib mengenakan masker dan menyemprotkan penyanitasi tangan (hand sanitizer) setelah membayar karcis.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Aneka terumbu karang tampak di perairan dangkal Bunaken, Manado, Sulawesi Utara, Senin (14/2/2022).
Hanya saja, geliat pariwisata belum pernah sama lagi seperti sebelum pandemi. ”Bunaken itu destinasi pariwisata minat khusus. Paling banyak peminat selam, ya, wisatawan asing. Sekarang memang belum dibuka lagi sehingga PNBP (penerimaan negara bukan pajak) terjun bebas. Masyarakat yang kerja di sektor pariwisata betul-betul terimbas,” kata dia.
Kesempatan berbenah
Kendati begitu, keadaan ini dimanfaatkan pengelola TN Bunaken untuk berbenah serta mempersiapkan destinasi-destinasi selam lainnya. Wilayah taman laut ini mencakup Minahasa, Minahasa Utara, dan Minahasa Selatan. Desa Poopoh di Minahasa Selatan, misalnya, kini dipromosikan dalam kerja sama dengan pegiat pariwisata.
”Kami bekerja sama dengan Insan Pariwisata Indonesia (IPI) Sulut. Mereka akan mengembangkan destinasi selam yang ada di wilayah Minahasa dan Minahasa Selatan. Kami kerja sama juga dengan masyarakat di sana. Harapannya, pariwisata sudah lebih siap ketika pandemi mereda atau berakhir,” kata Genman.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata Sulut Henry Kaitjily mengatakan, pariwisata di Sulut telah bergeliat. Ia mengklaim tingkat okupansi hotel mencapai 60 persen sepanjang 2021. Keadaan ini menjadi momentum memperkuat lagi protokol kesehatan. Dengan harapan, kepercayaan masyarakat untuk berwisata di Sulut meningkat.