Sebanyak 32 Pelajar dan Guru dari Lima Sekolah di Sidoarjo Positif Covid-19
Hingga saat ini, setidaknya 32 pelajar dan guru dari lima sekolah terkonfirmasi positif. Untuk mencegah sebaran penyakit semakin meluas, sekolah direkomendasikan belajar dalam jaringan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Sejumlah siswa sekolah di Sidoarjo, Jawa Timur, terpapar Covid-19 menyusul diterapkannya kebijakan pembelajaran tatap muka secara penuh. Hingga saat ini, setidaknya 30 pelajar dari jenjang pendidikan dasar dan menengah atas serta dua guru terkonfirmasi positif. Untuk mencegah sebaran penyakit semakin meluas, sekolah direkomendasikan menggunakan sistem pembelajaran secara dalam jaringan.
Dinas Kesehatan Sidoarjo mendata, jumlah kasus aktif terkonfirmasi positif saat ini mencapai 291 orang. Jumlah kasus aktif meningkat signifikan sejak awal Februari. Pada Selasa (1/2/2022) misalnya, tercatat terdapat 93 kasus baru dalam sehari. Adapun pada Rabu (2/2/2022) terdapat 73 kasus baru.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sidoarjo M Atho’ilah mengatakan, sebaran Covid-19 juga mulai merambah lingkungan sekolah seiring diberlakukannya kebijakan pembelajaran tatap muka secara penuh. Hingga saat ini, terdeteksi lima sekolah yang terpapar, dua SD dan tiga SMA.
”Dari lima sekolah yang terpapar Covid-19 tersebut, ditemukan 32 pelajar dan tenaga pendidikan yang terkonfirmasi positif. Kondisi pasien tersebut mayoritas bergejala ringan sehingga menjalani isolasi mandiri di rumah,” ujar Atho’ilah, Kamis (3/2).
Kasus konfirmasi positif Covid-19 terbanyak ditemukan di SMAN 3 Sidoarjo. Berdasarkan hasil penelusuran terhadap kontak erat dan pengetesan Covid-19 dengan metode usap antigen yang dilakukan oleh Dinkes Sidoarjo pada Rabu, diperoleh 21 pelajar terkonfirmasi positif.
Selain itu, di SMAN 1 Sidoarjo ditemukan empat kasus positif Covid-19 pada pelajar dan SMA Muhammadiyah 1 Taman terdeteksi satu kasus konfirmasi. Adapun di jenjang pendidikan sekolah dasar ditemukan empat kasus konfirmasi positif pada pelajar dan dua kasus konfirmasi positif pada tenaga pendidik.
Atho’ilah mengatakan, temuan kasus Covid-19 di sekolah berawal dari laporan pihak sekolah. Mereka melaporkan adanya pelajar yang izin tidak masuk sekolah karena dinyatakan positif Covid-19. Konfirmasi positif itu diperoleh dari hasil pengetesan untuk melakukan perjalanan ke luar kota atau menjalani pengobatan.
Menyikapi temuan tersebut, Dinkes Sidoarjo telah menurunkan tim surveilans untuk menelusuri kontak erat pasien positif, pengetesan pada kontak erat, dan penanganan pasien yang memerlukan rujukan di rumah sakit atau isolasi terpusat. Terkait mekanisme pembelajaran di sekolah, Atho’ilah mengaku merujuk pada peraturan perundangan yang berlaku.
Sementara itu, Kepala SMAN 3 Sidoarjo Ristiwi Peni mengatakan, 21 siswa yang terkonfirmasi positif Covid-19 merupakan pelajar kelas X. Awalnya pihak sekolah menerima informasi dari wali murid yang menyampaikan bahwa putrinya terkonfirmasi positif, pada Minggu (29/1/2022).
“Menindaklanjuti informasi tersebut, kami langsung bersurat ke Dinkes Sidoarjo. Setelah itu, dilakukan penelusuran kontak erat siswa yang terkonfirmasi positif dan didapati sebanyak 149 pelajar serta 19 guru,” kata Peni.
Dari 19 guru yang mengikuti pengetesan Covid-19, semuanya dinyatakan negatif. Adapun dari kalangan pelajar terdapat 149 siswa yang seharusnya mengikuti tes usap antigen. Namun, saat pengetesan berlangsung oleh petugas dari Puskesmas Sekardangan, hanya 135 siswa yang datang. Hasilnya sebanyak 21 siswa dinyatakan positif Covid-19.
Menindaklanjuti rekomendasi dinkes, pihak sekolah mengeluarkan sejumlah kebijakan, antara lain meniadakan PTM untuk kelas 10, 11, dan 12. Sebagai gantinya, siswa belajar secara dalam jaringan (daring) selama 10 hari. Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan ulang terhadap seluruh kontak erat.
Apabila semua hasil pemeriksaan ulang tersebut dinyatakan negatif, pembelajaran tatap muka akan dimulai kembali. Namun, apabila ditemukan kasus positif baru, PTM akan kembali ditiadakan dan diganti dengan pembelajaran jarak jauh. Pihak sekolah meminta kerja sama orangtua atau wali murid untuk mengawasi anaknya selama belajar di rumah.
Pengawasan terhadap peserta didik ini penting untuk mencegah semakin meluasnya sebaran Covid-19. Selain itu untuk memastikan, sistem pembelajaran berlangsung dengan baik. Untuk mengendalikan pandemi yang sudah berlangsung selama dua tahun, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, melainkan butuh dukungan kuat dari masyarakat.
Salah satu dukungan dalam upaya pengendalian Covid-19 diberikan oleh Muhammadiyah Covid-19 Command Center Sidoarjo (MCCC). Muhammad Erman dari MCCC Sidoarjo mengatakan, menerjunkan sukarelawan untuk membantu mengawasi penerapan protokol kesehatan di lingkungan sekolah.
Dari acara Lokakarya Kajian Risiko dan Kebijakan Pandemi Covid-19 pada Sektor Pendidikan Untuk Pemangku Kepentingan di Sidoarjo yang berlangsung di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo, terungkap banyak faktor yang menyebabkan tingginya risiko paparan virus di sekolah. Salah satunya kendurnya penerapan prokes, seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan mencegah kerumunan.
Sejumlah peserta lokakarya menyampaikan keterbatasan sumber daya tenaga kependidikan pada sekolah menjadi kendala lain. Seorang guru tidak bisa mengawasi penerapan prokes secara maksimal pada lebih dari 10 murid. Padahal, satu kelas biasanya diisi lebih dari 30 murid.
Kesadaran orangtua murid untuk turut serta mencegah sebaran Covid-19 juga masih dikeluhkan. Contohnya, mereka membiarkan anak-anaknya pergi ke luar rumah tanpa masker. Disisi lain, aktivias orangtua di luar rumah yang cukup tinggi juga memperbesar risiko paparan penyakit. Banyak anak yang tertular dari orangtuanya atau lingkungan keluarga.