Covid-19 di Kendari Melonjak 200 Persen dalam Empat Hari, Skenario Terburuk Diperlukan
Penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang terus melonjak ditengarai akibat kegiatan peringatan HPN 2022 yang didatangi banyak orang.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Dalam empat hari terakhir, kasus Covid-19 di Kendari, Sulawesi Tenggara, melonjak lebih dari 200 persen. Penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang terus melonjak ini ditengarai akibat kegiatan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2022 yang didatangi banyak orang. Pemerintah diharapkan mempersiapkan skenario terburuk dari kasus yang terus melonjak tersebut.
Jumlah kasus Covid-19 di Kendari hingga Kamis (10/2/2022) mencapai 213 kasus. Jumlahnya melonjak hampir 200 persen dalam empat hari, dengan kasus pada hari Senin (7/2/2022) sebanyak 73 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Kendari Rahminingrum menyampaikan, jumlah kasus baru Covid-19 di Kendari memang terus melonjak drastis. Kasus harian bertambah lebih dari 30-50 kasus setiap hari dalam tiga hari terakhir.
”Memang, harus diakui, salah satunya karena aktivitas di Kendari cukup padat beberapa waktu belakangan. Salah satunya dengan kegiatan Hari Pers Nasional 2022 yang didatangi banyak orang, itu bisa menjadi salah satu penyebab,” ucap Rahminingrum, Jumat (11/2/2022).
Dari 213 kasus aktif saat ini, ia melanjutkan, sebanyak 155 orang menjalani isolasi mandiri, dan 58 orang lainnya dalam perawatan di rumah sakit. Pasien yang dalam perawatan tersebut mengalami gejala sedang hingga berat, utamanya demam, sesak, dan diare.
Rahminingrum melanjutkan, berdasarkan sampel yang telah dikirimkan ke laboratorium di Makassar, Sulawesi Selatan, semuanya kemungkinan besar adalah varian Omicron. Varian ini diketahui lebih cepat menyebar dibanding varian Delta yang menjadi pemicu gelombang kedua pada pertengahan 2021 lalu.
”Dari tujuh sampel yang dikirim, semuanya probable Omicron. Tapi, kami masih tunggu kepastian dari Jakarta, apakah betul itu varian Omicron. Yang pasti saat ini sudah mulai masuk gelombang ketiga pandemi Covid-19 di Kendari,” ucapnya.
Mengantisipasi kemungkinan terus melonjaknya kasus, pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi. Mulai dari penyiapan ruangan perawatan di rumah sakit, logistik, obat-obatan, hingga ketersediaan oksigen. Hal ini belajar dari puncak gelombang kedua Covid-19 pada pertengahan 2021 lalu, yakni dengan tingkat keterisian kamar sangat tinggi dan kebutuhan akan oksigen yang meningkat.
Sejauh ini, ia menyampaikan, tingkat keterisian rumah sakit di Kendari di angka 27 persen. Sejumlah opsi juga telah disiapkan, salah satunya mengubah ruang perawatan umum menjadi perawatan Covid-19 jika kasus terus meningkat.
Seiring dengan helatan akbar HPN 2022 yang dihadiri banyak orang dari seluruh Indonesia, kasus Covid-19 memang terus melonjak. Sejumlah pejabat daerah dan panitia dikabarkan positif Covid-19.
Sekretaris Daerah Sultra Nur Endang Abbas, salah satu pejabat daerah yang positif Covid-19. Ia mengalami gejala ringan, mulai dari mual, sakit kepala, hingga demam. ”Kalau liat gejalanya, mungkin varian Omicron,” tuturnya melalui pesan pendek. Endang adalah Ketua Panitia Lokal HPN 2022.
Sudah saatnya tes dilakukan secara acak di banyak tempat akibat aktivitas masyarakat yang tinggi.
Epidemiolog Universitas Halu Oleo, Ramadhan Tosepu, berpendapat, Pemkot Kendari, juga Pemprov Sultra, harus mempersiapkan skenario terburuk dari lonjakan kasus yang terjadi. Lonjakan kasus paling tinggi diprediksi terjadi selama dua pekan ke depan.
Sebab, jika merunut dalam proses penyebaran kasus, penularan dan masa inkubasi virus akan terjadi dalam kurun waktu tersebut. Kontak erat dari orang yang terkonfirmasi positif harus mulai ditelusuri secara masif.
”Selain menyiapkan fasilitas perawatan, penelusuran kasus harus intens dan masif. Jangan menunggu ada kasus dan hanya menelusuri kontak erat. Sudah saatnya tes dilakukan secara acak di banyak tempat akibat aktivitas masyarakat yang tinggi,” kata Ramadhan.
Pada pertengahan Juni lalu, ia melanjutkan, Kendari mempunyai pengalaman pahit akan lonjakan kasus setelah helatan Musyawarah Nasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin). Saat itu, jumlah kasus melonjak, dengan angka kematian yang juga tinggi.