Kasus Covid-19 di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, naik dua digit dalam dua hari berturut-turut. Di sisi lain, perilaku masyarakat yang abai pada protokol kesehatan kian tidak terkendali.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Kasus Covid-19 di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, mulai melonjak. Dalam dua hari terakhir, bertambah 30 kasus. Fasilitas kesehatan dan tempat karantina terpusat sudah disiapkan untuk mengatasi lonjakan tersebut. Di sisi lain, perilaku masyarakat yang abai pada protokol kesehatan semakin tidak terkontrol.
Menurut data Satuan Tugas Covid-19 Kota Kupang, Rabu (9/2/2022), terjadi penambahan 16 kasus, kemudian pada Kamis (10/2/2022) bertambah lagi 14 kasus. Inilah penambahan kasus harian terbanyak sejak Covid-19 mereda pada Desember 2021, di mana penambahan kasus harian di bawah 10, bahkan kerap tidak ada sama sekali.
Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 Kota Kupang Ernest Ludji, Jumat (11/2/2022) pagi, mengatakan, separuh dari 67 kelurahan di Kota Kupang kembali lagi ke zona kuning (1-5 kasus aktif), satu kelurahan zona oranye (6-10 kasus), dan satu lagi zona merah (lebih dari 10 kasus). Pada Januari lalu, hampir semua kelurahan di zona hijau.
Sementara itu, warga terinfeksi yang sedang dalam pemulihan sebanyak 67 orang, dengan 47 orang di antaranya memilih melakukan isolasi mandiri di rumah. Sementara, 20 orang harus menjalani perawatan di rumah sakit lantaran memiliki gejala berat dan penyakit bawaan.
Ernest menjelaskan, pihaknya sudah siap menghadapi kondisi terburuk jika kasus Covid-19 kembali meledak. Saat ini telah tersedia 359 tempat tidur di rumah sakit, termasuk untuk perawatan intensif, dan 156 tempat tidur untuk isolasi terpusat. ”Kami yakin bisa mengatasi ini,” ujarnya.
Dalam catatan Kompas, pada rentang Februari hingga Maret 2021 terjadi ledakan kasus di Kota Kupang. Rumah sakit penuh, tabung oksigen pun habis. Angka kematian per hari hampir mendekati 10 orang. Pemerintah Kota Kupang dan Pemerintah Provinsi NTT kewalahan sehingga meminta bantuan pemerintah pusat. Saat itu program vaksinasi belum berjalan.
Martin Berry, staf elektro medis yang bertugas mengawasi produksi oksigen di RSUD SK Lerik, mengatakan, stok oksigen cukup untuk kebutuhan pasien di rumah sakit itu. Dalam satu hari, produksi oksigen mencapai 144.000 mililiter atau setara dengan 24 tabung. Sementara, kebutuhan oksigen setiap pasien rata-rata 30 mililiter per jam.
Kendati demikian, proses produksi sering terkendala daya listrik. Pihak rumah sakit mengandalkan aliran dari PLN. ”Kami sudah minta agar gardu PLN yang terhubung dengan rumah sakit ini tolong dayanya ditambah lagi. Kami sudah laporkan hal ini ke Pemkot Kupang untuk diteruskan ke pihak PLN,” katanya.
Ancaman varian baru Omicron tidak juga membuat warga Kota Kupang takut. Di jalanan, semakin banyak warga yang tidak lagi mengenakan masker. ”Kami sudah vaksin tiga kali sehingga kami yakin sudah aman. Kalau masih tetap pakai masker, lalu apa gunanya vaksin?” ujar Andi Rodja (45), warga.
Di beberapa sudut Kota Kupang ramai digelar pesta yang melibatkan hingga ratusan orang. Mereka berkumpul, makan, lalu bergoyang dan berdansa bersama tanpa mengenakan masker dan menjaga jarak.
Meski begitu, sebagian warga tetap patuh pada protokol kesehatan. Mantan Wakil Wali Kota Kupang Daniel Hurek mengatakan, kendati dirinya sudah divaksin, ia tidak abai pada protokol kesehatan. ”Tanggal 11 Februari hari ini tepat satu tahun istri saya meninggal karena Covid-19. Jangan main-main dengan bahaya ini,” katanya.